Sebuah ciuman lembut mendarat di belakang leher Isabella—bukan seperti ciuman penuh nafsu di villa, melainkan sesuatu yang lebih dalam: janji tanpa kata. Jari-jarinya yang paham menemukan titik tegang di pundak Isabella, memijat dengan tekanan sempurna yang membuatnya menghela napas lega. Ini salah. Tapi saat Leonardo memeluknya erat—dagu bersandar di mahkotanya, detak jantungnya berdebar kencang di punggung Isabella—dunia yang tadi runtuh oleh kata-kata Ivy perlahan terasa... utuh lagi. "Kau tak perlu memutuskan apa pun malam ini," bisik Leonardo, jempolnya mengusap pergelangan tangan Isabella yang dingin. "Biarkan aku yang melindungimu." Dan ketika Isabella memandang langit Milan yang berwarna jingga, ketika sentuhan Leonardo mulai membius akal sehatnya, satu hal menjadi jelas: Kelu

