Balapan Jalanan

843 Words
Malam itu, kota yang indah tiba-tiba dipenuhi oleh asap knalpot yang membubung tinggi, lampu neon kota memantul di aspal basah malam itu. Deru mesin meraung bagai binatang buas yang baru dilepas. Puluhan mobil sport mewah terlihat saling berkejaran bak pembalap F1, membuat adrenalin terpacu ketika melihat setiap mobil saling memacu dan ingin mendahului. Beberapa mobil sport hitam berkilau sejajar. Salah satunya dikendarai oleh Dominick, pembalap jalanan yang dikenal karena keberanian gilanya, meski berkali-kali mengalami kecelakaan tetap saja tak membuatnya patah arang, dia tetap mengasah skill nya untuk bisa menahlukan jalanan dan beberapa orang yang mencoba mengganggu bisnis ilegalnya. Di kursi penumpang, Rejun Polandia Cage, pria yang merupakan tangan kanan Dominick Xiao Yunglow, yang merupakan boss mafia dan pemasok senjata ilegal terbesar di Asia. Pria itu selalu mendampingi Dom dimanapun berada. Dia selalu membawa pistol terselip dibalik jaket kulit yang selalu dia kenakan. "Tuan, sepertinya ini bukan sekadar balapan biasa," bisik Rejun sambil menyalakan sebatang rokok dan menyelipkan di sela bibirnya. "Sepertinya mereka bertekad untuk menyingkirkan seorang Dom. Lihat saja isi dari mobil belakang, isinya adalah mafia Venesia. Aku yakin mereka tidak ingin kalah dari kita, Tuan." Imbuh sang asisten pribadi menatap tajam ke arah spion dengan senyum sinis tersungging di balik bibir tipisnya. Dominick tersenyum mengejek, dia menambah tekanan pada pedal gas, seketika suara mesinnya meraung keras. "Tidak ada yang bisa mengalahkan seorang Dom! Kecuali kalau aku mati!" Sahutnya tegas tanpa menatap ke arah lawan. Suara kembail hening, hanya derit ban yang menjerit di atas aspal, meninggalkan jejak asap putih pekat malam itu. "Tuan! Awasss!!" Seru Rejun ketika melihat mobil yang menyalip mereka dan menodongkan senjata dan seketika terdengar suara tembakan. DORRR!!" "s**t!!" Geram Dominick melihat peluru yang menyapa kacanya. Lampu jalan berkelebat cepat, gedung-gedung tinggi hanya jadi bayangan hitam. Dom menggenggam kemudi erat, matanya fokus pada jalan di depan dan menghalangi lawan untuk kembali menyerang mereka. "Tuan! Awasss!!" Kembali Rejun berteriak, sambil mengeluarkan senjatanya. Tiba-tiba—DOORR! kaca spionnya retak. Suara tembakan memecah malam. Dari mobil mafia di sebelah, moncong pistol menyembur kan api. "Rejun! Balas!! Jangan biarkan mereka leluasa menembaki kita!" Teriak Dom dan langsung Rejun dengan keahliannya sebagai penembak jitu langsung memuka kaca jendela, membalas tembakan. Sontak kembali terdengar bunyi DOR! DOR! DOR! menggema di tengah deru mesin, membuat orang-orang di tepi jalan berteriak panik dan berhamburan. Kaca mobil tepat samping kemudi pecah. Mobil beradu kecepatan. Saling salip, saling himpit. Peluru menyalak, menghantam kap mesin, memercikkan api kecil. Dom terlihat menggertakkan gigi, memutar kemudi tajam, membuat mobil mafia hampir menabrak tiang jalan. "Satu berhasil, Tuan! Masih ada delapan mobil lagi!" Tegas Rejun sambil memperhatikan mobil-mobil mafia yang mengejar mereka. Persiangan dunia hitam semakin panas, terlebih setelah Dominick menjadi orang kepercayaan mafia Rusia - Amerika untuk menjadi pemasok senjata illegal di Asia. "Lihat map depan, Jun. Kepalaku tiba-tiba terasa pusing. Kita tak punya waktu banyak..." tegas suara Dominick membuat Rejun langsung membuka layar iPad dan menutup pintu kaca. "Siap, Tuan." Tegasnya lagi dengan fokus menatap layar dengan otaknya bekerja keras. "Di depan ada jembatan, Tuan. Kita harus lolos dari jembatan itu. Bantuan kita sudah menunggu di depan! Dan kita bisa keluar jalur!" Tegas Rejun sambil sesekali melihat ke arah spion mobil. "Berapa lagi jaraknya, Jun? Kepalaku terasa berat, Jun..." bisknya sambil memegangi kepalanya yang terasa memutar. Dia sesekali meringis merasakan darah kental mengalir, ternyata ada peluru yang menyapa tubuhnya. "Sepuluh kilo meter lagi, Tuan menuju jembatan dan bala bantuan." Tegas Rejun yang memasng sudah memerintahkan orang mereka untuk bersiap menyambut mereka dari depan. Mobil melesat menuju tikungan tajam. Mafia di belakang menembak ban, membuat mobil Dom berguncang hebat. Rejun membalas dengan satu tembakan tepat sasaran—ban depan mobil mafia belakang meledak. Kendaraan musuh oleng, berputar liar, dan menghantam pagar pembatas dengan dentuman keras. "Satu lagi berhasil kita singkirkan, Tuan. Tinggal kita jaga jarak sampai ke bala bantuan kita, Tuan." Tegas Rejun membuat Dominick menggertakkan giginya, karena matanya terasa berat. "Argkhhhh! Shittt!" Teriaknya sambil memukul stir kemudi dengan kesal atas kelemahannya kali ini. " Tiga kilometer lagi, Tuan!" “Oke.” Dominick tampak mengatur nafasnya dengan mimik wajah meringis menahan sakit. Tiba-tiba matanya menatap ke arah layar ponsel yang menyala, dengan sigap tangannya menerima panggilan video, disana terlihat dua orang pria dengan pakaian serba hitam dan senjata yang mengarah ke kepala wanita dengan penutup kepala dan penutup mulut dengan lakban hitam. Dia menggelengkan kepala seolah memberi kode kepada Dom, membuat Dom sedikit kehilangan kendali. “Selamat tinggal!” Ucap pria itu sembari meletuskan senjata tepat di kepala wanita itu dan ponsel mati. “Tidaaaakkkk!!!!” Seru Dominick dengan suara menyayat hati antara kemarahan dan putus asa. "Tuan, Awaaaass!!" Dari arah depan tiba-tiba ada mobil yang menghalang di depan mereka. Seiring dengan suara tembakan yang menghias malam itu. DORR!! DORRR!! Praaang!!! BRAAAAAAKKK!! Sebuah kecelakaan terjadi, dan beberapa mobil tampak mengelilingi bersiap untuk menembak ke arah tanki bahan bakar, agar mobil meledak, sayangnya, Tuhan masih berkehendak berbeda. Tiba-tiba suara sirine beberapa mobil polisi terdengar. Sontak mobil-mobil mafia Venesia itu berhamburan keluar dari jalan raya dan menghilang di gelapnya malam. Sedangkan Dominick dan Rejun masih terkapar bersimbah darah tak sadarkan diri di dalam mobil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD