“Alex, kenapa kamu sangat baik padaku? Kenapa selalu memperlakukan dengan begitu berbeda?” “Karena aku mencintaimu, Emira.” Aku tertegun mendengar ucapan Alexandre Wang yang sangat tiba-tiba. Aku tidak menyangka akan mendengar kata-kata itu keluar dari bibir tipis seorang Alexandre Wang yang pernah aku sakiti. Apa aku tidak salah deng ar? Apa aku sedang bermimpi? Aku yang sedang memeluk tubuhku sendiri sambil duduk di kursi roda, secara diam-diam mencubit leganku sendiri. Aku mencubit sekuat tenaga berpikir ini semua hanya mimpi. Tapi aku masih merasakan sakit dan semua bukanlah mimpi. Dengan sedikit gugup, aku pun bertanya pada Alexandre Wang, “Alex, apa kamu salah minum obat?” “Tidak, aku tidak sakit.” “Lalu kenapa kamu mengatakan kata itu pad