Bab 28 Ada Aku

1112 Words

Di dalam apartemen, Rania bersandar di balik pintu yang baru saja ia tutup rapat. Napasnya berat, dadanya sesak, dan jantungnya berdebar tak beraturan. Tirto, Gibran, Nayla… semuanya bercampur dalam pikirannya. Sementara itu, di luar, Gibran masih berdiri di depan pintu apartemen, menatap lantai koridor yang terasa dingin. Jemarinya terkepal kuat, urat-urat tangannya menonjol. "Kalau Mama nggak sakit, aku nggak akan pernah segini pengecutnya…", gumamnya lirih, hampir tak terdengar. Teleponnya bergetar. Nama Nayla muncul di layar. Napas Gibran tercekat, dan ia menutup matanya rapat-rapat sebelum akhirnya mengangkat panggilan itu. “Sayang, kamu masih di luar?” Suara Nayla terdengar lembut, berbeda sekali dengan badai di kepala Gibran. “Iya,” jawab Gibran singkat. “Jangan lupa besok kit

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD