Bab 24 Habis Gelap terbitlah terang

1300 Words

Begitu punggung Fahmi menghilang di balik deretan mobil parkir, Anggita baru sadar betapa kerasnya jantungnya berdetak. Nafasnya naik-turun cepat, tangannya masih sedikit gemetar meski ia berusaha terlihat kuat di hadapan orang-orang yang sempat menatap. Ia mengembuskan napas panjang, menunduk, lalu menepuk dadanya pelan. “Ya Tuhan…” gumamnya nyaris tanpa suara. “Kenapa harus ketemu dia lagi, sih?” Udara siang Jakarta terasa makin panas, seolah menyerap sisa-sisa ketegangan barusan. Anggita melangkah ke tepi trotoar, mencari sedikit teduh di bawah pohon ketapang. Keringat menetes di pelipis, tapi kali ini bukan hanya karena cuaca—lebih karena adrenalin yang baru saja mengalir deras. Beberapa menit kemudian, suara klakson pelan memecah pikirannya. Mobil hitam familiar itu berhenti tepat

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD