Amelia POV Aku menerima sapu tangan biru muda itu dengan tangan gemetar, tapi aku tidak menggunakannya untuk menghapus air mataku. Sebaliknya, sapu tangan itu hanya kupegang, kulipat kembali dengan rapi, lalu kusodorkan kembali pada Samuel. Air mataku kuhapus perlahan dengan punggung tangan sendiri. “Terima kasih, Sam. Aku tidak perlu sapu tanganmu. Berikan saja pada wanita lain yang lebih membutuhkannya,” kataku, berusaha terdengar ringan meskipun rasa sakit menekan dadaku. Samuel menatapku, matanya seakan mampu melihat langsung ke dasar hatiku. “Kamu wanita yang membutuhkan sapu tanganku, bukan orang lain,” katanya tenang, dengan gaya khasnya yang selalu terlihat santai. “Dan kalau ada wanita lain yang menangis, aku tetap tidak akan memberikannya pada mereka. Sapu tangan ku ini hanya