Amelia POV
Tatapan Anneke pada tangan kami yang saling menggenggam membuat jantungku berdebar tak karuan. Aku refleks ingin menarik tanganku dari genggaman Samuel, tapi pria itu, dengan sikap cueknya yang khas, justru menggenggamku lebih erat. Ia menarikku lebih dekat, melangkah dengan percaya diri ke tengah ruangan tempat keluargaku duduk. Anneke masih menatap kami, matanya seperti cermin yang memantulkan amarah, kekecewaan, dan luka, perpaduan emosi yang sulit kutahu arti yang sebernarnya.
“Hai... kami kembali,” Samuel menyapa, nada suaranya ringan, seperti sikapnya , tidak menyadari atmosfer tegang yang menyelimuti ruangan.
“Ada apa, nih, sampai semua kumpul di sini?”
Ayah mertuaku, Ronald, menatap kami dengan senyuman kecil di wajahnya, tetapi ia tetap diam. Sebaliknya, ibuku me
