Pundak Azkia melorot. Perasaan kaget merampas seluruh tenaga yang tersisa. Dalam hitungan detik Azkia merasakan tubuhnya lemas. Otot-otot di bibirnya pun secara otomatis membentuk sebuah benteng pertahanan dengan menguncinya rapat-rapat. “Hai!” Fattan bangkit dari duduknya lalu berjabat tangan dengan Elvano. “Lama nggak denger kabar lo. Ternyata lo lagi sibuk banget, ya?” sindir Elvano sambil melirik ke arah Azkia. Dari tempat duduknya, Azkia membuang muka. Dia sudah tidak sudi lagi melihat wajah Elvano. Sementara itu, seluruh urat saraf Fattan menegang menciptakan batasan antara dia dan Elvano. Meskipun posisi Elvano yang menggandeng Zoya sama tidak baiknya dengan dia dan Azkia, tetapi Fattan masih tahu diri bahwa saat ini dia sedang duduk bersama dengan istri teman baiknya itu. “

