96

1512 Words

Pagi itu, matahari memancar hangat ke sela-sela jendela rumah mungil mereka. Di dapur, aroma kopi menguar, menyatu dengan suara piring yang beradu pelan. Sekar tengah sibuk membuat sarapan, rambutnya diikat seadanya, memakai daster dengan corak bunga-bunga kecil. Ia tampak tenang dan cantik, seperti biasa, di mata Dimas. Dimas berdiri di ambang pintu dapur, memandangi perempuan itu lama. "Boleh jatuh cinta lagi sama kamu pagi ini?" gumamnya pelan. Sekar menoleh, mendapati Dimas sedang bersandar di pintu dengan senyum lebar dan mata yang penuh arti. Ia menggeleng pelan sambil mengangkat spatula, pura -pura mengancam. "Kalau jatuh cintanya cuma pagi ini doang, mending pergi deh." Dimas tertawa, lalu menghampiri Sekar dan memeluknya dari belakang. "Aku bucin, Kar. Beneran. Dan aku suka."

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD