02 - Hari Penuh Emosi

1416 Words
Happy Reading Jangan lupa tinggalin jejak kalian disini IG : [ Akubebbyshin ] ***** ***** Amanda larut dalam pekerjaan untuk mengulang kembali membuat gambar rancangan bangunan yang diinginkan kliennya yang akan ia temui lusa nanti. Ia menghabiskan waktu semalaman untuk mengerjakan itu semua. Bersyukur jika Amanda dikaruniai otak yang cerdas dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya. Wanita itu melewatkan jadwal makan malam dan sarapan paginya, bahkan kini jam di dinding telah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Wanita itu memulai kerja keras bagai kuda pada pukul lima sore dan sekarang sudah pukul sepuluh pagi. Tujuh belas jam dilewatinya begitu saja. Kantong mata menjadi penghias wajah cantiknya, karena semalaman Amanda sama sekali tidak tidur dan beristirahat. Wanita cantik itu benar-benar fokus menyelesaikan pekerjaan deadlinenya. Kini ia baru bisa merenggangkan otot punggung serta pinggang, ketika semua pekerjaan yang telah dirusak kemarin telah selesai dikerjakan. "Finally! Please, Tuhan, jangan ada lagi kejadian seperti kemarin terulang lagi. Aku bisa gila jika terus-terusan seperti ini," gumam Amanda. Amanda memegang hasil print out desainnya, senyum puas terukir di wajah lelahnya. "Aku yakin, mereka akan sangat puas dengan hasil kerja kerasku kali ini. Ahh ... ya Tuhan, perutku lapar sekali. Aku juga butuh tidur, wajahku sudah tampak seperti zombie terkutuk." Amanda berbicara pada dirinya sendiri. Amanda mengisi perutnya yang keroncongan dengan memesan makanan lewat aplikasi. Wanita itu memakan berbagai makanan yang dipesannya ditemani dengan kicauan suara yang berasal dari televisi. Nana sahabatnya, kemarin sudah meminta izin padanya untuk kembali ke New York karena ada pekerjaan yang mendadak. Maka dari itu, kini Amanda berada sendirian di dalam apartemennya itu. Setelah makan, Amanda memilih untuk mengistirahatkan mata dan tubuhnya. Wanita itu akan menghabiskan waktu sepanjang waktu untuk tidur sepuasnya, agar besok ia kembali tampak segar. ***** Nicole's Kitchen and Restaurant menjadi tempat pilihan untuk Amanda bertemu dengan kliennya. Seorang pengusaha muda yang berasal dari Italia, menanamkan investasinya berupa hotel berbintang lima di salah satu kota besar Indonesia. Untuk itu, pengusaha itu memilih Amanda sebagai arsitek untuk bangunan hotel tersebut. Ravi Rusic, pengusaha di bidang perhotelan yang kini menjadi klien Amanda. Pria itu membenahi jasnya sebelum melangkah masuk ke dalam Restoran tersebut. Ternyata pria itu datang terlebih dahulu dibanding Amanda. Pengusaha tampan itu duduk santai menanti kedatangan sang arsitek cantik yang ingin ia temui secara langsung tanpa melalui perantara. Itu sebabnya, Ravi memilih untuk terbang langsung dari Italia menuju Indonesia hanya untuk bertemu Amanda. Seorang wanita menyapa Ravi ramah dari arah kanan, "maaf, saya terlambat ...," Sorot mata Ravi menjalar liar ke seluruh bagian tubuh Amanda. Wanita itu memakai kemeja berbahan sifon berwarna merah maroon serta rok slim fit berwarna hitam. Rambut ombre perpaduan hitam dan merah maroon dibiarkan terurai. Amanda menyadari sorot tatapan kotor pria yang tengah duduk di hadapannya ini. Ia segera berdeham agar pria itu berhenti menatapnya secara kurang ajar. "Hmm ... Maaf, Sir, anda mendengar sapaanku, bukan?" sapa Amanda sarkas. Ravi menyudahi tatapan mesumnya dan kini ia salah tingkah dengan berpura-pura membenahi jas yang dikenakannya. "Oh, yah. Maaf. Aku terlalu kagum melihatmu secara langsung seperti saat ini," kata Ravi mengelak. Amanda hanya berekspresi datar mendengar perkataan pria di depannya itu. "Sebelum memulai semuanya. Kau bisa memesan sesuatu terlebih dahulu." Ravi menawarkan buku menu pada Amanda. "Terima kasih. Saya hanya ingin Ice Green Tea," jawab Amanda seadanya. "Hanya minum? Kau tidak ingin memesan makanan?" tanya Ravi lagi dan dijawab Amanda dengan gelengan. "Tidak terima kasih. Saya masih harus menemui klien lainnya, setelah urusan kita selesai." Ravi mengangguk dan segera memanggil pelayan untuk mendekat serta memesankan pesanan milik Amanda. Amanda mengeluarkan map yang telah ia bawa dan menyerahkan pada Ravi lembaran-lembaran yang berisi gambar rancangan bangunan pesanannya. "Jika Anda kurang puas atas rancanganku atau ada bagian yang masih kurang menurut anda, saya bisa memperbaikinya." Ravi terlihat serius menatap lembaran yang tengah ia pegang. Ini merupakan kali ketiga Ravi bekerja sama dengan Amanda, tapi baru hari ini, ia bertemu secara langsung dengan wanita yang merancang bangunannya. "Aku selalu puas akan hasil kerjamu, Miss Amanda. Pekerjaanmu selalu memukau dan tidak pernah mengecewakan. I love this!" puji Ravi yang hanya ditanggapi Amanda dengan senyum tipis. "Terima kasih atas pujiannya, Mr. Ravi. Saya hanya melakukan sesuai dengan arahan anda," ucap Amanda merendah. "Aku mengatakan apa yang sebenarnya, Miss Amanda. Kau memang wanita sempurna, berbakat dan begitu cantik serta menarik." Kalimat bualan Ravi terdengar begitu menjijikkan di telinga Amanda . Amanda mulai mengisap sedikit Ice Green Tea yang telah datang di hadapannya, sebelum ia berpamitan pada Ravi. Ia sudah sangat tidak betah berlama-lama di dekat pria ini. "Sepertinya urusan kita sudah selesai. Jika ada kendala atau hal yang ingin ditanyakan mengenai desain tersebut, anda boleh menghubungi saya atau asisten saya. Saya harus pamit pulang terlebih dahulu," jelas Amanda sambil membereskan map-map yang dibawanya. "Miss Amanda," panggil Ravi dengan suara lembut, mau tak mau membuat Amanda menoleh dengan tatapan penuh tanya. "Ya? Ada apa?" tanya Amanda. "Apakah nanti malam kau ada waktu luang?" Ravi bertanya balik. "Memangnya ada apa?" Amanda menjawab dengan pertanyaan lagi. "Jika kau luang, datanglah ke hotel tempat aku menginap. Aku akan memberikan apa pun dan berapa pun yang kau inginkan untuk kita bersenang-senang," kata Ravi dengan senyum mesum di wajahnya. Amanda berdecak mendengar kalimat sampah yang menggores harga dirinya itu. "Cih! Anda pikir saya pelacur! Silakan anda cari wanita lain yang bersedia dibayar dengan uang anda. Pekerjaan saya hanya sebagai seorang arsitek, tidak memiliki selingan sebagai jalang," sembur Amanda dengan emosi. "Come on, Amanda. Kau tidak perlu munafik! Jangan takut, aku bisa membayar dengan harga tinggi. Kau tinggal sebut saja berapa nominal yang kau mau," kata Ravi dengan nada mengejek. Amanda tersenyum sinis sambil menyiramkan Ice Green Tea miliknya tepat ke wajah Ravi. Wanita itu melenggang ke luar tanpa ucapan apa pun, meninggalkan Ravi dengan kondisi begitu memalukan. Semua pengunjung di sana menatap Ravi dan Amanda dengan tatapan penuh tanda tanya. "Sialan! Dasar wanita j4l4ng munafik!" umpat Ravi sambil membersihkan wajahnya dengan tisu. ****** Amanda masuk ke dalam mobilnya dan memukul stir dengan keras sambil mengumpat kesal. Pria gila yang sangat kurang ajar. Ia merogoh tasnya mengambil smartphonenya untuk berbagi kekesalan yang tengah ia rasakan pada seseorang. Empat kali dering sambungan teleponnya tidak diangkat, tapi pada nada kelima, seseorang di sana mengangkat teleponnya. "Kau sedang sibuk? Apa aku mengganggumu, Na?" tanya Amanda pada Nana. "Ummh ... Yah! Tidak ... Aku tidak ... Ergh ..." Amanda mengernyitkan dahi saat mendengar jawaban Nana. Suara desahan seperti orang yang tengah melakukan kuda-kudaan. "Apa yang sedang kau lakukan?" desak Amanda. "Shit! Ugh ... Aku sedang bermain kuda-kudaan, Amanda saaaayaaaang ... ugh!" jawab Nana. Amanda memijat dahi dan memejamkan mata, mencoba menenangkan diri agar umpatan kasar tidak keluar dari bibirnya. "Shut Up! Lanjutkan kegiatan olahraga panasmu. Dasar B1tch! Kau mengotori telingaku dengan suara desahanmu, Nana sialan!" Amanda mematikan sambungan telepon saat ia menyadari jika ia menelepon sahabatnya di waktu yang salah. "Kenapa sahabatku mudah sekali memberikan tempat untuk celupan lolipop pria itu? Astaga! Kapan Nana akan berhenti bermain?" gumam Amanda. ***** Setelah beristirahat sejenak di apartemen, Amanda memilih untuk memenuhi undangan dari salah satu kliennya di sebuah kelab malam ternama di Ibukota. Sudah nyaris hampir dua bulan Amanda tidak menghabiskan waktunya di sana akibat pekerjaan yang begitu padat. Saat kaki jenjangnya yang dibalut dengan high heels merah melangkah ke dalam kelab dan tubuhnya dibungkus dengan black dress hitam tanpa lengan yang cukup menonjolkan beberapa bagian tubuh membuatnya tubuhnya terlihat sangat seksi. Para mata pria memandangnya dengan tatapan lapar dan buas. Akan tetapi, Amanda seperti biasa mengacuhkan tatapan pria-pria mesum hidung belang di sana. Ia tetap berjalan menuju meja bartender dan memilih untuk menyapa pria gemulai yang sudah lama tidak ditemuinya. "Wow! My sexy princess garang akhirnya, kau muncul kembali setelah menghilang beberapa bulan lamanya," pekik pria cantik yang gemulai mendekati Amanda dan memeluk wanita itu dengan erat. "Ck! Selalu saja kau bersikap berlebihan Louis," gerutu Amanda saat pelukan mereka terlepas. "Louisa ... panggil aku Louisa, Amanda! Jangan membuatku marah padamu," rajuk pria cantik itu. Amanda tertawa renyah, tingkah Louis, manajer kelab ini selalu membuat bebannya sedikit berkurang. Ia begitu benci ketika dipanggil dengan nama prianya, ia lebih suka dipanggil Louisa. Menggelikan. "Baiklah Louisa!" ucap Amanda akhirnya membuat pria itu tersenyum manis. "Kau ke mana saja, wanita garangku. Kau sudah lama sekali tidak kemari. Aku merindukanmu," "Pekerjaanku begitu padat. Aku bahkan tidak sempat untuk menghabiskan waktuku bersenang-senang di sini. But, I miss you too," kata Amanda. Amanda dan Louisa terlibat percakapan cukup seru sampai wanita itu tidak menyadari jika ada sepasang mata tajam nan dingin tengah mengamatinya dari kejauhan. "Perfect!" gumam seseorang tersenyum simpul sambil menyesapi wine yang berada dalam genggamannya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD