Bab 74 Sesal

1034 Words

Hujan deras turun malam itu, menimpa atap seng kontrakan kecil mereka seperti genderang perang. Air mengalir di sela dinding yang retak, menetes ke lantai yang dingin. Rania terbaring di kasur, wajahnya pucat pasi, bibirnya membiru. Beberapa hari ini, kondisi Rania semakin menurun. Gibran sudah berusaha membelikan vitamin untuk Rania, bahkan membawanya ke puskesmas terdekat, tetapi tidak ada hasil. Kondisi Rania masih sama. Gibran berjongkok di sampingnya, menggenggam tangan istrinya yang dingin. “Ran, tahan, ya… cuma sebentar, aku bawa kamu ke rumah sakit kota ya.” Rania menggeleng lemah. “Jangan, Gib… mahal… uang kamu tinggal sedikit.” Gibran menatapnya dengan mata merah. “Aku gak peduli uang! Kamu dan anak kita lebih penting!” Rania hanya menggenggam tangannya erat, air mata jatuh

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD