Lynn dan Ao Chun kini duduk berhadapan dengan api unggun di antara mereka. Wanita itu bersenandung kecil dengan sesekali melirik Ao Chun yang benar-benar menatap dirinya tanpa berkedip. Ia tersenyum lebar, pasti pria itu ingin sekali mengetahui apa ia ketahui tentang dirinya dengan nenek tua yang sudah mati.
"Dewi, bisa kita bicarakan tentang hal itu?" tanya Ao Chun tanpa basa basi.
Lynn mengerjapkan kedua matanya, ide jahil mulai berputar di kepalanya. Senyum Wanita itu semakin melebar, ia duduk bersila dan menegapkan tubuhnya.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Lynn dengan penuh wibawa.
"Tidak perlu dengan penuh wibawa seperti itu," sindir Ao Chun dan Lynn tertawa kencang.
"Jadi apa yang ingin kau dengar, Pangeran Ao Chun?" jawab Lynn sambil menghaus air matanya yang sedikit keluar.
"Bagaimana ia mati? Apa ia hidup bahagia?" tanya Ao Chun dengan kepala tertunduk.
Lynn terdiam, menimbang apa yang harus ia katakaan dan jelaskan pada pria di hadapannya. Sangat jelas sekali jika Ao Chun masih mencintai mendiang Ibu Suri yang telah dibunuh oleh Jun Yi, tetapi ia juga tidak bisa mengatakan jika nenek tua itu mati ditangan pria yang sedang bersamanya.
"Tidak bisakah kau melupakan masalalu?" tanya Lynn setelah terdiam cukup lama.
"Tidak bisa, kau pasti tahu perasaanku. Jadi, bisakah kau katakan yang sebenarnya terjadi?"
Lynn menghembuskan napasnya dalam, pria di hadapannya lebih keras kepala daripada Panglima lainnya tentang cinta. Wanita itu bangkit berdiri dan berjalan kebelakang Ao Chun, kedua tangannya menutupi mata Ao Chun dan memberikan gambaran apa yang terjadi pada kekasih pria itu.
Ao Chun dapat melihat kisah perjalanan hidup Putri Xue Li yang merupakan nenek dari Xiao Rou. Sebuah kehidupan yang berbalut dengan darah dan air mata. Lynn merasakan jika tangannya telah basah, ia berharap pria itu tidak menangisi Nenek tua yang telah melukai Xiao Rou. Setelah beberapa lama Lynn melepaskan tangannya, bagaimana ia bisa melakukan hal itu, ia sendiri tidak tahu dan hanya melakukan dengan spontan.
Sang Dewi kembali duduk di tempatnya, ia menatap Ao Chun yang terus menundukkan kepala. Ia ingin berkata untuk melupakan, tetapi tidak ada yang bisa dilupakan pria itu. Hidup terlalu lama memang hanya akan menyisakan sebuah kepahitan.
"Pernahkah kau bertanya-tanya, mengapa kau bisa hidup lebih panjang dari orang lainnya?" Lynn membuka suara, Ao Chun mendongak dan menatap sang Dewi yang terlihat sedih memandang kobaran api unggun.
"Menebus dosa?" jawab Ao Chun tidak yakin.
"Untuk melupakan," jawab Lynnn sambil tersenyum hangat.
"Melupakan?" Ao Chun membeo.
"Melupakan semua rasa sakit yang pernah kau terima, melupakan kenangan pahit yang kau dapat, dan melupakan orang lain yang telah bersamamu."
"Bagaimana bisa kau sebut melupakan orang lain yang telah bersamamu?" tanya Ao Chun tidak terima.
"Karena jika seseorang itu telah pergi, dengan kata lain belahan jiwamu bukanlah dirinya."Ao Chun tersentak, kini ia mengerti apa yang dimaksud oleh Lynn.
"Jadi kau tahu siapa belahan jiwaku?" tanya Ao Chun sambil tersenyum miris.
Lynn tersenyum, ia tahu karena smartphone miliknya memberitahu apa yang akan terjadi di masa depan. Sebisa mungkin ia harus mengubah alur cerita saat ini untuk keselamatan Xiao Rou. Pada dasarnya, ia mengerti keberadaannya hanya untuk membuat Xiao Rou bahagia.
"Aku tahu, dan aku telah mempersiapkannya," jawab Lynn yang kini tersenyum lebar.
Ia tahu jika Ao Chun tidak menyukai apa yang direncanakannya, tetapi tidak ada pilihan lain untuk mengubahnya sejak dini. Lynn memilih masuk ke dalam sebuah tenda yang memang khusus untuk dirinya. Ia ingin tidur dan membiarkan suara desahan Xiao Rou dengan Jun Yi yang terdengar cukup jauh menghiasi malamnya.
Pagi-pagi buta Lynn terbangun, ia melihat Ao Chun yang masih memejamkan mata dengan duduk bersandar pohon. Ia segera beranjak pergi ke sungai terdekat untuk membersihkan tubuhnya, tetapi ia justru melihat Xiao Rou yang kembali dicumbu dengan ganas oleh Jun Yi.
Lynn yang melihat itu langsung saja menyeringai, ia mengambil smartphone miliknya dan merekam kegiatan tidak senonoh yang dilakukan sepasang suami istri di tengah hutan seperti itu.
"Xiao Rou, kau harus mengandung anakku setelah ini," desah Jun Yi yang terdengar begitu b*******h di telinga Lynn.
"Akhh ... Shen Long ... ahhh ... aku tidak kuat lagi ... sshh."
"Keluarkan, aku masih tetap bisa memasukimu berkali-kali, Sayang."
Lynn yang terus memvideokan percintaan mereka berdua tiba-tiba saja tersentak saat Ao Chun menggendong tubuhnya dan menjauh dari tempat sakral yang sudah pasti di tandai oleh Jun Yi.
"Ao Chun, dasar b******n kecil. Aku sedang bekerja!"
"Bekerja? Yang aku lihat kau sedang ingin mengantarkan nyawamu pada Shen Long!" jawab Ao Chun yang sudah lebih jauh dari tempat sang Permaisuri dengan selir miliknya.
Ao Chun menurunkan tubuh Lynn dan dengan cepat memegang pergelangan tangan sang Dewi.
"Kau tahu, membuat film Shen Long dan Xiao Rou itu sangat sulit dan jarang sekali aku mendapatkannya karena pria itu yang terlalu defensif. Sekarang kau menggagalkan pekerjaanku, seharusnya aku membawa Xi Men."
"Kau tahu Shen Long lebih mengerikan dibanding dengan Jun Yi, mengapa kau senang sekali mencari masalah, Dewi?"
"Kau berisik sekali, lepaskan tanganku, aku ingin mandi."
Lynn langsung saja berjalan ke arah sungai setelah Ao Chun melepas genggamannya. Ao Chun kini hanya bisa menggelengkan kepalanya dan bersandar pada pepohonan untuk menunggu Lynn yang sedang mandi.
Tidak memakan waktu cukup lama, Lynn sudah mandi dan mengganti pakaiannya. mereka langsung saja kembali ke tenda dan mendapati Xiao Rou yang sudah siap untuk kembali berpergian, sedangkan Jun Yi yang sedang dikendalikan Shen Long menyeringai menatap Lynn.
"Berhenti melihatku seperti itu," desis Lynn yang langsung saja membereskan barang-barang miliknya.
"Lynn, kita akan kembali melanjutkan perjalanan, kau harus berhati-hati tanpa Ao Chun," ujar Xiao Rou dan Lynn tersenyum dengan perasaan tersentuh.
"Ohh, aku menyayangimu, Xiao Rou," ujar Lynn sambil memeluk tubuh Xiao Rou erat.
Xiao Rou hanya tertawa dan mereka kembali melanjutkan perjalanan, beberapa hari telah berlalu sampai Lynn mengumpulkan banyak video Jun Yi dan juga Xiao Rou. Sampai akhirnya Lynn mengetahui di dekat mereka ada sebuah gua yang menjadi masa depan untuk Ao Chun.
"Aroma ini ...," gumam Jun Yi menatap tajam ke arah gua.
"Ayolah, kita harus menolong gadis kecil itu," ujar Lynn sedangkan Xiao Rou dan Ao Chun tidak mengerti apa yang dikatakan Lynn.
"Menyusahkan membawa bocah kecil itu, Dewi," jawab Jun Yi yang menatap malas ke arah Lynn.
Lynn hanya menggelengkan kepalanya pelan, ia menarik tangan Ao Chun untuk masuk ke dalam gua. Tempat yang begitu lembab dan gelap itu tidak menyulitkan Lynn untuk melihat apa yang ada di dalamnya.
"Apa yang terjadi? mengapa ada anak kecil di sini?" tanya Ao Chun menatap heran ke arah Lynn.
"Bawa dia bersama kita," titah Lynn dan Ao Chun ahnya bisa menurut dengan membawa tubuh anak kecil ke dalam dekapannya.
"Dewi, dia-" Lynn memotong perkataan Ao Chun dengan satu jarinya yang diletakan di bibir.
"Kita kembali dan jangan banyak bicara," ujar Lynn sambil berlalu keluar dari gua dengan senyuman cerah.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka sampai di Kekaisaran Shang Zu, seperti biasa Lynn begitu terpukau melihat kemewahan dari bangunan yang ada di hadapannya. Sambutan mewah pun digelar oleh sang Kaisar, Lynn sudah tidak asing lagi setelah beberapa lama tinggal dan berpergian mengawal Xiao Rou.
"Salam kami pada Dewi Lynn." Lynn dapat melihat para pejabat dan juga rakyat yang bersujud ke arahnya.
"Terima kasih atas sambutan hangat kalian, aku tersanjung dengan kebaikan hati kalian," jawab Lynn begitu lembut sampai sang Kaisar dan para Pangeran mencoba susah payah menahan tawa mereka.
"Aku memberkati kalian, hiduplah dengan benar dan jangan pernah lari dari tanggung jawab kalian," lanjut Lynn sambil menggerakkan tangannya ke depan dan membuat percikan air yang ia ambil dari langit.
"Hidup Dewi Lynn, hidup Permaisuri Xiao Rou, semoga berumur panjang!" sorak mereka semua termasuk dengan para pejabat yang berterima kasih telah mendapatkan berkah darinya.
Lynn mengangguk, ia langsung saja pergi menemui sang Kaisar bersama dengan Xiao Rou, sedangkan Ao Chun lebih dulu pergi mengurus anak kecil yang ia temukan dengan Lynn.
"Salam kepada Yang Mulia Kaisar," ujar Lynn tanpa menunduk memberi hormat.
Liu Jun mengangguk dan tertawa kecil mengingat pertunjukan yang diberikan Lynn di halaman istana. Lynn yang mengetahui jika saat ini ia sedang ditertawakan mulai bertolak pinggang dan menatap tajam sang Kaisar.
"Apa kau ingin aku turunkan petir di dalam istana?" ujar Lynn dan para Pangeran termasuk Kaisar mulai tertawa .
"Pertunjukan yang menarik, Dewi Lynn," sindir Liu Jun sambil mengulurkan tangannya ke arah Xiao Rou.
Xiao Rou naik ke atas singgasana sang Kaisar dan duduk di pangkuan pria arogan yang menjadi salah satu suami sah Xiao Rou itu. Tanpa malu Liu Jun mengecup bibir Xiao Rou di depan banyak orang, saat mereka semua memalingkan wajah, tidak dengan Lynn yang justru mengeluarkan ponsel miliknya dan mulai memvideokan dua sejoli yang mulai memadu kasih.
"Ouh ... lihat, betapa indahnya mereka berdua," gumam Lynn yang sekarang justru histeris melihat kemesraaan sang Kaisar dan Permaisuri.
"Dewi Lynn, singkirkan apa yang ada di tanganmu itu sebelum Yang Mulia Kaisar mengambil dan membuangnya." Lynn menoleh ke arah sumber suara.
Pangeran Yuan Xi, salah satu pria yang ingin Lynn hindari. Pria menyeramkan seperti Shen Long yang tidak memandang bulu untuk membunuh. Lynn tersenyum lebar sambil memasukkan ponsel itu ke dalam saku pakaiannya.
"Kau bisa menjauh dariku, Pangeran Yuan Xi. Setidaknya dua ratus meter sudah cukup untuk membuatku bisa bernapas," balas Lynn.
Yuan Xi menyeringai lalu menjauh dari sang Dewi, meski ia tidak suka diperintah orang lain, tetapi ia akan menuruti Lynn yang berhubungan dengan Xiao Rou. Lynn melihat wajah Liu Jun yang tampak khawatir melihat Xiao Rou, Lynn segera membuka ponsel miliknya untuk melihat waktu. Senyumannya terkembang saat mengetahui apa yang akan terjadi.
"Xiao Rou, tabib harus memeriksa tubuhmu," ujar Lynn sambil tersenyum lebar.
"Tapi, Lynn-"
"Yang Mulia Kaisar, kau bisa menemani Permaisuri malam ini? Aku yakin ia sangat kelelahan,"potong Lynn sambil mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah, Dewi," jawab Liu Jun sambil mengecup pipi Xiao Rou.
Lynn mengangguk, ia akan istirahat dan membiarkan Xiao Rou yang harus melayani para suaminya. Dua hari berlalu dan Lynn bertemu dengan Pangeran kecil yang merupakan putra Xiao Rou.
"Dewi!" seorang anak kecil dengan surai panjang langsung saja memeluk tubuh Lynn saat ia melewati lorong besar menuju istana selatan.
"Lin Xia, apa kabarmu, Pangeran kecilku?"
"Sangat baik, aku merindukan Dewi."
Lynn dapat merasakan pelukan yang begitu hangat dari Pangeran kecil yang selalu menempel padanya jika sedang berada di Shang Zu.
"Aku juga merindukan Pangeran kecil yang akan tumbuh besar dan menjadi pria tampan, siapa nama Pangeran itu?"
"Sun Lin Xia!"
"Tepat sekali, bocah kecil, kau akan tumbuh besar dan menjadi tampan melampaui ayahmu."
"Dan aku akan menikahi Dewi Lynn jika sudah besar nanti."
"Dasar bocah, kau masih kecil sudah membicarakan pernikahan, aku akan menikah denganmu jika kau menjadi pria yang hebat di masa depan nanti."
"Janji?"
"Kenapa kau dan Guan Yu suka sekali membuat janji menikah denganku, huh? Ck, kalian lebih baik memikirkan masa depan kalian, sekarang cari adik-adikmu, dan bertemu denganku di istana selatan."
"Baik, Dewi."
Lynn tersenyum dan mengecup pipi sang Pangeran Mahkota, ia berdiri dan melambaikan tnagan saat sang pangeran pergi menjauh. terdengar suara keributan dari istana selatan, Lynn segera pergi dan membuka pintu ruangan.
"Ao Chun, ada apa ini?" tanya Lynn sambil berjalan memasuki ruangan.
"Dewi Lynn, gadis kecil ini begitu aneh." Ao Chun menunjuk ke arah sang gadis.
"Aneh?" Lynn membeo.
Lynn menoleh dan menatap jeli gadis kecil yang tentu ia tahu siapa.
"Apa yang aneh? Dia hanya gadis kecil berumur lima tahun," ujar Lynn kemudian.
"Aku berumur sembilan tahun!" sahut gadis itu.
Lynn hanya tertawa dalam hati, ia tahu dan sengaja membuat gadis kecil itu kesal.
"Gadis kecil, apa kau sedang bercanda?" tanya Ao Chun.
"Pria tua yang m***m!" ujar gadis kecil itu sambil menatap kesal eka rah Ao Chun.
"Ao Chun, lebih baik kau keluar," kata Lynn sambil mendekat ke arah gadis kecil yang ia bawa dari dalam gua.
"Baik, Dewi Lynn," jawab Ao Chun patuh.
"Siapa namamu?" tanya Lynn basa-basi.
"Ling Wen Fang," sahut gadis itu.
Lynn mengangguk. "Dari mana asalmu?" tanya Lynn.
Ia bisa melihat jika Wen Fang memucat, gadis kecil itu justru memalingkan wajahnya. Lynn mengalihkan tatapannya ke arah jendela, ia melihat bunga-bunga sudah mekar dan begitu indah.
"Apa kau dari Kekaisaran Tang?" tanya Lynn kemudian.
"S-siapa kau?" tanyanya gugup.
"Aku Dewi Lynn, dan kau sekarang ada di Kekaisaran Shang Zu."
***