Aktivitas itu terhenti karena ponsel Dimas terus berbunyi. Awalnya Dimas mendiamkannya. Begitu juga dengan Sari yang hanya melirik dan tak peduli siapa yang menelepon Dimas. Lama -lama, keduanya semakin jengah juga mendengar suara dering ponsel yang terus memekakkan telinga. Sudah tentu hal itu membuat keduanya semakin tidak fokus. Perlahan Sari menghentikan goyangan pinggulnya dan turu dari atas tubuh Dimas. Ubi ungunya masih tegak berdiri dengan lapisan plastik sebagai pengaman sesuai kesepakatan mereka. Dimas tidak mau ambil resiko lebih jauh. Ia tidak mengenal Sari dengan baik. Wanita itu bersih atau tidak? Dimas juga tidak pernah tahu. Dimas bangkit dari ranjang dan duduk di tepi sambil menatap ayar ponsel itu. Nama Diki tertera disana. Dimas langsung mengangkatnya. "Iya ... Ha