2. Om Cinta Saya?

1214 Words
Hari ini mungkin berbeda dari hari biasanya. Hari yang sangat dirindukan oleh Indira, yaitu tatkala ia nongkrong bersama kawan-kawannya. Namun nyatanya tidak sesuai ekspektasinya. Hanya dirinya dan Kenan saja yang bisa nongkrong sepulang kampus.  "Lo nggak apa-apa kalau cuma pergi berdua sama gue?"  Indira pun mengenakan helm hitam yang diberikan oleh Kenan. "Nggak apa-apa. Nggak usah nongkrong ya! Pasti bosen, 'kan cuma berdua! Kita ke Mall aja. Nonton atau nge-game gitu," pinta Indira yang diangguki oleh Kenan. Keduanya pun mulai membelah kota Yogyakarta yang siang ini begitu terik. Indira memang sengaja menyuruh supirnya untuk pulang karena ia hendak bepergian bersama kawan-kawannya. Tentu saja mendapat izin dari sang mama. Toh Kenan bukan lelaki sembarangan. Ia merupakan putra dari seorang gubernur. Sepertinya untuk sosok Indira, lelaki yang dekat dengannya rata-rata yang berada. Bukan katanya, karena ia sendiri pernah juga dekat dengan lelaki yang notabanenya merupakan ajudan presiden. Sayangnya kandas di tengah jalan. Soundtrack Ditinggal Rabi pun mulai ia benci! Karena memang lagu itu bak sedang menyindirnya yang ditinggal nikah. Indira ditinggal menikah bukan karena ia kalah cantik. Namun lebih tepatnya ia kalah usia dan juga posisi. Lelaki bernama Johan itu memang sudah matang usianya. Dewasa, dan idaman para gadis dan mertua-mertua TOP BGT diluaran sana. Sayangnya waktu itu Indira baru saja hendak melangkah ke jenjang perguruan tinggi. Tentu saja ia memilih berkarir. Tapi tak apa, tak masalah. Kalau kata orang 'mati satu tumbuh seribu'. Buktinya, mendapat pengalaman ditinggal menikah tak membuat ke-famousannya berkurang. Justru fansnya bertambah. "Jadi, mau nonton atau main game nih?" tanya Kenan ketika keduanya baru saja memasuki Mall ini. "Ra..jangan bilang cuma mau ngadem? Malu-maluin." Lamun Indira buyar seketika. Ia memukul lengan Kenan pelan, "ya nggak lah. Gila kamu." "Yuk! Nonton dulu. Kangen-" "Jangan kangen gue. Gue udah dijodohin." Indira memutar bola matanya malas. Ia menonyor kepala Kenan, "bukan kamu, Kenan. Tapi aku kangen nonton." Dengan menunjukkan puppy eyes-nya Indira berhasil membuat jantung Kenan berdebar diam-diam. Tanpa disadarinya lelaki yang telah lama ia anggap sahabat itu sebenarnya diam-diam jatuh hati. Namun cinta mereka terlarang.. Seperti biasa. Menonton film membutuhkan camilan. Indira pergi membeli cemilan, sedangkan Kenan membeli tiket menonton. Keduanya memutuskan menonton film action terbaru yang kebetulan baru saja rilis dan dapat disaksikan di bioskop itu. Kenan sudah membawa dua lembar tiket di tangannya. Dan, Indira kembali dengan membawa dua popcorn serta minuman dingin. "Yuk!" seru Indira antusias dengan mengedip-ngedipkan kedua matanya. Kenan pun hanya melebarkan senyumnya. Cukup bahagia melihat gadis yang telah lama menjadi sahabatnya itu juga bahagia. Ketika baru saja sepasang muda-mudi itu hendak menginjakkan kakinya di gedung bioskop, pergerakan mereka terhenti. Terutama Indira! "Sudah izin Mama?" tanya seorang lelaki yang entah muncul dari bumi mana ini. Sial! Indira menatap Kenan dengan tatapan tidak enaknya. Lalu ia melepaskan cekalan tangan lelaki itu. "Kenan, bentar ya. Ini Om aku rewel banget. Kamu duluan masuk gak apa-apa. Ini snack-nya kamu bawa." Kenan hanya mengendikkan bahunya dan dengan santainya masuk ke dalam gedung bioskop itu. Kekesalan yang telah memuncak membuat Indira harus mendorong paksa sosok lelaki yang tak diundangnya itu. "Om! Om ngapain sih? Mau jadi bodyguard aku?" "Kalau mau jadi suami pun, kamu nggak berhak kasar seperti ini dengan orang yang lebih tua." Menghela napasnya sesaat, sembari meredam amarahnya. "Oke. Maaf." "Tidak dimaafkan." "Terserah Om." Indira menyilangkan kedua tangannya di depan dada, wajahnya sudah merengut sedari tadi kedatangan pria yang diketahuinya merupakan rekan bisnis keluarganya itu. Regar! siapa lagi memangnya? "Kamu sudah izin Mama? Diizinkan? Cowok itu siapa? Pacarmu?" Serentetan pertanyaan Regar membuat pening kepala Indira. Hallo!!!!! Terserah Indira mau bepergian dengan siapa. Mengapa lelaki ini seolah-olah membatasi ruang geraknya? Padahal status keduanya saja tak pernah jelas dan terang! Indira melotot, "kalau IYA, kenapa? Terserah akulah!!" "Bisa nggak, nggak usah ngegas. Di rem kalau rem masih berfungsi." "Bodo amat!" Indira mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah. Hendak pergi lagi menyusul Kenan yang lebih dahulu berada di dalam bioskop, namun lagi-lagi Regar tak membiarkannya berlalu begitu saja. "Lepasinnnn.." "Diam atau saya teriakan bahwa kamu adalah istri saya yang kabur dari rumah," ancam Regar pada Indira. Indira justru memancingnya dengan menginjak kaki kiri Regar dan menjulurkan lidahnya. Hendak melarikan diri lagi. Akan tetapi, Regar lebih dulu berteriak, "Ayo Sayang! Kita pulang! Kita bicarakan baik-baik di rumah. Anak kita menanti di rumah, mencari-cari mamanya. Menangis semalam-mmmmppppttt.." Dibungkamnya bibir tebal nan sexy milik Regar itu. Indira menyeret lelaki itu hingga tempat parkir kendaraan di Mall tersebut. "Jadi?" Regar menaik-turunkan alisnya. "Gila! Om itu gila!" "Iya. Saya gila karena cinta sama anak bau kencur seperti kamu. Mana bisa kamu momong Paula," cibir Regar. Indira tak memusingkan cibiran Regar. Yang lebih membuatnya terkejut dan berhasil menari perhatiannya adalah ketika Regar mengungkapkan rasa cintanya pada Indira. Apa-apaan ini!? Menghela napas kasarnya, "Om! Om cinta sama saya?" "Iya. Nggak bayar 'kan? Kalau kamu minta bayaran, ya nanti aja sekalian mahar." Bisa gila lama-lama berbincang dengan lelaki berstatus duda keren ini. Sadar Indira! Meskipun Johan dan Kenan tak teraih olehmu, masih ada ribuan pria yang siap mengantri dibarisan fans-fans-mu. Ya betul itu! "Om! Dengar baik-baik ya.." Regar mengusap telinga kirinya. Sedikit pengang mendengar Indira yang kalau berbicara selalu mengotot. Lalu, dengan santainya lelaki itu menyenderkan dirinya di sebuah mobil hitam yang kebetulan berada di kirinya. Dimasukkannya kedua tangan ke dalam kedua saku celana kainnya yang pastinya super mahal itu. "Nomor satu. Saya, Indira Pradipta Rajasa menyatakan TIDAK MENCINTAI duda seperti Om." "Tapi saya duda keren, kaya, berwibawa. Masih cukup tampan kalau sekedar diajak kondangan atau dipamerkan mantan!" Tak habis pikir Regar dengan ucapan super pedas yang diutarakan oleh Indira. Indira memutar bola matanya malas, "nomor dua. Saya masih cukup muda dipanggil Mama oleh Paula." "Siapa juga yang akan menyuruh Paula memanggilmu dengan sebutan Mama? Kamu terlalu percaya diri Ra." Ini merupakan kali pertama Regar menyebut nama panggilannya. Tapi bodo amat! Indira harus segera menyelesaikan urusannya dengan. "Nomor tiga--aaaaaaaa..lepass! Mau bawa saya kemana!?" Indira meronta ketika tiba-tiba dengan mudahnya kedua tangan kekar Regar membawa tubuh mungil Indira dan memasukkannya ke dalam mobil hitam yang kacanya hitam. "Om culik saya!!" "Diam. Saya antar pulang. Mama kamu cariin," jawabnya santai lalu mulai melajukan mobilnya. "Om bohong! Tadi saya sudah izin Mama, dan Mama ngebolehin saya keluar." "Iya. Karena Mama nggak tahu kalau kamu keluar sama cowok." "Memangnya kenapa kalau sama cowok? Toh saya bebas!" Indira yang kesal masih saja menunjukkan raut wajah cemberutnya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Sebentar lagi kamu tidak akan bisa bebas," gumam Regar yang masih dapat didengar Indira. "Apa!?" "Ihhh berhenti!! Saya mau turun!!" Indira sekuat tenaga berteriak. Tangannya pun tak tinggal diam kini, ia nekad memukul-mukul pelan lengan kiri Regar yang tengah menyetir itu. Hingga... Brakkkkk!!!!! "Aaaaaaa.." teriak Indira ketika menyadari mobil yang ditumpanginya ini hilang kendali dan berakhir menabrak pohon. Namun apa ini? Dua tangan kekar milik Regar memeluknya erat, bahkan lelaki itu melindungi kepalanya agar tidak terbentur. Brakkkkkk!!! Mobil pun tepat menabrak pohon besar. Dapat dilihat oleh mata telanjangnya, darah segar mengalir dari area bawah. "Om.." "K-kamu t-tidak apa-apa?" Nafas Regar mulai tersengal. Kondisinya terlihat parah. Berbeda dengan Indira yang tidak lecet satu pun. "O-om..om nggak apa-apa? K-kaki Om?" Air mata Indira menetes tanpa dikomando. Begitu saja perasaan sedih menyelimutinya. Ia melihat banyak darah mengalir dan itu semua milik Regar. "....." Tak mengeluarkan sepatah kata pun, Regar hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu, memejamkan mata.. Indira yang khawatir akan hal yang tidak diinginkan terjadi pun segera mengguncang-guncangkan tubuh lelaki yang memeluknya itu. "Om!! Bangun..." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD