Bab 73 Hanya kita

1099 Words

Langit sore mulai kelabu. Awan menumpuk, berat, seolah menahan hujan yang belum mau jatuh. Gibran berjalan pelan di trotoar sempit, langkahnya berat seperti sedang menyeret seluruh beban dunia di bahunya. Suara kendaraan lewat tak lagi ia dengar. Yang tersisa hanya gema kata-kata Tirto di kepalanya: “Jangan memaksakan diri agar tidak terlihat lemah di mata orang lain. Rania hanya butuh kamu di sampingnya, bukan ketidakadaanmu.” Ia mengatupkan rahang. Kata itu menampar harga dirinya, tapi di sisi lain ada benarnya. Ia memang sudah kelelahan. Akan tetapi ia tidak punya pilihan. Ia sudah kehilangan segalanya, kecuali satu hal yaitu Rania. Sesampainya di rumah kontrakan kecil itu, lampu di ruang tamu belum menyala. Sunyi. Pintu tak terkunci. “Rania?” panggilnya pelan. Tak ada sahutan. Ia

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD