Hujan sore itu deras, mengetuk kaca ruang kerja ayahnya, Tyo Mahendra Aliando. Gibran baru pulang rapat ketika ia mendapati dokumen-dokumen perjodohan itu tersusun rapi di meja kerja. Tadi pagi ayahnya sempat bicara sekilas tentang seorang “putri Mahardika Group” yang akan dikenalkan padanya. Awalnya, Gibran acuh. Namun sebuah foto kecil yang setengah keluar dari map membuat langkahnya terhenti. Jemarinya meraih kertas itu… dan matanya membeku. "Itu dia," bisiknya pelan. Wajah manis dengan senyum lembut dan mata bulat yang terasa… hidup. Ada sesuatu pada sorotnya yang membuat jantung Gibran berdebar tanpa alasan. Cantik, elegan, polos dan berkelas. Wanita itu tidak seperti tipikal anak konglomerat yang manja. Gibran pernah bertemu dengan wanita di dalam foto itu. Dia bertemu dengannya

