Julian menatap dingin ke arah Luna yang berdiri di ambang pintu kamarnya, membawa nampan berisi secangkir teh hangat dan sepiring kue cokelat kesukaannya sejak dulu—kue buatan tangan Mama-nya yang dulu selalu menjadi hidangan khas di setiap ulang tahun Julian kecil. Kini, aroma kue itu memenuhi ruangan, tapi bagi Julian, aroma itu justru membawa kenangan pahit yang selama ini berusaha ia kubur dalam-dalam. Luna tersenyum lembut, walau gugup. “Aku tahu kau suka ini. Aku membuatnya sendiri.” Julian menatapnya datar. Ia duduk di tepi ranjang dengan kemeja yang masih terlepas beberapa kancing, menatap nampan itu seperti benda asing. “Aku tidak butuh itu.” Luna menelan ludah, berusaha tetap tenang. “Kau tidak perlu memakannya kalau tidak mau. Aku hanya ingin…” “Pergi.” Suaranya datar namun

