"Aku iri sama Mbak Yuna." Langkah Raga terhenti mendengar ucapan Anggia. Pria itu tidak menoleh, tetapi masih menunggu apa yang akan istrinya ucapkan kemudian. Setelah Ayuna dan Sadewa berpamitan, keduanya terjebak dalam kebisuan hingga Raga memutuskan kembali ke kamar dan meninggalkan istrinya sendirian. Namun, rupanya Anggia tidak membiarkannya pergi begitu saja. Wanita itu melontarkan kalimat yang memuat Raga mendesah lelah. "Mbak Yuna punya suami yang sangat mencintainya. Dia juga sekarang sudah hamil. Makin lengkaplah kebahagiaannya," lirih Anggia dengan mengusap air mata yang mulai keluar. "Berbeda denganku yang justru tidak kamu pedulikan. Kamu mendatangiku sekedar menunaikan kewajiban dan setelahnya kita bak dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah." Anggia menghela nap

