bc

Pria Asing Penyelamatku

book_age18+
58
FOLLOW
1K
READ
revenge
family
HE
arranged marriage
boss
heir/heiress
drama
tragedy
bxg
office/work place
wild
like
intro-logo
Blurb

Alisha dilempar ke sungai oleh orang-orang suruhan suaminya, Daffian. Dia berusaha dilenyapkan karena mengetahui rahasia besar Daffian. Setelah mobil yang berisi segerombolan orang suruhan Daffian menjauh, datang sebuah mobil lain dan berhenti di jembatan.

Seorang pria bernama Elnathan terjun ke dalam air untuk menyelamatkan Alisha. Sedangkan Alisha yang matanya sudah terpejam pasrah dengan hidupnya, namun ia merasa seseorang menarik tangannya.

Alisha mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup berkat Elnathan. Mampukah Alisha menata kembali hidupnya yang baru dan membalas perlakuan Daffian terhadapnya?

Cover by @tiadesign_

chap-preview
Free preview
1. Perjodohan
"Namanya Alisha, dia akan menjadi calon istrimu." Pak Bastian memperkenalkan Alisha pada Daffian, putra sulungnya. Dengan senyum cerah di wajahnya, beliau menaruh harapan besar pada Alisha dan Daffian. "Tapi, Ayah-" "Tidak ada kata tapi, Daffian!" potong Pak Bastian. "Alisha ini gadis baik-baik, Daf. Ibu sangat mengenalnya, dia akan menjadi istri yang baik dan akan membuat kamu berubah lebih baik juga." Bu Rosa menimpali. Wanita yang berumur lebih dari setengah abad itu menggenggam tangan Alisha. Bu Rosa mengenal baik orang tua Alisha, maka dari itu dia yakin tidak salah memilihkan calon istri untuk putra sulungnya. "Aku tidak mau buru-buru menikah, Ayah, Ibu. Biarkan dia menikah dengan Marsel saja!" Daffian menolak mentah-mentah. Dia malah menyarankan agar Alisha menikah dengan Marsel, adiknya. "Daffian!" bentak Pak Bastian. "Umur kamu sudah mau 35 tahun, sampai kapan kamu mau bermain-main? Sudah saatnya kamu membangun rumah tangga!" Alisha sedikit kaget mendengar Pak Bastian membentak Daffian, tapi dia juga tidak bisa bicara apapun. Saat ini yang bisa dia lakukan hanyalah menurutinya kemauan Pak Bastian dan Bu Rosa. Ayah Alisha sudah meninggal dua tahun lalu. Bulan lalu ibunya menyusul sang ayah, dan sempat menitipkan Alisha pada Bu Rosa. Itu sebabnya Alisha berada di rumah ini dan akhirnya dijodohkan dengan putra sulung Bu Rosa. Alisha sebenarnya ingin menolak perjodohan ini, tapi dia tidak mau mengingkari janji yang ia buat pada ibunya. Setidaknya Alisha ingin memenuhi permintaan terakhir ibunya yang mengatakan agar ia menuruti Bu Rosa. "Lagi pula aku kan sudah punya pacar, Kak." Marsel menyeletuk mencoba mencairkan suasana, namun malah membuat Daffian menatapnya sengit. "Diam kamu, Marsel!" sentak Daffian. "Kamu pikir aku tidak punya?!" Dia tidak suka celetukan adiknya. "Pacar yang mana, Daffian? Kamu tidak pernah membawa wanita untuk diperkenalkan pada orang tuamu. Sekarang sudah waktunya menikah untukmu, bukan pacar-pacaran lagi." Bu Rosa menengahi. "Pokoknya keputusan Ayah tidak bisa diganggu gugat. Bulan depan kamu dan Alisha akan menikah. Titik!" tegas Pak Bastian, tak mau menoleransi lagi. "Ayah! Yah!" Daffian mencoba memprotes, namun Pak Bastian tidak mau mendengarkannya dan pergi ke kamar. "Cobalah kamu mengobrol dengan Alisha dulu, Daf. Dia ini gadis baik dan tepat untuk dijadikan istri," ucap Bu Rosa, dengan lebih lembut dari sebelumnya, karena tahu Daffian akan semakin marah jika dibentak. "Alisha, Ibu tinggal ya? Kamu dan Daffian coba saja mengobrol agar lebih dekat." Bu Rosa bangkit dari duduknya. "Marsel, biarkan Kakakmu mengobrol dulu." Beliau meminta putra bungsunya untuk tidak mengganggu. Akhirnya di ruang keluarga hanya tersisa Alisha dan Daffian. Sejak tadi Alisha hanya menunduk, tidak berani menatap Daffian. Ia memainkan ujung kemejanya dan menggigit bibirnya, tak bisa memulai percakapan. Sedangkan Daffian menatapnya dari kepala hingga kaki. Memperhatikan seolah sedang menguliti. "Aku akui kamu memang cantik, tapi tidak menarik." Komentar Daffian membuat Alisha mengangkat wajahnya. Kali ini Daffian bisa melihat jelas wajah Alisha. Sedangkan Alisha buru-buru kembali menunduk karena takut dengan tatapan Daffian. "Kenapa kamu tidak menolak perjodohan ini?" tanya Daffian. "Kenapa sejak tadi kamu hanya diam saja? Kamu bisu?" Nadanya pelan, tapi menusuk di telinga Alisha. "Aku ... aku hanya menuruti pesan terakhir ibuku," jawab Alisha tergagap. Dia ingat ucapan ibunya untuk menuruti Bu Rosa. Dia tahu persahabatan ibunya dan Bu Rosa, jadi tidak mungkin Bu Rosa mencelakainya. Tapi jujur saja saat ini Alisha merasa ketakutan, Daffian kelihatannya bukan pria yang baik. "Kamu benar hanya menuruti pesan terakhir ibumu? Atau mau mendapatkan harta orang tuaku?" cibir Daffian. "Asal kamu tahu, banyak wanita yang mendekatiku karena tahu orang tuaku kaya. Bahkan wanita-wanita itu lebih seksi dan lebih menarik daripada kamu." Ucapan Daffian benar-benar menusuk hati Alisha. Kali ini wanita bermata indah itu memberanikan diri menatap Daffian. "Kalau begitu kamu saja yang menolak perjodohan ini. Aku juga tidak mau menikah dengan pria yang tidak mau menerimaku." Daffian tertawa mendengar ucapan Alisha. "Apa kamu tuli? Aku sudah mencoba menolak tadi, tapi kamu tahu sendiri ayahku tidak bisa dibantah. Jadi sekarang aku minta kamu bicara dengan orang tuaku dan menolak perjodohan ini." Baru mengobrol sebentar saja rasanya Alisha sudah tidak sanggup melanjutkan. Ucapan Daffian kasar dan tak ada lembutnya sama sekali. Bagaimana bisa dia menikah dengan pria kasar seperti Daffian? Memang Bu Rosa sudah menceritakan tentang kedua putranya. Putra sulungnya yang bernama Daffian memang sedikit nakal, sedangkan putra bungsunya yang bernama Marsel lebih baik. Bu Rosa berharap Alisha bisa merubah sikap Daffian setelah mereka menikah, namun rasanya semua itu tidak mungkin. Alisha tidak mengenal Daffian, bertemu pun baru sekarang. Dia juga tidak menyangka ada pria sekasar ini yang belum pernah ia temui sebelumnya. Rasanya dia tidak sanggup merubah sifat Daffian yang kasar seperti ini. Kenapa orang tua Daffian mengharapkan Alisha untuk merubah putra mereka? Karena perubahan itu ditentukan dari dari sendiri, bukan orang lain. "Aku juga tidak mau menerima perjodohan ini, tapi aku juga tidak bisa menolaknya." Alisha tahu dia tidak mempunyai pilihan selain menerima permintaan orang tua Daffian. "Kamu butuh uang berapa banyak? Cepat katakan. Aku akan memberinya dan setelah itu kamu harus pergi sejauh mungkin." Kali ini Daffian benar-benar keterlaluan, tangan Alisha mengepal mendengar ucapan pria berbadan tinggi itu. "Kenapa? Kamu marah? Mau menamparku?" Daffian menantang, bahkan memberikan pipinya untuk ditampar oleh Alisha. "Cepat tampar saja aku!" "Maaf aku tidak diajarkan untuk bersikap kasar apalagi main tangan," ujar Alisha menohok. Daffian menatap Alisha dengan pandangan menyeringai. "Baiklah terserah padamu. Sepertinya kamu memang sangat ingin menikah denganku. Kalau begitu kita akan menikah dan hidup bahagia. Itu kan maumu?" Baru saja Alisha hendak menjawab Daffian, namun pria itu malah bangkit dari duduknya dan berkata lagi. "Lakukan saja sesukamu, dan aku juga akan melakukan apa yang aku mau." Pria itu meninggalkan Alisha begitu saja, tanpa memberikan kesempatan pada Alisha untuk menjawab ucapannya. Rasanya memanggil Daffian pun percuma, mulut Alisha terkunci tak bisa berkata-kata lagi. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat, Alisha pikir Daffian kembali, namun ternyata Marsel yang datang. Adik Daffian itu tersenyum pada Alisha dan duduk di seberangnya. "Maafkan Kak Daffian ya, Mbak. Dia memang orangnya begitu," kata Marsel. Pria ini sangat berbeda dari Daffian, baik sikap maupun tutur kata. Lebih sering tersenyum dan bisa memahami orang lain. Andai saja Alisha dijodohkan dengan Marsel, mungkin dia tidak akan begitu keberatan. Tapi sayangnya umur Marsel lima tahun lebih muda darinya, lagi pula dia juga sudah punya kekasih. Tidak mungkin Alisha berani meminta Marsel yang menjadi calon suaminya, apalagi sejak awal memang dia akan dijodohkan dengan Daffian. "Apa aku bisa merubah Daffian menjadi lebih baik seperti yang orang tuamu harapkan? Aku tidak yakin bisa melakukannya. Ini seperti tugas yang berat. Bukannya aku menolak, tapi aku tidak yakin ...." Marsel mengangguk paham, ia tahu kekhawatiran Alisha. "Pelan-pelan saja, Mbak. Aku yakin Mbak Alisha bisa menuntun Kak Daffian menjadi lebih baik."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERNODA

read
196.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
185.0K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
232.1K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
25.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
21.9K
bc

My Secret Little Wife

read
130.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook