Pelukan itu masih terasa erat dan hangat. Diana tak mampu menampik jika Andra adalah tempat terbaik yang Tuhan kirimkan untuknya bersandar. Namun ia pun tak paham, mengapa mengenal keluarganya sendiri justru menjadi ketakutan terbesarnya. Diana seolah dipaksa masuk ke sebuah lorong gelap tanpa tau dimana pintu keluarnya. Mungkinkah ia harus membawa Andra ikut serta ke dalam lorong itu? “Saya berjanji dengan sesungguh hati, bahwa saya akan mempergauli isteri saya bernama Diana Maya binti Ikbal Byantara dengan mu’asyarah bil ma’ruf menurut ajaran Islam,” bisik Andra di telinga Diana. “Masih ingat janji aku, istriku?” Diana mengangguk dalam dekapannya. “Apa yang memberatkan pikiran kamu, istriku?” Diana menggigit bibirnya, menahan tangis sekuat tenaga. “Diana takut pulang. Takut Tan

