Matteo bertemu Arielle di koridor. Ia menundukkan kepala sopan dan menyingkir ke samping agar Arielle lewat lebih dulu. “Semua aman,” katanya singkat. “Saya di ujung lorong.” Arielle mengangguk, lalu mendorong pintu kamar.
Di dalam, Alvaro bersandar santai dengan kaki terlipat rapi. Televisi menyala tanpa suara. Ia menatap layar satu detik, lalu menghela napas pendek. “Acara saat ini hanya berisi sampah, apa yang sebaiknya kutonton kalau begini.”
Arielle menyimpan senyum. “Mafia juga menonton televisi rupanya.”
“Hem, karena aku mafia yang bodoh.”
Arielle terdiam sepersekian. Ia mendekat, menatap sinis namun mata tetap hangat. “Kau tersinggung ya, Tuan Mafia.”
Alvaro menekan tombol daya. Layar gelap. Ia memutar tubuh menghadap Arielle sepenuhnya. “Aku tersinggung jika kau jauh.” Tangan
