Ruang VIP restoran hotel bintang lima itu gemerlap cahaya keemasan. Meja panjang dihiasi rangkaian bunga putih, gelas kristal berkilauan, dan hidangan mewah berjejer menunggu untuk dinikmati. Tawa dan obrolan ringan mengisi udara, penuh dengan nada tinggi khas perempuan-perempuan sosialita yang terbiasa hidup dalam lingkaran eksklusif. Nayla duduk anggun di kursinya, gaun hitamnya jatuh sempurna mengikuti lekuk tubuhnya. Senyum tipis menghiasi wajahnya, sementara jemarinya memainkan gelas wine dengan tenang. Ia mendengarkan cerita seorang teman tentang liburan ke Eropa, sesekali menyelipkan komentar singkat yang membuat orang lain tertawa. Seperti biasa, Nayla menjadi pusat perhatian—bukan karena ia berusaha, tapi karena auranya yang sulit diabaikan. Di seberang meja, Maya memperhatikan

