Setibanya di Siantar, Andika memarkir mobilnya di depan mess sederhana tempat ia tinggal. Dengan tenang, ia keluar, membukakan pintu untuk Clara, lalu berkata, “Tunggu aku di ruang tamu, ya . Aku harus ke kantor untuk menyelesaikan urusan perkelahian anak buahku.” Clara mengangguk, Ia masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa sederhana berwarna coklat yang terasa sedikit kaku, busanya sudah mengeras. Pandangannya berkeliling, memperhatikan setiap sudut ruangan yang sederhana namun cukup bersih. Tak ada dekorasi mewah, hanya ada beberapa foto Andika dan seorang anak lelaki yang pasti merupakan anak Andika. Beberapa menit berlalu, rasa bosan mulai merayap. Clara berdiri dan berjalan menuju dapur, mencari sesuatu untuk dilakukan. Begitu tiba, matanya langsung menangkap tumpukan piring kotor di