Aroma lembut sabun dan bunga dari tubuh Arielle masih tertinggal di sprei, dan di sana, tepat di sampingnya, Arielle masih meringkuk, wajahnya tenang, bibirnya sedikit terbuka, dan napasnya teratur. Alvaro mengangkat satu tangannya, menyentuh pipi Arielle perlahan. Ia tersenyum kecil, napasnya menggantung di tenggorokan. Arielle menyentuh d**a Alvaro pelan. “Sudah pagi. Kau harus mandi. Tubuhmu pasti lengket.” “Aku tak bisa mandi sendiri,” ucap Alvaro manja. “Terlalu banyak luka. Kau mau bantu?” Arielle mengangkat alis. “Aku tidak bisa digoda sepagi ini.” “Kau sudah membantu semalam. Sekarang bantu lagi,” balas Alvaro sambil bangkit pelan. Arielle membantu Alvaro berdiri dan membawanya ke kamar mandi di ujung ruangan. Ia memutar keran air hangat dan membuka handuk yang membungkus tub