“Seharusnya kau tidur lebih lama,” ujar Alvaro, meraih kemeja tidur yang semalam nyaris tak terpakai. Ia mengenakannya sambil berdiri di belakang Arielle. “Kalau aku tidur terus, aku takut tidak bisa membedakan mana mimpi, mana kenyataan,” ujar Arielle pelan. Alvaro menatap bayangan mereka di cermin. “Kalau ini mimpi, biarkan aku tidak pernah bangun.” Arielle mendengus pelan. “Kau terlalu manis pagi ini.” Alvaro mendekat, menyentuhkan dagunya di bahu Arielle. “Karena aku ingin kau tetap di sini, bukan karena tubuhmu. Tapi karena untuk pertama kali dalam hidupku, aku ingin seseorang pulang.” Arielle menoleh, matanya menatap ke dalam mata Alvaro. “Pulang, ya? Kau yakin rumahmu cukup aman untuk menampungku?” “Aku tidak yakin, tapi aku mau belajar menjadikannya begitu.” Untuk beberapa d