Rahasia Jenggala 9

1733 Words
"Nyebelin banget sih." Jelita membuang ponselnya saat melihat banyak berita yang terus menampilkan sosok Jenggala dimana-mana. Jenggala yang memang seorang selebgram tentu membuatnya mudah di kenal. Jelita berdecit saat kembali mendengar ponselnya berbunyi terus menerus. Dia tidak tahu apa-apa tentang Jenggala dan lagi, kenapa mereka menyudutkan Jenggala tanpa tahu apa yang terjadi. Kesal, Jelita meraih kembali ponselnya. Belum sempat membukanya, kembali notifikasi masuk beruntun. Ingin sekali Jelita membanting ponselnya ini, sayang ponsel ini di beli hasil tabungannya sendiri. Baiklah, dengan menarik nafas Jelita membuka kunci sandi ponselnya. Jantungnya berdebar, apa yang membuat akun Instagramnya di penuhin notifikasi beruntun. Saat ponselnya sudah terbuka, Jelita menggeser menu ke samping, tangannya akan menekan ikon i********: tapi berhenti saat melihat sebait kalimat terbaca olehnya. "Apa gua salah baca?" Jelita mencoba menarik layarnya untuk melihatnya dan seketika matanya membulat. "Heh? Serius ini?" Cepat, tangannya menekan ikon telepon dia harus menghubungi sahabatnya. "Angkat dong, Git." Jelita mengigit kuku jarinya. "Hallo." "Lagi dimana?" "Lagi di luar, kenapa?" "Bisa anterin gua nggak?" "Kemana?" "Kepenjara" "Buat apa anjir? Lo nggak apa-apa kan?" Tentu Gita terkejut, untuk apa sahabatnya meminta antar ke sel tahanan? "Gua baru inget kalau gua punya bukti buat bebasin Jenggala dari sana." Gita yang mendengar itu mengerutkan kening. Serius, ini Jelita sahabatnya bukan? Kenapa Jelita mau ikut campur urusan orang lain? Biasanya Jelita tidak peduli apapun pada orang sekitarnya. Bagi Jelita hanya Haechan, Haechan, Haechan dan para idol lainnya. Jelita itu tipe perempuan yang tidak mau zona nyamannya itu terusik. Bagi Jelita Haechan dan kawan-kawannya itu sudah lebih dari cukup. Dan jika ada orang yang berani mengusik, dia akan mengamuk seperti monyet yang minta kawin. Gita sudah kenal luar dalam bagaimana Jelita, jadi sekarang gadis itu bertingkah seperti ini tentu membuatnya penasaran. Apa ada sesuatu yang tidak di ketahui nya? Jelita dan Jenggala itu dia manusia yang sulit di tebak. Jika di tanya, apa mereka pacaran? Jelita sering mengatakan di bilang pacaran tidak di bilang tidak mereka pacaran berbeda dengan Jenggala yang hanya mengangkat bahu tidak peduli. Lalu, Gita sebagai sahabat Jelita hanya bisa mengulas senyum. Senyum yang tidak tahu untuk apa. "Bukti apa?" "Yeah pokonya gua ada bukti. Lo bisa nggak anterin gua?" "15 menit gua nyampe rumah Lo." "Oke. Gua tungguin." Setelah itu sambungan telepon terputus. Jelita turun dari atas ranjang, melangkah ke arah dimana semua alat Mukbangnya di simpan. Yakin sekali jika semalam kamera miliknya masih menyala. Jelita membuka kameranya lalu tersenyum saat melihat interaksi dia dan Jenggala. Setidaknya bukti ini bisa membuat polisi' cepat menangkap siapa pelaku aslinya. "Gua harap ini bisa bantu Jenggala." Jelita meraih tas dan cardigan, dia pergi meninggalkan kamarnya. Entah kenapa Jelita mau repot-repot membantu Jenggala, padahal setiap bertemu mereka sering adu mulut. Jenggala yang slalu berbuat usil dan Jelita yang paling tidak suka waktunya di ganggu. Harusnya Jelita senang karena beberapa waktu ke depan dia tidak akan mendapat gangguan dari Jenggala tapi rasanya melihat bagaimana laki-laki itu di giring polisi dengan senyum di bibirnya membuatnya terus terngiang-ngiang. Belum lagi perasaannya yang slalu berdebar akhir-akhir ini. Oh astaga! Jelita tidak tahu apa yang di rasakan olehnya ini. Bagaimana ciri-ciri orang jatuh cinta? Dan bagaimana rasanya jatuh cinta? Ah ... Jelita memukul kepalanya sebal, tidak tahu kelakuannya itu membuat sang Ibu mengerutkan kening bingung. "Kamu kenapa Lita?" Pertanyaan itu sontak membuat Jelita terkejut. "Mama ih ngagetin aja." "Pasti ngelamun yah kamu?" "Nggak kok." "Nggak baik loh Lit ngelamun sambil jalan gitu, mana turun tangga lagi." "Lita kan udah bilang, nggak ngelamun Mama ih." Jelita kesal sendiri jika Ibunya sudah tidak mau mendengar penjelasannya. "Ya, ya, ya, terserah kamu aja. Mau kemana kamu?" Tiba-tiba pikiran Jelita melayang saat Ibunya bertanya mau pergi kemana. Harus di Jawab apa olehnya? Masa dia mengatakan akan mengunjungi Jenggala, bisa-bisa sang ibu menggodanya habis-habisan. Masalahnya Ibunya sempat mengajak Jelita untuk mengunjungi Jenggala padahal laki-laki itu baru beberapa jam tinggal di sana tapi Ibunya sudah heboh mengabari sang Ayah kapan pulang lalu bercerita tentang Jenggala. Yang menjadi pertanyaan Jelita, Ayah dan Ibunya ini kenapa? Kenapa mereka seakan-akan Jenggala itu penting untuk mereka? Haish! Tidak tahulah. "Mau pergi." "Pergi kemana?" "Pergi sama Gita, Ma." "Nggak bohong kan kamu?" "Astaghfirullah, Mama, iya aku pergi sama Gita, nggak percayaan banget sih." Jelita mendengus sebal, melihat sang Ibu yang hanya mengangkat bahunya. "Yeah siapa tahu kamu mau pergi sama temen KPop kamu." "Emangnya kenapa kalau aku pergi sama temen kPop aku?" "Yeah Mama mau ikut lah." Tanpa rasa berdosa ibunya menjawab dengan tenang. Ya Allah. Jelita ingin sekali menangis berguling-guling. Ibunya ini memang bener-bener gaul sekali. Nyesel Jelita dulu memberi tahu Ibunya tentang cowok-cowok tampan kesukaannya itu. Ibunya tidak pernah tertinggal update terbaru. Jika kalian tanya, apa Ibunya seorang KPop? Jawabannya, iya. Ibunya itu hampir tahu siapa idol-idol Korea. Bahkan Jelita mendengus sebal, saat ibunya mengatakan menyukai Jaehyun NCT lalu bercerita untuk menjodohkannya dengan sang Kakak Kedua. Astaghfirullah ? Mama nya ini memang bener-bener membuat Jelita jengkel dan kesal. Uang jajan Jelita bahkan sampai di tahan ibunya, karena saat itu Jelita akan pergi menonton Konser EXO tanpa memberitahunya. Ibunya ngambek dan tidak mau berbicara. Jelita saat itu sudah menangis, mengadu pada sang Papa. Januar yang melihat kelakuan anak dan istrinya tentu merasa pusing, karena tidak mau memperpanjang masalah, Januar memberikan uang jajan Jelita eh setelah itu dia harus mengungsi tidur di kamar tamu. Sempat saat itu Jelita tidak mendapatkan greeting season milik NCT Dream dan dia hanya mendapatkan milik member wayV dan NCT 127. Saat itu mood Jelita jelek sekali, pulang sekolah bibirnya manyun dan ketika sampai di rumah dia melihat sang ibu sedang memamerkan greeting season milik NCT dream yang baru datang. Dan semua itu komplit. Berbeda dengan Jelita yang sharing bersama dengan teman-temannya. Tentu, Jelita merayu sang ibu untuk memberikan salah satu member untuknya. Tapi ibunya menolak, mengatakan sayang jika salah satu member hilang. Saat itulah Jelita berjanji pada sang Ibu untuk mengajaknya jika ada konser di Indonesia. Begitulah ceritanya. Tapi bagus juga jika Ibunya ikut pergi, karena tiket konser ibunya yang akan membayar. "3 bulan lagi Haechan mau konser di Indonesia, tiket konser Lita yang pesen, Mama yang bayar." Juwita yang mendengar itu tentu saja matanya langsung berbinar. "Nggak masalah, biar Mama yang bayar." Jelita tersenyum lebar. "Tapi cemilan kamu, Mama kurangi." Mata Jelita melotot. "Kok gitu? Kan perjanjiannya juga kalau ada konser Mama yang bayar tiketnya." "Jawab dulu kamu mau kemana itu?" Aish! Jelita mendengus, dia pikir ibunya tidak bakan bertanya lagi. Kenapa sih Mama nya ini slalu saja tahu jika anak-anaknya berbohong. Jelita memang tidak pandai berbohong, jika pun berbohong pasti ujung-ujungnya akan ketahuan. "Mau pergi, Ma." "Mama juga tahu, Snowy Jelita, yang Mama tanya mau pergi kemana?" Juwita yakin ada yang di sembunyikan Jelita padanya. Jelita itu anak rumahan, dia tidak akan pergi selain ada acara kerja kelompok atau adanya pertemuan dengan teman-teman sesama KPop-nya. Mentok-mentok yah pergi ke konser idolnya, itu pun pergi bersama dengannya. Jenita, Jemita dan Jelita walaupun sudah dewasa tetap saja slalu bersembunyi di ketek Mama dan Papa. Ketiga nya anak rumahan jadi sebagai ibu Juwita tahu di saat mereka berbohong. Jelita menghela nafas, "Mau ketemu Jenggala." Juwita yang mendengar itu sontak mendekat, "Ke sel tahanan?" Kepala Jelita mengangguk. Mau bagaimana lagi, jika diteruskan pasti pertanyaan dari Ibunya semakin lama. "Tunggu disini sebentar." Ibunya langsung melesat ke arah kamarnya dan tidak lama sudah membawa tas yang slalu menjadi andalan jika akan pergi keluar rumah. "Mama mau kemana?" "Ikut dong." "Mama?" Jelita menghentakkan kakinya. "Kenapa sih? Lagian Mama mau ketemu Jenggala, bukan ngintilin kamu pergi." "Yeah kan tujuan aku pun ke temu Jenggala." "Ribet kamu, ya udah pergi sama-sama aja." Allahuakbar. Jelita tidak tahu harus bagaimana lagi memiliki orang tua seperti ibunya. Bersyukur kah? Atau bagaimana? Semua teman-temannya sudah mengetahui jika Jelita itu anak Mama. Kemanapun pergi slalu ada Mamanya. Tapi, Ibunya juga tahu situasi, dimana harus ikut anak dan tidak. Mama dan Papanya bukan orang tua yang ini itu tidak boleh, bukan overprotektif pula. Ketiga putrinya di bebaskan tapi masih tahu batasan. Maka dari itu, Jenita, Jemita dan Jelita hubungan persaudaraan mereka lebih erat, karena yah itu, jika hari libur mereka semua lebih memilih menghabiskan waktu bersama dengan keluarga. Tin tin Suara klakson mobil membuat Jelita menoleh, sepertinya Gita sudah sampai. Jelita melangkah di ikuti ibunya di belakang. Saat membuka pintu, mobil Audi merah milik Gita terlihat jelas. Jelita ingin sekali rasanya memiliki kendaraan pribadi seperti Gita namun untuk mengendarai seorang diri, keluarganya kompak tidak mengizinkan. Yeah mau tidak mau Jelita pulang pergi di antara Papa, kedua kakaknya atau naik bus. Bisa juga Gita, itu pun kalau sahabatnya sedang dalam kondisi baik hati. Gita yang melihat Ibu dari sahabatnya hanya bisa menahan senyum. Dia sudah tahu bagaimana Ibu Jelita. Malah Gita merasa iri karena selama ini dia mendapatkan segala sesuatu dengan mudah namun orang tuanya terlalu acuh kepada anak-anaknya. Hanya Gita seorang diri yang masih baik-baik saja. Awalnya Gita pun akan mengikuti jejak sang Kakak, berkelakuan nakal untuk mencari perhatian orang tuanya. Tapi, Ibu Jelita mengatakan hal itu tidak ada untungnya selain mempersulit masa depan. Maka dari itu jika dia menginap di rumah Jelita, terasa hangat dan nyaman. Gita slalu betah berlama-lama menginap, hanya saja memiliki teman seperti Jelita itu harus bersabar. Pintu samping mobil terbuka menampakkan Jelita dan susul dengan Ibu Jelita. "Hallo Ma." Gita menyalami Juwita dan Juwita mengusap kepalanya. "Baik-baik aja kan kamu?" "Hiihii alhamdullilah baik kok Ma." "Kenapa nggak pernah nginep lagi?" Gita tidak langsung menjawab melainkan matanya melirik Jelita yang sedang pura-pura sibuk dengan kameranya. Melihat tatapan Gita pada Putrinya, Juwita menggeleng kepalanya. "Mama kan udah bilang, kalau mau nginep, yah nginep aja, nggak usah dengerin Jelita. Kamar masih banyak yang kosong kok, nggak perlu tidur sama Jelita." Bibir Jelita berkumat-kamit, "Kamu ngejek Mama?" "Hah?" Jelita langsung memutar kepalanya. "Itu mulut kamu kumat Kamit?" "Suudzon Mulu bawaannya ih." "Halah, bilang aja nggak suka kalau Mama ikut ketemu calon mantu." Uhuk Gita tersedak ludahnya sendiri, tahu maksud dari perkataan Ibu Jelita. "Apaan sih Mama, suka ngaco deh." Jelita langsung kembali menghadap depan. "Benerkan, kam—" "Udah cepet jalan, Gi." Jelita tidak mau mendengar ucapan ibunya. Bisa-bisa ibunya yang comel dan cerewet itu mengatakan hal yang tidak-tidak pada Gita. Dan bisa-bisa Gita menuntut penjelasan padanya. Ayolah, Jelita dan Jenggala itu tidak memiliki hubungan. Mereka itu ... apa yah? Intinya Jelita dan Jenggala tidak memiliki hubungan, sudah itu saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD