bc

Gairah Terlarang Pria Beristri

book_age18+
145
FOLLOW
1.9K
READ
forbidden
love-triangle
HE
age gap
friends to lovers
boss
stepfather
single mother
sweet
bxg
kicking
brilliant
city
like
intro-logo
Blurb

Karena cinta, Bella menyerahkan dirinya pada Leon, hingga dirinya hamil.Leon pun menyambut dengan suka cinta kehamilan Bella dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.Namun, siapa sangka disaat keduanya telah menikah Bella mengetahui sebuah fakta, ternyata Leon pria yang sudah beristri.Lantas, apa alasan Leon harus menyembunyikan fakta itu dari Bella?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Mas, Aku Hamil
"Aku hamil, Mas." Isabella Carina Darwin, seorang wanita cantik berambut panjang, mata besar, kulit putih bersih dan berusia 21 tahun yang sedang berkuliah di jurusan Manajemen Bisnis semester enam itu, memberikan kejutan terbesar dalam hidup Leonardo Dalvin Adhitama. Kabar kehamilan Yang seharusnya menjadi kebahagiaan bagi pasangan, namun tidak bagi Bella dan Leon. Pasalnya, keduanya tidak memiliki hubungan yang sah sebagai pasangan suami istri. Sudah enam bulan Leon dan Bella menjalin hubungan, bahkan melakukan hubungan terlarang padahal mereka belum menikah. Mendengar kabar kehamilan dari kekasihnya, membuat Leon, CEO di salah satu perusahaan terbesar milik keluarganya, merasa sangat terkejut. "Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" batinnya, seakan tak mempercayai hal itu. "Mas, kenapa kamu diam saja? Aku hamil, Mas, dan anak ini anak kamu," kata Bella sambil menatap Leon yang terdiam. Bella merasa takut, bingung dan cemas. Bagaimana masa depannya dan anak yang ada di dalam kandungannya? Apakah Leon akan bertanggung jawab? Atau, apakah dia harus menjalani semua ini sendirian? Pertanyaan-pertanyaan itu bergema dalam pikirannya, sementara ia menunggu reaksi dari Leon. "Maaf, Sayang. Aku benar-benar bingung. Kamu hamil, sementara sekarang ini 'kan kamu masih kuliah," ujar Leon dengan gugup, seolah-olah ada yang disembunyikannya. Memandang tajam ke arah Leon, Bella menjawab, "Yang kamu katakan memang benar, Mas. Aku masih kuliah. Tapi, apa salahnya kalau kita menikah? Toh, kita juga sudah menjalin hubungan selama setengah tahun. Aku nggak mau tahu, Mas. Kamu harus tanggung jawab!" Mendengar tegasnya suara Bella membuat Leon tersentak dan merasa lebih gugup. Pikirannya berkecamuk, bingung menentukan sikap apa yang harus diambil. "Kamu kenapa, Mas? Atau jangan-jangan kamu nggak mau tanggung jawab? Kamu sama sekali nggak berniat menikah denganku, iya? Kamu hanya mau bermain-main denganku saja, 'kan?" sergah Bella yang semakin curiga melihat kekasihnya belum juga memberi jawaban yang meyakinkan. "Sayang, bukan seperti itu." Leon mencoba membela diri. "Percayalah, aku mencintai kamu. Tapi, untuk sekarang ini, aku merasa sangat sulit. Kamu tahu sendiri, pekerjaanku sangat menumpuk dan kedua orang tuaku berada di London. Mereka juga belum tahu tentang hubungan kita. Bagaimana bisa kita menikah begitu saja?" Leon memberikan alasan dengan nada memohon pengertian, berharap Bella bisa memahami situasi yang dihadapi. Namun dalam hati, kegugupan dan ketakutannya terus bergulir, mencari jalan keluar dari situasi yang kian memeras emosi ini. "Itu bukan alasan, Mas. Aku sudah menyerahkan segalanya untukmu karena aku mencintai kamu. Bahkan, aku sama sekali tidak memandang usia kamu," kata Bella yang terpaut usia 9 tahun dengan kekasihnya itu. Dia benar-benar mencintai pria itu, tapi apakah cintanya cukup kuat untuk melalui semua rintangan yang ada? Leon meresapi kata-kata Bella dan akhirnya berkata, "Oke, aku akan bertanggung jawab dan aku akan menikahi kamu, tapi kita hanya bisa nikah siri. Setelah kedua orang tuaku pulang dari London, baru kita akan menikah secara sah di mata negara. Apa kamu setuju?" Bella merasa terkejut, namun ia juga tak punya pilihan lain karena kehamilannya yang saat ini sudah memasuki usia 6 minggu. Semakin hari pasti perutnya akan semakin terlihat membesar, dia tak bisa menunda lagi. Ditambah lagi jika orang tuanya mengetahui hal itu, pasti akan sangat marah padanya. Bella teringat saat ibunya masih hidup, saat itu ayahnya begitu menyayanginya bahkan bisa menjadi sosok figur ayah sekaligus seorang ibu. Namun, setelah dua tahun kepergian ibunya, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita matre yang merubah segalanya. Ayahnya seolah tak menyayanginya lagi, apalagi ibu tiri yang sama sekali tak peduli padanya. Mereka hanya sibuk mengurusi harta dunia, bahkan merebut harta warisan yang sudah ditinggalkan oleh ibu Bella untuk mereka kelola. Bella merasa pasrah, namun hidupnya terasa hancur dan kesendirian pun menyapanya. *** Beberapa bulan yang lalu … Sebagai seorang karyawan magang di salah satu perusahaan, Bella seharusnya bisa bekerja lebih giat. Namun hari itu, dia banyak melamun memikirkan hidupnya, sehingga membuat pekerjaannya berantakan dan ditegur oleh ketua dalam timnya. "Bella, kamu itu bisa kerja atau tidak sih? Kalau kamu tidak mau bekerja, lebih baik kamu tidak usah magang di sini. Kamu bisa cari tempat lain," kata wanita bernama Rossa itu. "Saya benar-benar minta maaf, Bu. Tapi, saya lagi kurang sehat hari ini." Bella mencari pembelaan. "Kalau kamu tidak sehat, kenapa kamu tidak izin saja dan istirahat di rumah?" tukas Rossa. Di saat itu, Leon, sebagai CEO di perusahaan tersebut pun datang menghampiri keributan. Ia menanyakan apa yang terjadi dan merasa sangat kasihan terhadap Bella, yang tampaknya tertekan dan sedang memiliki masalah lain. "Sekali lagi kamu bersikap kasar seperti itu terhadap bawahanmu, saya pastikan kamu akan menerima SP yang pertama, bahkan dipecat," tegas Leon dengan singkat, padas dan jelas, menegur Rossa, sehingga membuat wanita itu terkejut dan takut. Bukan bermaksud untuk membela Bella, Leon merasa perlu mengingatkan seluruh karyawannya untuk tidak berlaku sewenang-wenang kepada bawahannya. Untuk mengucapkan rasa terima kasihnya, saat ia hendak pulang dan melihat Leon yang hendak masuk ke dalam mobil, Bella segera memanggilnya, "Pak Leon!" Leon pun membalikkan badan dan menatap ke arah Bella. Namun karena terlalu bersemangat dan tak fokus, Bella tersandung dan malah jatuh ke dalam pelukan Leon. Mereka berdua saling menatap, ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, membuat degup jantung semakin cepat. Leon akhirnya bertanya, "Ada apa?" Membuat Bella tersentak dan buru-buru bangkit dari pelukan Leon. "Maafkan saya. Pak. Saya benar-benar tidak sengaja," ucapnya dengan gugup. "Ya tidak masalah," jawab Leon, mencoba meredakan suasana dan hatinya yang masih berdebar, dia tak tahu mengapa. "Pak, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan Bapak tadi. Kalau Bapak tidak keberatan, apa boleh saya traktir Bapak minum kopi?" ucap Bella. Mendengar permintaan Bella, Leon mengernyitkan dahinya, bingung dengan maksud gadis ini. Namun, sejenak kemudian, Leon menyadari bahwa ia tidak memiliki alasan untuk menolak tawaran Bella yang tulus. "Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud sok akrab. Pasti Bapak tidak mau, ya? Sekali lagi maaf, karyawan magang seperti saya ini malah lancang mengajak Bapak," kata Bella dengan hati-hati, takut jika yang ia tawarkan akan ditolak mentah-mentah. Namun, apa yang terjadi selanjutnya sungguh diluar dugaan. "Masuk ke mobil," titah Leon. "Hah, apa, Pak?" tanya Bella, memastikan jika apa yang didengarnya tidak salah. "Masuk ke dalam mobil," ulang Leon. "Katanya kamu mau traktir saya minum kopi 'kan? Kalau begitu, ayo kita pergi," lanjutnya. Bella tersenyum senang. Ia tak menyangka jika CEO di perusahaan tempatnya magang yang terkenal dingin itu, ternyata bisa bersikap akrab terhadap bawahan kecil sepertinya. Sejenak, hatinya berpikir. "Apakah ini benar-benar Pak Leon? Ternyata, dia nggak seperti yang orang-orang selalu anggap," batinnya. Dengan hati yang berbunga, Bella pun masuk ke dalam mobil mewah milik Leon, lalu pergi menuju ke salah satu cafe yang ditunjuk olehnya sendiri. Setibanya di sana, keduanya langsung saja memesan menu yang diinginkan. Mereka minum bersama dan Bella banyak bercerita lucu yang membuat Leon terhibur. Entah mengapa, Leon merasa begitu sangat tenang. Ia yang selama ini merasa kesepian, kini merasa hatinya kembali ramai karena kehadiran Bella. Bella sendiri tak menyangka, ternyata dibalik sifat dinginnya, Leon bisa begitu akrab dan menyenangkan. Sejak saat itu, Bella dan Leon menjadi semakin dekat satu sama lain. Setelah tiga bulan bersama, tiba-tiba saja Leon mengajak Bella makan malam di sebuah restoran mewah. Bella merasa bingung dengan undangan tersebut dan bertanya-tanya, "Kenapa Bapak mengajak saya makan di restoran ini? Ada apa?" Dalam hati, Bella tidak menduga jika Leon akan mengajaknya ke restoran ini. Mereka memang sudah begitu akrab, namun Bella merasa canggung dengan situasi ini. Meskipun sebenarnya, ia merasa senang karena selama ini Leon selalu membuatnya nyaman. Di hadapannya, Leon mengungkapkan perasaannya dengan jujur. "Bella, saya mencintai kamu. Apakah kamu mau menjadi kekasih saya?" ucapnya dengan tulus. Bella terkejut, matanya terbelalak, tapi di lubuk hati yang terdalam, ia merasa senang. Mereka selalu nyaman satu sama lain, jadi mengapa tidak? Bella pun mengangguk dan menjawab dengan antusias, "Ya, saya mau jadi pacar Pak Leon." Leon tersenyum lega, lalu mengingatkan Bella, "Mulai sekarang, kamu jangan memanggil saya 'Pak Leon' lagi, kecuali di kantor, ya?" Bella tersenyum. "Oke, kalai begitu aku akan panggil Bapak, Mas Leon. Boleh 'kan?" ujarnya. "Boleh. Sekarang sudah pakai 'aku-kamu' nih," kata Leon. Bella tersenyum malu. "Ya, 'kan sekarang Mas Leon sekarang sudah jadi pacar aku." Keduanya tampak melemparkan senyuman, menggambarkan kebahagiaan yang mereka rasakan. Akhirnya, Bella dan Leon memulai babak baru dalam kehidupan mereka sebagai pasangan kekasih. *** Begitu pintu ruang apartemen terbuka, Leon langsung menyambar bibir Bella yang selalu membuatnya candu. Bella pun membalas ciuman itu hingga semakin memanas. Tanpa melepas pagutan mereka, Leon menuntun kekasih yang sudah ia pacari selama 3 bulan itu menuju ke sofa dan membaringkannya di sana. Lalu ia pun menurunkan ciumannya ke leher Bella, yang membuat desahan kuat terdengar dari mulut wanita itu, sehingga gairah keduanya semakin meningkat. Leon yang merasa nafsunya semakin membara, membuka satu persatu kancing kemeja Bella dan menurunkan ciumannya di sana. "Sayang, kalau kamu benar-benar mencintaiku, aku ingin kamu membuktikannya," ucap Leon. Bella mengangguk, mengerti apa yang dimaksud kekasihnya itu. Namun di saat ia hendak membuka kancing kemeja Leon, pria itu malah mencegah. "Kenapa, Sayang?" tanya Bella bingung. Kamu yakin akan melakukan ini?" tanya Leon memastikan. "Aku yakin, Mas. Aku sangat mencintai kamu dan aku akan menyerahkan semuanya untukmu demi cintaku," sahut Bella dengan sangat yakin. Di balik rasa yakin Bella itu, ada sedikit keraguan di hati Leon. Namun, rasa candu terhadap Bella terasa begitu kuat, seolah sulit untuk menahan. Ia pun akhirnya melanjutkan aksinya itu, hingga terjadilah hubungan terlarang yang seharusnya tidak terjadi di antara mereka di ruangan tersebut. Bersambung …

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
178.9K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
299.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
154.0K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
5.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
229.0K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
13.5K
bc

My Secret Little Wife

read
126.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook