Bab 39 Antara badai dan ombak

1150 Words

Pagi itu kantor terasa lebih ramai dari biasanya. Suara telepon berdering, langkah sepatu bersahut-sahutan di koridor, dan aroma kopi menguar dari pantry. Rania menempelkan senyum tipis ketika melewati beberapa rekan kerja yang menyapa, padahal di dalam dadanya ada gemuruh yang tidak bisa ia redakan sejak semalam. Kata-kata Nayla masih terngiang jelas. Kunjungan mendadak kakaknya telah membuatnya terbakar dalam amarah dan resah yang tak berkesudahan. Dia bahkan hanya bisa tidur tiga jam. Tangannya sedikit bergetar ketika membuka pintu ruang kerja Gibran. Pria itu sudah duduk di balik meja besar, setelan jas hitamnya rapi sempurna, wajahnya serius menatap layar laptop. Akan tetapi begitu menyadari kehadiran Rania, matanya terangkat. Ada jeda singkat—sorot matanya melembut. “Pagi,” uca

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD