2. Meet Again

970 Words
Kila Taesa Park seorang mahasiswa baru disalah satu Universitas di Korea. Wajahnya cantik karena keturunan asli Korea dan Indonesia membuatnya cukup populer di sekolahnya dulu. Tak heran jika banyak pria yang mendekatinya secara terang-terangan. Kila berwarganegara-an Indonesia, meski ayahnya Asli orang Korea tetapi sedari kecil, ia memang tinggal dan lahir di Indonesia. Ayah Kila sudah meninggal sedari ia kecil. Ia hanya tinggal bersama ibunya. Dan lagi, Kila juga bukan dari keluarga berkecukupan. Kila dapat berkuliah di Korea karena Beasiswa. Sebenarnya Kila tidak diizinkan oleh ibunya kuliah di Korea, dan Kila sendiri juga tak tega meninggalkan sang ibu sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, Kila sangat menyayangkan jika harus menolak Beasiswa itu. Alhasil ia memilih tetap pergi ke Korea. Kila melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju Cafe yang akan menjadi sumber penghasilan selama ia berkuliah di sini. Jika Kila tak bekerja paruh waktu, ia tak yakin bisa tinggal di mana dan makan apa. Kila memasuki Cafe tersebut dan langsung disambut oleh pemilik Cafe. Kila memberi salam sopan padanya. Setelah itu Kila bergegas untuk mengganti pakaian di belakang. Hari ini Cafe itu nampak cukup ramai, sehingga membuat Kila dan teman-teman pelayannya ke sana-kemari sibuk melayani pelanggan. Tanpa disadari seorang pria yang duduk dipojok ruangan terus memandangi Kila sejak ia mulai memasuki Café, hingga sekarang. "Huff.. Lelah sekali." Keluh teman sesama pelayan di sana. "Namanya juga bekerja." Timpal Kila. Meski Kila anak baru di sini, ia sudah nampak akrab dengan semua pekerja di sini. Memang pada dasarnya Kila itu Friendly, sehingga membuatnya cepat akrab pada semua karyawan. "Pelayan." Teriak salah satu pengunjung yang duduk di pojok ruangan. "Sana Kila-ya kau aja!" "Iya kau saja, ku lihat pria itu terus menatapmu sedari tadi, mungkin dia tertarik." Ucap Taena sambil cekikikan. "Ishh, jangan katakan itu." Kila hanya bisa cemberut dibuatnya karena digoda oleh teman-temanya. "Sudah sana, sepertinya dia tampan kok." Mereka terus melancarkan aksi menggoda Kila di sana. Kila pun melangkah pergi menghampiri pria tersebut, dari pada mendengar godaan itu terus-menerus. "Maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Kila sopan. "Hmm." Pria itu berdehem tanpa melihat kearah Kila, dan malah asik menunduk sambil memainkan ponsel. Kila berdecak pelan, kesal karena seakan diacuhkan oleh pengunjung ini. Lalu mengapa harus memanggilnya, kalau tak butuh apa-apa. Ini yang tak Kila sukai dengan beberapa pengunjung, selalu bertingkah seenaknya pada pelayan seperti dia. Memang sih, pelayan itu dibayar dengan uang mereka. Tapi tidak bisakah mereka menghargai jasa seorang pelayan. Jika tak ada pelayan siapa yang akan melayani mereka seperti ini. "Kalau tak ada yang dibutuhkan, saya permisi dulu tuan." Pamit Kila sopan setelah menunggu cukup lama dan diacuhkan. Grepp .., Tangan Kila dicekal oleh pria itu tiba-tiba. "Americcano." "Hgg." Kila langsung jegukan dibuatnya. Jegukan salah satu kebiasaannya kalo terlalu terkejut nan panik akan sesuatu, yang tentu sja di barengi dengan pelototan lebar. Mata Kila masih senantiasa membulat, tanpa takut jika mata itu bisa saja keluar jika terlalu lebar. Kila mengenal suara ini, ya dia mengenalnya. Pria Psycho. Pria yang memaksanya menjadi seorang pacar. Dia Vincenzo seorang Most wanted guy di kampusnya. "Americano," ucapnya lagi, sambil mengangkat wajahnya dan jangan lupakan seringaian yang tercetak jelas di bibirnya itu. "Ba-bagaimana k-au ada di-disin-i." Kila bertanya dengan nada terbata-bata, karena masih terlalu shock mengetahui kenyataan bahwa tempatnya bekerja sudah diketahui oleh Mr.Psycho di depannya ini. "Memang tak boleh membeli di sini, pacar?" Oh god, laki-laki di depan Kila ini sungguh menjengkelkan, dia sampai harus menekan kata pacar. Seolah mengingatkan bahwa Kila masih berstatus Yeoja Chingu nya, dan yang pasti miliknya. (Pacar perempuan) "Boleh," Mau tak mau Kila pun menjawabnya pasrah setelahnya ia pergi dari sana, sungguh berdekatan dengan Mr.Psycho membuatnya sangat lapar, saking laparnya ia bernafsu sekali memakan habis pria menjengkelkan seperti dia. Eh tapi bukan memakan dalam artian 'itu', tapi memang murni ingin memakan Vincenzo sampai ke tulang-tulangnya. "Wah, apa aku bilang. Pria itu tampan, tampan sekali malahan." tutur Taena heboh saat Kila baru saja datang. "Ck. Stop memujinya." Kila sungguh kesal jika ada sesorang yang memuji-muji seorang Psychopath seperti dia. Cih. 'Dasar muka dua' teriak Kila dalam hati. Sambil melirik bengis Mr.Psycho A.K.A Vincenzo itu. "Jangan cemburu Kila, tenang saja aku hanya memujinya," Taena berbicara lai tanpa melepas pandangannya pada Vincenzo yang sekarang juga menatap ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Kila. Oh, jangan lupakan senyum sok manis di bibirnya itu. Ah sialnya memang senyumnya itu sangat manis. Teman-teman Kila sampai memekik kecil karenanya, membuat Kila jengkel setengah mati. "Oppa, Americano satu." Ucap Kila pada sang Barista. (Kak) "Okay." Barista itu mengacungkan jempolnya pada Kila. Ya, Kila memang cukup akrab dengan pria yang berumur tiga tahun lebih tua darinya itu. Sampai Kila berani memanggilnya Oppa. "Wah-wah, gadis cantik kenapa terlihat kesal?" "Jangan menggodaku Oppa!" Ucapan Kila malah membuat barista itu terkekeh geli. (kakak) "Imut sekali sih dirimu. Mau nggak aku jadikan pacar." Pria yang biasa disapa Yojin itu menaik turunkan alisnya menggoda Kila teman sekerjanya. "Jangan bercanda Oppa, lagi pula aku sudah punya--pacar." Oh god, tiba-tiba saja Kila terdiam sambil mengatupkan bibir rapat. Sial sekarang Kila mengakui Mr.Psycho sebagai pacarnya. Sungguh dia hanya bisa merutuki ucapannya dalam hati. (kakak) "Aku kecewa nih." Yojin tertawa setelah mengucapkan itu. "Menjadi kakakku saja tak apa." Timpal Kila yang ikut tertawa mendengar gurauan Yojin. Kila belum paham jika yang diucapkan Yojin itu sungguhan bukan hanya sebatas gurauan semata. "Hmm." Yojin tersenyum kecut, sambil mengacak rambut Kila. Tanpa mereka sadari, sedari tadi interaksi keduanya terus menjadi tontonan pria yang duduk dipojok ruangan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Vincenzo Kim seorang Psychopath tampan, yang berstatus pacar perempuan yang tertawa dengan seorang Barista laki-laki di sana. "Sudah lama aku tak bersenang-senang." Sebuah smirk muncul begitu bangganya setelah mengucapkan kata itu. Mungkin jika ini sebuah komik akan muncul sebuah awan hitam di sekitar tubuh Vincenzo, dan akan menambah kesan Horror di sana. "Tunggu tanggal main, pacar!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD