Malam itu suasana di ruang makan begitu sunyi. Hanya denting halus dari sendok yang sesekali beradu dengan piring yang terdengar, mengisi kesunyian. Farah duduk di seberang Om Maven, lelaki berusia tiga puluh dua tahun yang begitu tenang dan kharismatik. Lelaki yang kini adalah suami dari Tantenya, dan juga lelaki yang membuat hatinya berdebar setiap kali mereka bersama. Tapi ia tidak boleh. Perasaan itu tabu, berbahaya, bahkan terlarang. Farah menatapnya dengan senyuman tipis, meski hatinya berkecamuk. Om Maven menyadarinya, tapi tetap saja menikmati makan malamnya dengan tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Farah tahu, ini salah. Dia tahu bahwa sejak awal perjanjian itu dibuat, dia seharusnya tidak pernah memiliki perasaan seperti ini. "Kau tidak makan?" suara bariton Om Mave