Keesokkan paginya, Clara terbangun. Dia merasakan pusing karena semalam dia menangis. Dia bermimpi tentang orang tua Clara.
Orang tua asli Clara ternyata hanya seorang pekerja biasa di mansion ini. Namun orang tua Clara adalah sahabat dekat dari orang tua Malvin, ayah Clara meninggal terlebih dahulu karena kecelakaan, dan ibunya meninggal karena mendonorkan ginjalnya kepada Astrid. Untuk itu Astrid dan Marcus langsung menikahkan Clara dengan putra satu-satunya yang dia punya yaitu Malvin.
Mereka menikah karena paksaan, dan tentu saja awalnya Malvin menolak keras karena selain dia tidak menyukai Clara. Waktu itu dia juga sudah memiliki kekasih.
Dia dipaksa menikahi Clara dan memutuskn kekasihnya karena ingin membalas kebaikan ibu dari Clara yang sangat besar dan bahkan menyangkut nyawa.
Malvin yang terpaksa karena bahkan ibunya mengancam untuk melepaskan ginjal ibu dari Clara akhinya menyetujuinya dengan syarat dia tidak bisa satu kamar dengan Clara sebelum dia sudah benar-benar menyukainya.
Orang tuanya terpaksa menyetujuinya karena mereka yakin jika suatu saat Malvin akan mencintai Clara. Untuk itu Astrid selalu membujuk dan meminta Clara untuk merubah penampilannya yang mungkin Malvin bisa mengubah pendiriannya dan menerimanya.
"Kau memiliki hidup yang lumayan menyedihkan, Clara. Tanpa orang tua dan dinikahi oleh pria yang tidak mencintaimu memanglah sangat menyakitkan." Gumam Clara. Lamunan kesedihannya terhenti karena pintunya di ketuk dari luar dan ternyata itu adalah pelayan pribadinya.
"Anda baik-baik saja, Nyonya?" Tanya Ida karena mata Clara sedikit membengkak.
"Tidak ap, Bi. Aku mau mandi dulu." Ucap Clara tersenyum tipis.
"Biar saya siapkan Nyonya." Ucap Ida yang membuat Clara terdiam sebentar dan akhirnya mengangguk.
"Ponsel Clara sepi sekali seperti kuburan." Gumamnya.
Dia lalu menghampiri Ida yang ada di kamar mandi dan sedang mengisi bathube-nya dengan air panas.
"Anda sekarang sangat cantik, Nyonya." Ucap Ida yang membuat Clara terkekeh.
"Berarti dulu tidak cantik?" Tanya Clara.
"Cantik, anda selalu cantik, dan sekarang semakin cantik. Bahkan lebih cantik dari Nona Rania." Ucap Ida yang membuat Clara mengerutkan dahinya.
"Rania?" Beo Clara karena tidak mengenalnya. Dia memejamkan matanya dan mencoba mengingatnga namun tetap tidak ingat.
"Iya. Mantan kekasih Tuan Malvin dulu itu sangat jelek, hanya saja dia seorang model, untuk itu tubuhnya bagus dan dia juga menjaga wajahnya agar tetap mulus dan putih. Tapi aslinya sebenarnya dia jelek," ucap Ida yang membuat Clara akhirnya tertawa.
Clara manggut-manggut karena tau jika mantan kekasih Malvin bernama Rania.
"Cih cuman model, masih di atasku, dia tidak tau kalau aku adalah anak dari pemilik perusahaan yang terbesar dinegara x." Batin Clara.
"Tapi mereka semua tidak akan pernah tau kalau sebenarnya aku adlah Clarisa Garcia, kan aku sekarang ada di tubuh Clara."
Clara terkekeh sendiri yang membuat Ida bingung.
"Terima kasih, Bi. Aku mau mandi dulu dan tidak perlu menyiapkan baju untukku karena aku akan memilih baju sendiri." Ucap Clara yang di angguki mengerti oleh Ida.
"Oh iya, nanti minta pelayan lain untuk ke kamarku ya, aku ingin membuang semua baju lamaku, baju lama Clara membuat mataku sakit. Maksutku Clara yang lama, karena aku bukan Clara yang dulu." Ucap Clara meralat perkataannya yang digrri oleh Ida.
"Baik, Nyonya."
Clara akhirnya berendam sebentar, inilah kehidupannya dulu, jika dulu saat dia menjadi Clarisa, pagi dia sudah pergi ke kantor untuk membantu ayahnya menghandle perusahaannya. Tapi sekarang menjadi Clara dia tidak memiliki pekerjaan yang menurutnya sedikit membosankan.
*****
"Mau ke mana, Bi?" Tanya Astrid krena melihat Ida dan dua pelayan lainnya ingin pergi ke atas.
"Nyonya Clara meminta saya untuk membawa pelayan ke kamarnya, Nyonya."
"Untuk apa?"
"Nyonya Clara mau membereskan lemarinya, di ingin membuang semua baju lamanya." Ucap Ida yang membuat Astrid heran namun akhirnya mengangguk.
"Suruh dia ke bawah untuk sarapan dulu." Ucap Marcus.
"Baik, Tuan."
Ketiga pelayan ini akhirnya naik ke atas dan ternyata Nyonyanya sudah bersiap, mereka benar-benar terkejut dan heran karena Clara berubah menjadi sangat cantik, bahkan cara berpakaiannya juga berbeda.
Clara hanya memakai baju santai namun terlihat berbeda di tubuhnya, bahkan rambutnya dicepol asal namun teerlihat cantik dengannya. Wajahnya sudah tidak terlihat kusam meskipun masih ada bekas jerawat di sana.
"Nyonya, anda diminta untuk sarapan terlebih dahulu." Ucap Ida yang akhirnya di angguki oleh Clara.
"Aku sudah memisahkannya, kalian tinggal mengeluarkannya." Ucap Clara yang dimengerti oleh para pelayan.
"Terima kasih ya," ucap Clara tersenyum lalu pergi dari sana.
"Apa kita tidak salah lihat, Nyonya Clara benar-benar berubah, jika wajahnya sudah mulus. Sudah pasti dia sangat sempurna." Puji salah satu pelayan.
"Iya, aku juga tidak menyangka jika Nyonya Clara berubah akan menjadi cantik seperti itu, bahkan sudah tidak ada sikap pemalu dalam dirinya, dan itu sangat cocok dengan perubahannya."
"Aku juga sennag, semoga perubahannya membuahkan hasil dan bisa memperbaiki hubungannya dengan Tuan Malvin." Ucap Ida yang sangat berharap, Ida sudah menganggap Clara seperti anaknya sendiri, dan saat dia berubah seperti ini membuat dia benar-benar senang.
Clara turun dari tangga yang membuat Astrid tersenyum.
"Astaga putriku cantik sekali." Gumam Astrid terkekeh krena melihat Clara benar-benar berubah.
Marcus sendiri tersenyum karena yang dikatakan istrinya benar, entah kenapa Clara bisa berubah sdrastid itu, tapi dia sangat senang melihat perubahannya.
Berbeda dengan kedua orang tuanya, Malvin hanya diam saja namun dia mengakui jika memang Clara memang berubah drastis.
"Selamat pagi," sapa Clara tersenyum.
"Pagi, Sayang." Jawab Astrid dan Marcus.
"Selamat pagi, Suamiku." Sapa Clara tersenyum menggoda namun Malvin sama sekali tidak meresponnya.
"Cih masih kaku saja, untung saja tampan. Jika tidak. Pasti wajahmu sudah jelek seperti wajahku dulu." Cibir Clara yang membuat Marcus terbatuk sedangkan Astrid tertawa karena perkataan menantunya yang menurutnya sangat lucu.
"Astaga, kenapa kau sekarang menjadi sangat lucu." Ucap Astrid yang masih tertawa.
"Sebenarnya memang aku sangat lucu dan menggemaskan, Mom. Hanya saja belum aku keluarkan," ucap Clara.
"Aku ada meting pagi, aku pergi dulu." Ucap Malvin yang pamit pergi dari sana
"Metingmu tidak mungkin sepagi ini, duduk dan sarapan bersama, Malvin." Ucap Marcus.
"Aku memang sudah ada janji dengan Roy untuk meninjau proyekku yang baru, Dad." Ucap Malvin yang tetap pergi dari sana.
"Apa tidak ada ciuman selamat pagi." Gerutu Clara yang cemberut karena Malvin bahkan tidak pamit dengannya atau minimal mencium keningnya sebelum berangkat ke kantor.
Astrid terkekeh dengan omelan Clara.
"Kau harus meluluhkannya, jika dia sudah luluh, dia pasti akan memberikan ciuman sebelum dia berangkat." Ucap Astrid yang menyemangati Clara agar tidak menyerah untuk mengambil hati putranya.
"Itu sudah pasti, Mom. Dia perlu digoda sedikit, Ck dia benar-benar sangat kaku." Ucap Clara.
Marcus bahkan melongo karena perkataan Clara yang bahkn juga ikut berubah.
Marcus menoleh ke arah istrinya yang ditanggapi Astrid dengan senyuman, namun dia sebenarnya terharu karena menantunya akhirnya berubah menjadi semangat seperti ini.