5. Definisi Orang Kaya Di Mata Orang Desa

1122 Words
“What ...? Serius Ayana percaya kalau aku sopir yang merangkap jadi kuli bangunan? Memangnya wajah dan tampangku—” Dalam hatinya, Atlantis yang sempat sangat syok. Jadi berpikir lain. “Bener sih, ... sejauh ini juga banyak sopir dan tukang bangunan necis. Asal mau modal skincare, cukup beli baju preloved, pasti otw keren. Tapi masa iya, aku ... ini aku loh. Masa Ayana iya-iya saja, percaya kalau aku ... kalau aku sopir ... merangkap jadi tukang bangunan,” batin Atlantis makin uring-uringan saja. Yang Ayana tahu dari sang ayah. Selain Atlantis sama-sama bekerja menjadi sopir layaknya pak Supri. Atlantis juga kerap memanfaatkan waktu luang apalagi waktu libur, untuk bekerja jadi tukang bangunan. Atlantis harus bekerja sangat keras. Karena masih kata pak Supri, pemuda yang pak Supri klaim sebagai rekan kerjanya itu merupakan tulang punggung keluarga. Atlantis dikata pak Supri merupakan anak pertama, sementara adiknya ada enam, orang tuanya miskin lebih parah dari kehidupan Ayana. “Maafkan Ayah, Ayana. Ayah terpaksa membohongi kamu karena selain kasta kita dan Den Atlantis berbeda. Den Atlantis juga akan menikah dalam waktu dekat. Ayah takut, kamu berharap ke Den Atlantis. Karena hanya dengan membuatmu percaya bahwa Den Atlantis miskin, ... kamu tidak mungkin memberi harapan kepada Den Atlantis.” Dalam diamnya, pak Supri mengawasi kebersamaan sang putri dan Atlantis, dari samping rumah. Di halaman rumah, Ayana yang sedang beres-beres rumah, dihampiri oleh Atlantis. Atlantis yang sudah resmi menjadi suami Ayana, meski baru secara agama, tampak berusaha mengajak Ayana berbicara. Berbicara hal yang pak Supri yakini untuk rasa tertarik Atlantis kepada Ayana. Iya, pak Supri yakin, bahwa anak majikannya sudah langsung jatuh cinta semenjak pertemuan awalnya dengan Ayana. Karena pada kenyataannya, Ayana memang sangat cantik. “Bu, ... panggil Ayana. Dari dalam rumah. Jangan biarkan Ayana dekat-dekat dengan Den Atlantis,” ucap pak Supri kepada sang istri yang sedang membersihkan setengah karung beras di dapur dekat pintu dirinya mengawasi sang putri. Berbeda dari Ayana. Ibu Lastri justru tahu, bahwa Atlantis merupakan anak majikan sang suami. Demi kebaikan bersama, ibu Lastri dan sang suami sepakat untuk merahasiakan identitas Atlantis. Kendati demikian, demi membungkam para tetangga apalagi Aishar, Ayana sekeluarga tetap mengenalkan Atlantis sebagai orang kaya. Atlantis mereka sebut sebagai anak majikan pak Supri, yang sudah jatuh cinta kepada Ayana, sejak lama. “Bantuin Ibu urus beras dulu. Beres-beres depan sudah, kan?” ucap ibu Lastri sudah langsung menjalani arahan sang suami. Ibu Lastri membuat Ayana menghampirinya, dan otomatis membuat putrinya itu meninggalkan Atlantis. Atlantis terbengong-bengong melepas kepergian Ayana. Ayana yang tampil sederhana, tapi tidak dengan kecantikan sekaligus cara pikirnya, sungguh sudah langsung membuatnya mengkhianati Riana. “Iya, sih ... belum sampai terjadi apa-apa, tapi Ayana memang keren buat gadis desa seangkatannya,” batin Atlantis. Padahal, Ayana sudah pamit dan meminta Atlantis untuk istirahat, sebelum wanita yang telah ia nikahi itu pergi menemui ibu Lastri. “Coba aku ikut. Bantu-bantu, modus gitu lah. Ini mau bikin syukuran buat pernikahanku dan Ayana. Katanya sih, hal semacam ini sudah jadi tradisi di sini,” batin Atlantis. Baru melangkah dua langkah, Atlantis sudah dipanggil pak Supri. Pak Supri yang awalnya di samping rumah delapan, baru keluar dari pintu depan rumah dan sebelahnya sudah sempat terbakar. “Sudah mengurusnya dari kecil, aku paham, hal-hal macam apa yang bisa bikin Den Atlantis penasaran. Bukan hanya wajah cantik dan semua kecantikan di seorang wanita. Melainkan juga sikap maupun keadaan yang bikin seorang wanita mahal, seperti Ayana, putriku,” batin pak Supri. “Oh ... Pak Supri. Kebetulan, ... ini ceritanya kan mau selamatan. Sampai dibikin apa ini, Pak?” Atlantis tak jadi menyusul Ayana. Ia menghampiri sang sopir yang kini juga merangkap menjadi ayah mertuanya. “Teratag hajatan, Den. Buat acara kenduri sih. Harus begini karena rumah saya sempit,” ucap Pak Supri sudah langsung menolak karena Atlantis mengeluarkan semua lembaran uang seratus ribu yang membuat dompet menantunya itu sangat tebal. “Kenapa Pak Supri? Kurang?” bingung Atlantis. “Bukan begitu Den, tapi ....” “Pak Supri, ingat tujuan saya dan Ayana menikah.” Atlantis menatap kedua mata pak Supri penuh keseriusan. Dengan jarak yang tak kurang dari dua jengkal, mereka bertatapan. “Mengangkat derajat kalian, wajib dengan kemewahan. Bukan hanya eh katanya suami Ayana. Menantunya Pak Supri dan Ibu Lastri, orang kaya. Lah, kaya apa? Kok kenduri saja, biasa-biasa saja!” ucap Atlantis. “Sudah, Pak Supri. Bikin acaranya mewah semewah-mewahnya. Urusan uang dan biaya, biarin pakai uang saya. Pak Supri kan tahu, kebahagiaan saya itu menindas orang arogan.” “Apaan sih, cuma camat, sudah saya jeblosin ke polisi!” “Pokoknya acara harus WAH ya Pak. Bikin acara, rame-rame. Masak, ... ah ... pesen banyak makanan saja. Buat tetangga kenyang sekeyang-kenyangnya!” “Bikin rame-ramenya juga yang bikin tetangga minat. Lomba ... lomba panjat pinang, hadiahnya kulkas, tivi, apa gimana.” “Seseru itu, Pak! Biar kekayaan saya kelihatan sama tetangga. Asli kayanya!'' “Eh, ... memang asli kaya, kan?” Pak Supri jadi panas dingin hanya karena rencana bar-bar dang bos yang selama ini memang dikenal paling anti pada penindasan. “Kalau bisa yah, Pak. Saya juga ingin menuhin leher, tangan, maupun kaki Ayana pakai perhiasan.” Karena ucapannya kali ini, membuat pak Supri melotot dan terlihat sangat syok, Atlantis langsung menegaskan. “Definisi kaya menurut orang kampung, gini, kan, Pak?” “Ah ... potong sapi!” “D–Den, ... jangan lakukan ini.” “Enggak apa-apa, Pak. Jangan halangi saya. Biarkan saya menyelesaikan balas dendam kita. Sebentar, potong sapi ... enggak keburu kalau buat hari ini. Kita potong kambing saja Pak. Satu yang besar, buat makan-makan tetangga dan semua yang hadir.” Atlantis mengurus segalanya. Urusan balas membalas, apalagi balas dendam, memang dirinya ahlinya. Semuanya Atlantis wajibkan seperti keinginannya—mewah. “Kalem Pak Supri. Hidup saya bisa enggak tenang kalau belum balas dendam secara bar-bar. Hari ini juga, serba mewah, rame, inilah yang dinamakan definisi orang kaya di mata orang kampung!" Atlantis menugaskan Ayana untuk menemaninya belanja hadiah panjat pinang. Sementara untuk kambing yang akan dimasak, Ayana diminta memesannya ke juragan kambing. Pak Supri dan ibu Lastri ditugasi mengundang tetangga untuk rewang atau itu bantu-bantu di acara besar. Namun di balik kemewahan sekaligus keramaian yang akan Atlantis lakukan, pak Supri sekeluarga justru jadi ketar ketir. “Mau habis berapa ini, Bu? Bapak jadi enggak enak ke Den Atlantis,” ucap pak Supri. Bersama sang istri, pak Supri melepas kepergian Atlantis dan Ayana. Keduanya pergi menggunakan mobil. Ayana duduk di sebelah Atlantis yang menyetir. “Memang orangnya seperti itu ya, Pak?” ujar ibu Lastri tak kalah gelisah dari suaminya. “Iya, ... malahan bilangnya, biar uangnya bisa berkurang. Bingung kebanyakan uang katanya!” balas pak Supri dan malah membuat sang istri menahan tawa. Tawa pertama setelah sekian lama mereka harus merasakan kejamnya dunia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD