Bab 85 Pria untuk Rania

1354 Words

Pagi di rumah keluarga Mahardika seindah lukisan. Sinar mentari menerobos tirai sutra, menimpa lantai marmer dan memantulkan bayangan lembut ke dinding kamar Rania. Akan tetapi keindahan itu tidak sanggup menembus hatinya yang gelap. Ia terbangun dengan kepala berat, bekas riasan semalam masih menempel di wajah. Di meja rias, setangkai mawar putih tergeletak dengan secarik kertas kecil di bawahnya. Tulisan tangan ibunya — rapi, tegas, tanpa emosi. “Pukul tujuh malam. Kenakan gaun biru. Jangan buat malu keluarga.” Rania menggenggam kertas itu dengan tangan gemetar. Tak perlu ditebak, malam itu pasti acara pertunangan yang disebut Nayla dan ibunya semalam. Pertunangan yang bukan karena cinta, tapi karena keputusan keluarga. Seperti boneka yang sudah kehilangan kehendak, Rania hanya bisa m

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD