Rena merasa menang di atas awan. Ia sudah membayangkan seperti apa wanita bernama Nurul itu. Pasti cantik dan lemah lembut. Gak kebayang muka Pras kalau tahu dia sudah gercep kemari. Menemui sang calon menantu. Biar saja, kalau sampai aku ketemu, sekalian aku lamar si Nurul bin Sahrul itu. Batin Rena senang. "Hmmm apakah orangnya sudah datang? Bu Nurul itu?" tanya Rena dengan penuh semangat. Joya menggeleng. "Mungkin sebentar lagi." "Silahkan duduk dulu bu. Nanti saya ambilkan minuman sebentar." Nurul selalu memerintahkan semua karyawannya agar menerima semua tamu dengan sopan, termasuk memberikan minuman ditengah waktu menunggunya. Itu yang kini tengah Joya lakukan pada Rena. Rena tersenyum dan menurut. Ia duduk di sofa sambil melihat isi butik. "Jadi nama Nurul itu bosnya Joya?