Bab 3. Fakta Mengejutkan

1023 Words
Leon terdiam seketika, dia yakin parfum yang dimaksud Jolina adalah parfum Bella, wanita yang baru saja dinikahinya secara siri. Namun, bagaimana mungkin ia mengatakan kepada istrinya itu tentang kebenarannya jika dia telah menikah lagi secara diam-diam, bahkan istri keduanya itu sedang mengandung anaknya. "Kenapa kamu diam, Leon? Kamu jawab dong pertanyaan aku. Kamu habis menemui siapa tadi? Pantas saja kamu pulang terlambat." Bella mengulangi pertanyaannya dan menatap curiga. "Kamu ini apa-apaan sih? Kamu mencurigai aku? Kamu 'kan tahu kalau aku habis meeting dan klien aku tidak hanya pria saja, tapi ada wanita juga. Jadi, wajar 'kan kalau ada bau parfum yang menempel di baju aku? Sama seperti parfum kamu yang baunya bisa ke mana-mana, bahkan baju kamu juga terkadang menempel bau parfum pria yang kamu katakan teman model kamu atau manajer kamu," ujar Leon, mencari alasan yang tepat. "Oh, iya. Kamu benar juga. Maaf ya, aku tadi sempat berpikir negatif," ucap Jolina. "Iya, tidak apa-apa," sahut Leon. "Untung saja Jolina tidak curiga dan banyak bertanya lagi," gumamnya dalam hati dangan perasaan lega. "Oh ya, Sayang, hari ini 'kan hari libur. Kamu nggak kemana-mana lagi 'kan?" Tanya Jolina dengan tatapan penuh harap. "Bukan urusanmu," jawab Leon ketus. "Kok kamu seperti itu sih, Leon? Masih marah ya, soal kemarin malam? Maaf ya, karena aku nggak bisa menemani kamu di acara perjamuan dengan rekan bisnis kamu. Tapi aku ini istri kamu, wajar 'kan kalau aku mau tahu?" ujar Jolina. Mendengar kata-kata istrinya, Leon tersentak. "Oh, jadi sekarang kamu sudah mau tahu urusanku? Bukankah selama ini, kamu sama sekali tidak peduli dan sibuk dengan urusanmu sendiri?" tukas Leon. Namun, di balik perdebatannya dengan Jolina, pikiran Leon semakin terlilit tentang bagaimana mengungkapkan identitas aslinya kepada Bella, tanpa harus kehilangan wanita yang telah menjadi istrinya itu. "Leon, kenapa sih, kamu selalu saja menyudutkan aku? Oke, aku minta maaf. Tapi sekarang, kamu nggak ada pekerjaan lagi 'kan? Pasti nggak, karena kamu sudah pulang. Aku mau, kamu menemani aku," pinta Jolina penuh harap. Mendengar permintaan itu, tentu saja Leon merasa enggan. Mengingat jika hari ini adalah hari pernikahannya dengan Bella dan ia sudah berjanji akan kembali setelah urusannya selesai, serta menghabiskan malam pengantin mereka bersama. "Maaf, aku tidak bisa. Aku harus pergi karena ada urusan yang belum selesai," tolak Leon dengan enteng. Tidak terduga, Jolina tiba-tiba saja mencegahnya untuk pergi. Dia tampak marah dan kecewa, seolah Leon tidak memiliki hak untuk menentukan apa yang harus dia lakukan. "Leon, aku tidak mengizinkan kamu untuk pergi. Kamu harus tetap berada di sini untuk menemani aku!" teriaknya tanpa peduli akan perasaan suaminya itu. *** Ternyata, Bella yang merasa curiga akan kepergian Leon yang tiba-tiba, diam-diam hendak mengikuti pria itu dari kejauhan. Tetapi, karena dia harus berpakaian dulu sebelum mengejar Leon dan waktu yang singkat, membuatnya ketinggalan jejak suaminya itu. Namun saat ini, ia masih berada dalam taksi, merasa linglung dan tidak tahu ke mana harus pergi. Sejujurnya, di dalam hati Bella, dia merasa sangat sedih dan kecewa. "Kenapa Mas Leon tiba-tiba pergi? Ke mana dia? Ada urusan apa yang lebih penting daripada malam pernikahan kami?" batinnya, diiringi air mata mengalir di pipinya. "Nona, sebenarnya kita mau ke mana?" tanya sopir taksi yang membuat Bella tersadar dari lamunannya. "Oh, iya, Pak, antarkan saya ke restoran saja. Saya lapar, mau makan," jawab Bella akhirnya, karena memang perutnya sudah sangat keroncongan dan hari juga sudah menjelang malam. "Baik, Nona," jawab sopir taksi. Di tengah perjalanan, Bella mencoba untuk terus menghubungi Leon, namun sama sekali tak ada jawaban yang membuatnya semakin merasa curiga dan khawatir. Rasa takut dan kecemasan saling bercampur aduk di dalam hatinya, membuat Bella semakin galau. "Mas Leon, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Kenapa kamu nggak jawab telepon aku?" gumam Bella dalam hati. *** Di sisi lain, Jolina yang tidak bisa melanjutkan sesi pemotretannya karena kakinya masih terasa sakit, sementara Leon juga terpaksa tidak bisa meninggalkan istrinya itu, sehingga Jolina pun meminta Leon agar membawanya ke salah satu restoran yang sudah sangat lama tidak mereka kunjungi. "Bukannya kakimu itu sedang sakit, kenapa kamu malah mengajakku makan di restoran? Kita bisa makan di rumah saja, ada Bibi yang menyiapkan semuanya," ujar Leon, tak habis pikir. Namun, Jolina memiliki alasannya sendiri yang membuatnya begitu ingin pergi ke restoran tersebut. "Leon, aku minta maaf karena selama ini aku jarang ada waktu untuk kamu. Tapi, karena sekarang aku ada di rumah dan kamu juga, tidak ada salahnya 'kan kalau kita dinner di luar. Aku hanya ingin memberikan waktu ini untuk kamu, aku hanya mau menggunakan kesempatan ini dengan baik," ucapnya dengan tulus. "Tapi, kakimu sedang sakit," ujar Leon, antara khawatir dan enggan. "Aku sudah baik-baik saja. Lagi pula, 'kan ada kamu yang bisa menuntun aku jalan," sahut Jolina dengan sangat yakin. Leon menghela napas berat, ia sangat mengerti keinginan Jolina karena memang sudah lama mereka tak menghabiskan waktu bersama. Apakah dia harus menerima tawaran Jolina? Lalu, bagaimana dengan Bella? Di benaknya, Leon membayangkan istri kecilnya saat ini pasti sudah menunggunya di apartemen. Ia juga sama sekali belum memberi kabar karena baru menyadari jika ponselnya tertinggal di dalam mobil. *** Sementara itu, Bella yang sudah berada di salah satu restoran, tampak menikmati makanan dengan sangat lahap. Perutnya yang begitu keroncongan, membuatnya melupakan sejenak masalah pernikahannya hari ini. Setidaknya saat ini, ia bisa merasakan kenyang. Setelah itu, baru lah kembali mencari keberadaan Leon. Namun di saat yang tak terduga, Bella melihat sosok yang tengah dicarinya memasuki restoran tersebut dengan menggandeng seorang wanita. "Mas Leon? Siapa wanita itu?" gumam Bella, perasaan cemburu mulai merayapi hatinya. Akan tetapi, dia tak mau menanyakan langsung. Bella memutuskan untuk mengikuti keduanya, guna mencari tahu lebih jauh. Leon dan wanita yang tak lain adalah Jolina, kini telah duduk di salah satu meja. Sementara Bella, pindah duduk, mengambil posisi di dekat keduanya untuk menguping pembicaraan mereka. "Terima kasih ya, Sayang. Kamu sudah mau membawa aku ke sini, tempat kamu pernah melamar aku. Nggak terasa ya, sudah hampir dua tahun kita menikah, tapi untuk makan malam seperti ini sangat jarang. Sekarang aku senang sekali karena kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti ini," ujar Jolina dengan senyum manis. "What? Dua tahun menikah?" batin Bella, merasa terpukul dan terkejut mendengar sebuah fakta mengejutkan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Bersambung …
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD