1. Meet You

1144 Words
Secercah cahaya yang masuk melalui celah jendela itu, nampak mengusik tidur nyenyak Kila. Terlalu nyenyak hingga membuatnya tak menyadari jika matahari sudah menunjukkan senyumnya sedari tadi. Perlahan-lahan mata Kila mulai terbuka. Seperti orang linglung, Kila hanya terdiam seraya menatap langit-langit kamarnya. Kila mengerutkan keningnya, merasa ada hal ganjil yang telah menimpanya. Ia terus berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Karena sungguh ia merasa ada yang aneh, ia merasa mengganjal dihatinya, seakan ia telah melewati hal buruk semalam__ “OMO.” Kila sontak menutup mulutnya sendiri, seraya membulatkan matanya lebar. Ia sudah mengingatnya. Ya sangat ingat dengan kejadian semalam. (Astaga) Ia langsung bangkit dari tidurnya dan melihat sekeliling dengan panik. Apa benar ini kamarnya? atau ini akhirat yang di-setting seperti kamarnya? Benarkah ia masih hidup? Lalu kejadian semalam itu apa? Apa itu cuma mimpi? Jika hanya mimpi mengapa itu terlihat begitu nyata? Jika nyata pun mana mungkin ia masih hidup dan bisa tidur nyenyak dikamarnya seperti ini? Bukankah seharusnya ia mati karena ditusuk pria asing semalam? Rentetan pertanyaan yang terus bermunculan diotak cantiknya itu, sukses membuat kepala Kila berdenyut _pusing_. Apa yang sebenarnya terjadi? “Omo!” (Astaga) Tapi lupakan dulu masalah itu, karena sekarang Kila beralih panik, saat matanya tak sengaja melihat jam di nakas. Aish jinja, sekarang sudah menunjukkan pukul 7.30 KST, padahal pukul 8.00 ia sudah harus menghadiri kelas, ia tak mau dicap sebagai Mahasiswa baru yang tidak teladan dan malah telatan. (Ah, sial 'ungkapan kesal') Dengan cepat Kila bersiap untuk pergi ke kampusnya. Sekarang sudah pukul 7.45 dan perjalanan dari tempat tinggalnya ke kampus butuh waktu sekitar sepuluh menit. Argh, Kila ingin menangis memikirkan jika ia bisa saja telat nanti. Kila terus berlari memasuki kawasan Universitas, masih ada waktu tiga menit agar ia sampai di kelasnya dengan selamat. Tapi apa daya usahanya berlarian sia-sia, saat kecelakaan tak terduga yang menimpanya. Ia bertabrakan dengan seorang pria dan tak sengaja menumpahkan minuman yang dipegang pria itu ke baju pemiliknya sendiri. Segera mungkin Kila menetralkan keterkejutannya itu, dan meminta maaf karena tidak berhati-hati dalam berjalan. Oops, ralat, maksudnya berlari. "Maafkan aku. Sungguh aku tidak sengaja, aku sedang terburu-buru. Tolong maafkan aku." Kila terus meminta maaf seraya melihat baju putih pria itu yang sekarang sudah berubah menjadi coklat kehitam-hitaman karena ulahnya, bahkan ia tak berani menatap wajah pria di depannya ini. Ia amat sangat menyesal sudah melakukan kesalahan. "Hm." Kita mematung, ia menyadari sesuatu. Dan seketika jantung Kila seolah dipompa sepuluh kali lebih cepat, mendengar suara deheman pria yang ia tabrak. Dengan takut-takut, ia pun mendongak. BOOM. Dan benar saja, pria yang ia tabrak adalah pria yang hampir membunuhnya dalam mimpinya tadi malam. Heol, (Ungkapan keterkejutan) Tapi tunggu, Kila meneguk ludahnya was-was. Apa benar kejadian tadi malam itu hanya mimpi? Atau memang benar nyata, benarkah pria ini mencoba membunuhnya semalam? Mata Kila membulat saat melihat seringaian muncul dibibir sexy pria ini. Membuat semua pertanyaan diotaknya berhasil terjawab. Dan ya, pria ini lah yang mencoba membunuhnya semalam. What the fuck! Pria misterius itu seorang mahasiswa di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, di sini, di sini.. IYA DI SINI! Dan sungguh Kila merasa ingin pingsan saja, mengetahui fakta yang amat pahit ini. Kila mencoba menetralkan rasa keterkejutannya atas pria di depannya ini, tapi jujur saja itu sangat sulit. Pria itu mendekat dan membisikkan sesuatu pada Kila. "Hai pacar." Lagi-lagi mata Kila membulat, shock, dan mungkin jika sekali lagi matanya membulat, bisa-bisa keluar sudah mata itu saking seringnya membulat. Pria itu meninggalkan Kila yang masih mematung di tempatnya. "Gila." Ucap Kila lalu pergi dari sana. Dan ia baru sadar, jika sedari tadi ia menjadi bahan tontonan orang-orang kurang kerjaan. ***** Uhh, Kila sangat kesal setengah mati. Gara-gara insiden tadi, ia harus merelakan dirinya ditendang dari kelas karena terlambat. Kila duduk di kursi taman sendirian dengan perasaan yang berkecamuk, ia terus memikirkan kejadian tadi malam dan hari ini. Sungguh ia tak habis pikir, berani sekali pria itu bertemu dengannya. Apalagi setelah kejadian tadi malam, bisa saja kan Kila melapor pada polisi. Sebenarnya ia juga harus bersyukur sih karena tidak jadi dibunuh, tapi tetap saja, ini adalah kasus percobaan pembunuhan, dan dia sudah memiliki niat membunuh sebelumnya. "Pacar." Kila tersentak kaget, ia langsung berdiri dari duduknya dan memutar badan 180° mendengar bisikan orang di belakangnya. Dan benar saja orang yang sedari tadi mengganggu pikirannya, tengah berdiri dengan seringaian lebar di sana. "K-kau!" Pria itu memutari kursi, berjalan mendekati Kila. "Ja-jangan mendekat." Jujur Kila sangat takut dengan pria Psycho ini, apalagi tempat ini sangat sepi, hanya ada dirinya dan laki-laki Psycho ini. Pria itu nampak menyeringai semakin lebar mendengar perintah Kila, "Mengapa? Aku hanya ingin bertemu pacarku." "Si-siapa yang kau maksud pacar?" "Siapa lagi, kau lah." Sesantai itu nada bicaranya. Heol, Kila menganga takjub dibuatnya, pria Psycho ini sungguh tidak tahu diri. Apa dia tidak ingat, pernah mengancam membunuhnya semalam. "Bukan. Aku bukan pacarmu." Bantah Kila. Lagi pula kapan Kila menerima dia menjadi pacarnya. "Benarkah? Tapi aku menganggapnya begitu." "Maaf ya tuan Psyc--" Kila mengulum bibirnya sendiri tidak jadi mengatakan Psychopath, bisa-bisa ia akan pergi ke akhirat dalam waktu dekat jika mengatakannya. "Hmm?" Pria itu mengangkat sebelah alisnya, menunggu ucapannya Kila. "Ehmm." Kila berdehem untuk menetralkan suaranya, "Maaf ya, tapi aku bukan pacarmu. Kita tidak ada kata saling setuju atau perasaan saling tertarik satu sama lain, dan lagi__" "Stop!" Pria itu berjalan mendekati Kila, dan mencengkeram bahu Kila kuat. "Aku pacarmu kau mengerti. Suka atau tidak, setuju atau tidak kau itu pacarku." Pria itu menatap nyalang Kila, hal itu sukses membuat nyali Kila menciut, takut. "Aku akan membunuh siapa saja jika ada yang tak setuju dengan perkataan ku, termasuk KAU." Desisnya tajam, dan penuh penekanan. Kila tersedak ludahnya sendiri, sungguh pria ini sangat menakutkan. Ia tak mau menjadi pacar seorang Psychopath yang kejam dan tak punya hati. Kila ingin menangis sekarang, apa yang harus ia lakukan, ia tak bisa berbuat apa-apa. Jika ia menolak, pria ini tidak segan-segan membunuhnya. "Sekarang aku akan mengantarmu pulang." Ucap pria itu tanpa bisa dibantah. "Baik." Kila hanya bisa pasrah mengikuti semua ucapan pria gila ini. "Kau pasti belum tahu namaku." Aishh.. Rasanya Kila ingin mengumpat saja sekarang. Bagaimana bisa ia tahu, heh, mereka bahkan baru bertemu tadi malam. Dan tiba-tiba pria Psycho ini langsung memaksa berpacaran, itupun dengan cara terekstrem. ‘Dibunuh, atau dijadikan pacar.’ Sial, Kila sempat berfikir jika membunuh manusia itu seperti membunuh semut bagi dia. "Namaku Vincenzo. Vincenzo Kim!" "Hgg.." Kila mengalihkan pandangannya menatap pria di sampingnya ini cepat. Jadi dia yang namanya Vincenzo. Oh my god.. Vincenzo Kim! Pria most wanted itu, pria yang sering dibicarakan para mahasiswa baru, pria yang memiliki julukan ‘senior super perfect’. Gila! Benar-benar gila, jadi selama ini, mereka sudah mengidolakan seorang Psychopath. Woahh, sungguh mereka semua sudah tertipu dengan fisik seorang Vincenzo. Yah, Kila hanya bisa berdoa agar bisa selamat selama ia berpacaran dengan Vincenzo. Ya semoga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD