Ah .... Ampuuun! Rea mau kabur rasanya. Sesuai kecemasan, Rea berada dalam ambang bahaya. Terlebih saat dirinya sudah ditangkap, seolah hanya tinggal dilahap. Permintaan libur dulu seakan tidak ada tanda-tanda dikabulkan, terasa dari gelagat tangan Jayakarsa yang malah meremas bongkah daging Rea—di wilayah tubuh yang lebih menonjol. Bukan d**a, tetapi bagian belakang dan dekat paha. Tahulah apa. Rea tidak berani menyebutnya. Di mana Jaya kini bukan lagi mengungkung pinggang, melainkan pantatt. Oh, disebut! Ya, bagian itu Jaya cengkeram dengan kelima jarinya saat sudah saling berhadapan, lalu ditekan. Membuat tubuh satu sama lain jadi saling bertempelan. Bayangkan apa yang kini Rea rasakan dari sebuah gundukan di tubuh Jaya yang menyenggol-nyenggol sekitaran perut bagian bawahnya. M