Arielle terkejut, tapi ia tidak menolak. Seluruh tubuhnya menegang, tapi tidak melawan. Reina membeku. Napasnya tercekat. Ia menatap dua sosok di hadapannya yang masih saling berdiri begitu dekat. Bibir Arielle sedikit bergetar, tapi ia tidak menolak ciuman itu. “Kau... mencium dia,” ujar Reina. Suaranya pelan, penuh keterkejutan yang menusuk. Langkah Reina mundur perlahan. Tangannya mencoba meraih pegangan di dinding, tapi gagal. Tubuhnya limbung, dan dalam sekejap, ia ambruk ke lantai. Tubuh Reina jatuh keras, suara benturannya bergema tajam. “Nona Reina!” teriak salah satu pelayan yang langsung berlari mendekat. Beberapa yang lain ikut panik, membawa air, menelepon dokter rumah, dan mencoba membangunkan Reina. Arielle tersentak dan hendak melangkah maju, niatnya jelas ingin memban