Rea berdebar. Sekali lagi dia tegaskan, ini bukan karena cinta. Bayangkan saja apa yang akan terjadi sepuluh menit mendatang, soalnya tugu perbatasan Banyuliang dengan desa lain sudah dilewati, otomatis sudah dekat dengan kediaman. Rea sedang menebak reaksi ibu, juga menebak bagaimana respons Jayakarsa nanti setelah bertemu dengan ibu. Fyi. Ibu Rea, kan, manusia paling unik. Beliau memiliki kemampuan bicara secepat laju kereta api bila sedang mode ngomel. Selain itu, mampu mengamuk dalam durasi tak terhingga. Jangan lupakan kalau sedang mode julid, nyinyiran ibu Rea hampir mengalahkan level pedas dari nyinyiran tetangga. Terus ... kalau ibu suka sama sesuatu hal, sudah pasti akan disanjung-sanjung sampai yang mendengar olab di tempat. Muak gitu, lho. Paham, kan? Dan lebih meresahkan