[Nak Jaya, Ibu sakit hati banget sama kelakuan orang-orang yang ngatain Rea hamil duluan gara-gara nikah siri.] Jaya sedang dalam perjalanan menuju kantor, di mana hari ini putra tunggalnya—Julian—akan mulai terjun ke perusahaan. Ini hari penting, ibu mertua malah curhat. [Dinasnya masih lama, ya, Nak? Nggak bisa cutikah? Urus-urus dulu nikahan kalian, resmiin gitu, lho. Sakit banget hati Ibu, Nak Jaya.] [Mereka bilang Rea dijual ke om-om gadunn. Sakit nggak hati Nak Jaya? Tolong, ya, Nak, ya. Disegerakan aja ke KUA-nya.] Jaya pijat-pijat pangkal hidung. Lekas dibalas. Mau tak mau. Jaya: [Sabar, ya, Bu.] Sudah, Jaya kantongi ponselnya. Dia lockscreen. Dipikir-pikir memang merepotkan. Padahal Jaya cuma butuh nikah siri, lalu bercinta—menumpas kebutuhan biologis yang sebetulnya masih