Leon menyadari bahwa hubungannya dengan Bella memang telah melampaui batas yang seharusnya, dan jika kekasihnya hamil saat ini adalah sesuatu yang wajar. Ia tahu bahwa ia harus bertanggung jawab dan tidak ingin menjadi pria yang kejam dengan membiarkan Bella menanggung beban ini sendirian.
Namun, di lubuk hati Leon muncul kekhawatiran. "Apa orang tuamu akan setuju, kalau kita menikah siri terlebih dulu?" tanyanya dengan nada cemas.
Kemudian, Bella menjawab, "Mas tahu sendiri 'kan, bagaimana sikap papa dan mama yang nggak pernah peduli sama aku. Mereka hanya memikirkan uang dan uang. Justru, kalau tahu aku akan menikah, pasti mereka akan dengan senang hati menyerahkan aku, supaya nggak perlu bertanggung jawab lagi atas aku." Dia mencoba menahan rasa sakit yang menyesakkan dadanya.
Sejak lama, Leon tahu betul bahwa hubungan Bella dengan kedua orang tuanya memang tidak harmonis. Itulah yang membuat Bella merasa kesepian dan bertemu dengan Leon, pria yang mencintai Bella dengan tulus dan membuat wanita itu menemukan kembali hidupnya.
Leon akhirnya membulatkan tekadnya. "Baiklah, malam ini juga kita temui kedua orang tua kamu."
Mendengar keputusan Leon, Bella pun menyetujuinya dengan sepenuh hati. Keduanya berharap langkah ini akan membawa kebahagiaan dalam kehidupan mereka.
***
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, yaitu hari pernikahan Leon dan Bella diadakan. Mereka menikah dalam kesederhanaan, hanya nikah di bawah tangan, tanpa kehadiran orang tua dan keluarga dari pihak Leon. Hanya ada ayah Bella yang bertindak sebagai wali dan ibu tirinya yang mendampingi, serta beberapa saksi yang menghadiri pernikahan mereka.
Namun, Bella tidak keberatan dengan situasi ini. Baginya, yang terpenting adalah ia kini sudah sah menjadi istri pria yang dicintainya, dan anak yang ada dalam kandungannya pun akan memiliki sosok ayah. Dia tidak perlu khawatir akan membesarkan anak seorang diri.
Seperti yang Bella katakan sebelumnya, walaupun ayah Bella - Baskara Darwin dan ibu tirinya - Yuna Renata, merasa sangat terkejut karena mereka meminta restu untuk menikah secepatnya, bahkan tidak tahu kapan mereka mulai menjalin hubungan, namun kedua orang tuanya itu langsung saja setuju. Bagaimana tidak, Leon menjanjikan uang mahar 1 M serta uang bulanan untuk kedua orang tua Bella sebesar 100 juta setiap bulannya. Jumlah uang itu bukanlah uang yang sedikit, sebagai orang yang gila harta, apalagi ibu tiri Bella yang selalu hidup dalam kemewahan, tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut.
Setelah pernikahan selesai, tanpa adanya resepsi, Bella dan Leon langsung pulang ke apartemen yang selama ini ditempati oleh Bella. Apartemen yang diberikan oleh Leon sebelum mereka menikah, tempat keduanya selalu menghabiskan waktu bersama.
Kini, Mereka berdua pun sudah berada di dalam kamar pengantin, akan menikmati kebebasan sebagai pasangan suami istri. Bella, dengan sukarela melepaskan gaun pengantinnya di depan Leon, membuat pria itu terpana dan tersenyum senang, rasanya tak sabar lagi ingin menerkam istrinya dan membawanya dalam kenikmatan.
Tetapi di saat yang mendebarkan itu, tiba-tiba saja ponsel Leon berdering, menghentakkan keduanya dari momen intim mereka. Leon langsung meraih ponselnya, lalu sedikit menjauh dari istrinya untuk menjawab panggilan tersebut.
Sambil menunggu suaminya, Bella tampak bergaya seksi, menunggu belaian dan sentuhan mesra dari pria yang saat ini sudah menjadi suaminya itu. Namun setelah telepon berakhir, Leon mendekati Bella dengan raut wajah tidak senang.
"Ada apa, Mas?" tanya Bella penasaran dan juga khawatir.
"Sayang, aku minta maaf ya. Aku harus pergi sekarang, ada urusan penting. Tapi aku janji, setelah selesai aku akan langsung pulang," ucap Leon, merasa bersalah.
"Urusan penting apa sih, Mas? Kita ini baru menikah dan kamu mau meninggalkan aku. Apa tidak bisa nanti?" ujar Bella dengan perasaan kecewa.
"Aku benar-benar minta maaf, Sayang. Aku akan segera kembali," ucap Leon, lalu mengecup kening Bella dan berlalu pergi.
"Mau ke mana Mas Leon? Apa yang sebenarnya dia sembunyikan?" Bella merasa curiga dan bertanya-tanya di dalam hatinya.
***
Tak lama kemudian, Leon tiba di sebuah bangunan megah empat lantai dengan halaman yang sangat luas, seperti lapangan bola. Begitu memasuki rumah, langsung disambut oleh perabotan mewah yang hanya mampu dimiliki oleh orang-orang kaya raya. Ini adalah kediaman keluarga Adhitama, tempat di mana Leon tinggal. Sebelumnya, Leon tergesa-gesa meninggalkan wanita yang baru saja dinikahinya karena mendapatkan kabar buruk dari salah satu anggota keluarganya.
"Kak Leon, kenapa baru pulang? Kamu dari mana saja, Kak? Kak Jolina sangat membutuhkanmu." Kepulangan Leon langsung disambut dengan omelan dari adik perempuan satu-satunya, Liona Dalvin Adhitama.
"Apa tidak bisa, sehari saja kamu tidak mengomel? Tidak hanya kamu, tapi mami dan Jolina juga, sama-sama membuat kepalaku pusing," ujar Leon kesal. Kemudian, dengan rasa penasaran yang menggebu, dia bertanya? "Di mana Jolina sekarang? Apa yang terjadi dengannya?"
"Nggak bisa. Salah kamu sendiri lah, suka menghilang. Aku juga pusing karena istrimu dari tadi tanya, di mana Leon? Masa iya, sebagai adik kamu nggak tahu? Lah, sebagai istri dia lebih parah karena nggak tahu keberadaan suaminya," keluh Liona, menatap arah di mana kakaknya yang baru saja berlalu dari pandangannya.
Sesampainya di lantai 3 dengan menggunakan lift, Leon langsung menuju kamarnya, menghampiri Jolina yang merupakan istrinya.
"Sayang, kamu akhirnya pulang," sapa Jolina dengan wajah yang berseri-seri.
Leon mengernyitkan dahi, melihat keadaan istrinya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa sampai seperti ini?" tanyanya penasaran. Meski tadi wanita itu sudah mengatakan jika dia terkilir dan baru saja ditangani oleh dokter, tetapi tidak menjelaskan apa penyebabnya.
"Tadi waktu lagi pemotretan, nggak sengaja terkilir. Ya … jadinya begini," jelas Jolina, tampak kesakitan. "Dokter bilang mungkin karena kecapean, jadi aku nggak fokus."
"Ya, bagaimana tidak kecapean, dari pagi sampai pagi lagi kamu melakukan pemotretan, bahkan jarang pulang ke rumah. Apa tidak bisa sekali-sekali saja, kamu mengambil waktu istirahat saat hari libur?" Leon berharap istrinya mau mendengarkan nasehatnya.
"Please, Sayang. Sudah dong, jangan terus memarahiku seperti itu. Kamu juga tahu, pekerjaanku di dunia modelling sangat penting bagi hidupku. Aku tidak bisa meninggalkannya dan bekerja dari pagi hingga malam adalah suatu tuntutan, seperti kamu yang sibuk di kantor," ujar Jolina, membela diri.
Dalam hati, Leon berpikir, wajar saja jika ia banyak menghabiskan lebih banyak waktu dengan Bella daripada Jolina, bahkan hingga menikahinya.
Ya, sebenarnya Leon memang sudah memiliki istri yang begitu asyik dengan dunianya sendiri, sehingga membuatnya merasa kesepian. Jolina Alexandria, seorang wanita cantik yang berkecimpung di dunia modelling sejak duduk di bangku SMA, hingga sekarang karirnya semakin sukses.
Sudah hampir dua tahun mereka menikah, namun hubungan keduanya terbilang tidak harmonis. Jolina terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan mereka jarang memiliki waktu bersama. Tak heran jika dalam sebulan, pasangan suami istri itu hanya bisa menghabiskan waktu untuk berhubungan intim beberapa kali, bahkan terkadang tidak sama sekali.
Mereka juga belum memiliki keturunan, karena Jolina tidak mau merusak bentuk tubuhnya yang indah demi memiliki anak. Hal ini membuat Leon semakin merasa jauh dan terasing dari istrinya. Kesepian dan kekecewaan mulai mendera hati, seiring pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikirannya tentang kesetiaan dan komitmen dalam pernikahan mereka.
Sebagai seorang pria, menjalani hubungan seperti ini sungguh melelahkan. Namun, bertemu dengan Bella merupakan keberuntungan tersendiri bagi Leon. Hanya saja, hingga saat ini ia belum mampu mengungkapkan identitas aslinya, yang sudah dipastikan akan menjadi fakta mengejutkan bagi Bella. Jika Bella mengetahuinya, sudah pasti wanita itu akan sangat marah, bahkan mungkin meninggalkannya. Rasanya, Leon tak sanggup bahkan jika hanya membayangkannya saja.
"Sayang, kamu ke sini dulu deh," tegur Jolina yang melihat Leon tampak terdiam terpaku, sehingga pria itu pun segera saja duduk di sampingnya.
Lalu, Jolina tampak mengendus-endus, membuat Leon kebingungan. "Kamu kenapa?" tanyanya.
"Leon, sebenarnya kamu dari mana? Ini bau parfum siapa di badan kamu?" tanya Jolina yang membuat Leon tersentak.
Bersambung …