“Ayana kenapa? Jadi, keramaian polisi yang berusaha mengamankan keadaan, justru untuk Ayana?” “Apakah ini juga masih berkaitan dengan telepon dari Ayana, dan ... ponsel Ayana yang justru dijawab Pak Atlantis?” “Pantas Pak Atlantis tadi emosi banget. Namun, kenapa sekarang si Zeevanya justru tahan-tahan aku?” Dika yang berbicara dalam hati, sama sekali tidak cemburu. Alasannya panik sekaligus kebas, semata karena ia begitu mengkhawatirkan Ayana. Ayana menangis dan tampak lemas begitu. Sebelumnya, Dika belum pernah melihat Ayana terpuruk begitu. Namun kini, Zeevanya yang terus menahan pergelangan tangannya, justru tak kunjung bersuara. Zeevanya membisu, mendiamkan Dika yang ia tahan. Air mata kesedihannya memang berlinang, tetapi Dika yang sedang sangat mengkhawatirkan Ayana, tak kuasa