Aku dan Damai putus, itu beneran, bukan candaan, prank, atau kekhilafan. Semua udah usai dan nggak akan bisa kembali kayak dulu lagi. Cinta, masih. Bersama, ogah. Aku nggak mau lagi menjadi Nana yang dulu. Aku nggak selemah itu. "Nggak bisa dipikirin ulang?" Hati-hati ayah bicara saat kami sedang sarapan pagi ini. Ayah sepertinya kerasukan. Pagi-pagi udah pergi beli sarapan dan ngajak aku makan bareng. Aku menelan makananku lalu menggeleng. "Keputusan Nanas udah bulat, Yah. Paten, nggak bisa diganggu gugat." Tegas, aku camkan jawabanku pada ayah agar nggak berusaha membujukku lagi. Kemarin, Damai ke sini. Ngemis-ngemis agar kami balikan, tetapi aku nggak dengerin. Ratu dan Raja Iblis juga menelpon, meminta agar aku memikirkan ulang keputusan yang bisa dibilang mendadak

