"Kamu keterlaluan!" Geram Joana dalam hatinya. "Bagaimana Ana? Masih berniat menolak?" Menyibakkan rambutnya ke belakang sambil beranjak berdiri dari kursinya. Ana sudah mengira pria itu bakal menyentuh bahunya, atau menciumnya lagi dan lagi. Tebakannya benar, pria itu menundukkan badannya di sebelahnya. Entah apa yang ingin dia bisikan di telinganya lagi. Joana tidak sabar menghadapi sikapnya. Gadis itu segera beranjak dari kursinya. "Maaf saya harus segera pulang pak dosen." Frans merasa tertolak, dan dia berpikir Joana sama sekali tidak menghargai perasaannya. "Oke kalau begitu aku akan memberikan ini untukmu." Mengeluarkan surat skorsing lagi. Memainkan di depan wajah Joana, Melihat surat tersebut, gadis itu meremas rambut di belakang tengkuknya dengan sangat kesal. "Pak? Anda