Rahasia Jenggala 8

1124 Words
"Kok baru pulang Lit?" Jelita menyimpan tasnya lalu mendudukkan tubuhnya di samping sang Ibu. Jelita menyadarkan kepalanya di bahu Ibunya, menghela nafas setiap saat membuat Juwita mengerutkan keningnya bingung. Anak bungsunya ini kenapa? Bukan hanya tadi pagi saja yang membuat mereka heran tapi sekarang pun Jelita terlihat bukan seperti biasanya. Apa ada sesuatu yang Jelita sembunyikan pada mereka? Tapi, apa yang di sembunyikan Jelita? "Lit kamu nggak lagi sembunyiin apa-apa kan dari Mama?" "Sembunyiin apaan Ma?" "Yeah apa gitu. Tiket konser idol kamu atau yang lainnya." "Nggak ada." "Terus kamu kenapa? Nggak biasanya loh kamu kaya gini." Jelita berdecak. Perasaan setiap apa yang di lakukan olehnya slalu salah di mata keluarganya. "Nggak apa-apa Mama." "Bohong banget kamu." "Bohong gimana Ma?" "Yeah bohong aja." Jelita mendengus. "Mama masak apa?" "Hari ini Mama nggak masak." "Loh, kenapa?" "Lagi nggak mood." Jelita menganga tidak percaya mendengar ucapan Ibunya. Sudah kebiasaan jika Ibunya berlaku seperti itu pasti hubungannya tidak baik-baik saja dengan Ayahnya. "Terus Lita makan apa kalau gitu?" Juwita menoleh, "Kulkas kamu isinya masih banyak Jelita. Masak sendiri aja sana, Mama lagi males apa-apa hari ini." "Jahat banget sih, Ma. Kak Nita, Kak Mita sama Papa nanti makan apa?" "Nggak usah kampungan deh, Lit. Sekarang mah cuman tinggal pesan makanan aja tar juga datang ke rumah." Astaga! Jelita benar-benar tidak tahu harus menjawab apa pada Ibunya. Ibunya memang slalu mengikuti jaman. Di saat ketiga anaknya belum tahu apa-apa Ibunya sudah tahu terlebih dulu. Jangankan begitu, Ibunya bahkan masih ikut bersama dengannya untuk menonton konser. Bayangkan, Jelita harus menahan malu karena Ibunya ikutan berteriak memanggil nama Bias idamannya. Sampai waktu itu Jelita di notice langsung oleh idolanya sendiri. Maka dari itu Jelita tidak pernah mengatakan ke pada Ibunya jika dia akan menonton konser. Cukup memberi tahu kedua Kaka dan Ayahnya. Tidak dengan ibunya. "Kamu mau makan apa? Biar Mama pesan sekalian." "Apa aja." Setelah mengatakan itu Jelita naik ke lantai atas. Jelita masih memikirkan Jenggala yang ada di balik jeruji dingin itu. Dia menjatuhkan tubuhnya di ranjang menatap atap langit kamarnya. Apa Jenggala akan baik-baik saja? Tapi bagaimana bisa Jenggala menjadi tersangka? Jelita ingin mengatakan pada Polisi di sana jika semalam laki-laki itu ada bersama dengannya. Tapi, Jenggala mengatakan untuk tidak ikut campur urusannya. Jelita ingin tidak ikut campur tapi hatinya mengatakan dia harus ikut campur. "Arghhh kenapa bisa serumit ini sih." Jelita berdecak kesal. Tangannya meraba saku roknya mencari ponsel miliknya. Dia membuka kunci ponselnya lalu melihat banyak pesan yang di kirim dari grup kelas dan Grup KPop miliknya. Jelita menghela nafas, harusnya dia sedang berbahagia karena Idolnya akan datang ke Indonesia tapi kenapa tiba-tiba rasa bahagia itu lenyap begitu saja? Halah, Jelita kembali mendengus. Dia membuka akun i********: miliknya, begitu banyak Tag masuk ke akunnya membuat kening Jelita mengerut. Jelita melihat beberapa akun gosip yang melibatkan dia dengan tertangkapnya Jenggala. DM miliknya pun penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya tidak sama sekali berlaku. Jika Jenggala di penjara lalu hubungan dengannya apa? Sebenarnya Jenggala ini bagaimana? Trundere sekali hidupnya. "LITA?!" Jelita terkejut saat pintu kamarnya terbuka dengan bantingan pintu yang cukup keras. "Mama ih kenapa sih?" Juwita menatap Jelita dengan pandangan gelisah. "Jenggala dimana?" "Maksud Mama?" "Jawab aja pertanyaan Mama." Jelita meringis. Ibunya bertanya Jenggala ada dimana? Yeah mana Jelita tahu. "Yeah Mama tanya atuh sama orangnya, kenapa nanya sama Lita sih." Jelita kembali menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Juwita masuk ke kamar anaknya, duduk di pinggir ranjang dengan gelisah. "Mama barusan liat akun Lambe gosip, Jenggala masuk penjara." "Hah?" Jelita kembali bangkit. "Iya, katanya dia ngebunuh perempuan." "Mama percaya sama gosip itu?" Jelita menatap Ibunya. Juwita terdiam. Apa dia percaya dengan gosip itu? Sebenarnya Juwita pun merasa terkejut dengan gosip itu. Jadi dia tidak tahu harus percaya atau tidak. Juwita mengenal betul bagaimana sifat Jenggala, tidak mungkin pria tampan mantu idamannya itu berbuat hal keji pada manusia lainnya. Walaupun dia baru mengenal Jenggala beberapa bulan, anak itu begitu sopan, memiliki tata Krama dan Attitude yang baik. Yeah untuk hubungan Jelita dan Jenggala itu di luar batasnya. Juwita memaklumi karena mereka masih di bilang remaja yang melangkah menuju pendewasaan diri. Jelita menunggu jawaban dari ibunya. Apa Ibunya akan percaya dengan gosip itu? Masalahnya Jelita salah satu saksi dimana Jenggala ada bersamanya. Walaupun dia tidak tahu sebelum itu pergi kemana Jenggala. Mereka itu bisa di katakan jika teman? Masa teman terus bertengkar. Di katakan jika pacar? Masa pacar keduanya terlihat biasa saja. Jika di katakan bukan pacar? Masa bukan pacar sudah berani cium-cium. Entahlah, Jelita tidak tahu. "Nggak deh kayanya. Masa calon mantu Mama bisa sekejam itu." "Heh! Calon mantu dari mana Mama?" "Yeah kan Jenggala udah bilang sama Mama kalau dia suka sama kamu." Hah? Seberani itukah Jenggala mengatakannya? Tiba-tiba pipi Jelita memerah mengingat apa yang sudah terjadi semalam. Dia menepuk pipi tembemnya. Tidak. Mereka itu hanya teman. Jelita juga tidak menyukai Jenggala. Iya! Jelita itu hanya ... entahlah terserah. Juwita menarik kedua sudut bibirnya, tangannya mencolek dagu sang putri bungsu. "Kenapa tuh pipinya merah?" Jelita itu memiliki kulit seputih s**u jadi tidak heran jika ada sesuatu yang membuatnya malu reaksinya akan terlihat sangat jelas. Entah pipinya atau telinganya yang merah. Siapapun yang melihatnya pasti bisa menebaknya dengan mudah. "Apaan sih Mama." "Hayo mikirin apa?" "Mikirin Haechan mantu masa depan Mama." Juwita mencibir. Dia tahu siapa yang di maksud Putrinya. "Emang Haechan mau sama manusia kaya kamu? Udah deh, nyari tuh yang real life aja, kaya Jenggala tuh." "Ih Mama ini kenapa sih?" Jelita memukul bahu Ibunya sebal. Juwita terkekeh lalu mengacak rambut Jelita, "Mama harap pemberitaan di luar sana nggak bener. Mama bener-bener khawatir sama Jenggala." Jelita menatap Mamanya yang terlihat sendu. Sesayang itu Mamanya pada Jenggala, padahal mereka baru mengenal beberapa bulan. "Jenggala baik-baik aja, Ma." Jawab Jelita walaupun dia pun tidak yakin. "Mama percaya." "Kenapa sih Mama bisa sampe sesayang itu sama Jenggala?" Juwita menatap ke arah depan sana. Tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Entahlah, waktu pertama kali dia dateng ke komplek ini terus nyapa Mama. Mama tuh kaya yang langsung srek aja sama dia. Jenggala itu anaknya susah di tebak, hari ini dia kaya gini, besoknya dia begitu." Benar, Jelita saja merasa bingung dengan sifat Jenggala. Sikap laki-laki itu terkadang sering berubah-ubah, sulit di tebak. Maka dari itu Jelita tidak tahu harus menjawab apa karena takut Jenggala hanya mempermainkannya. Apa Jelita menyukai Jenggala? Tidak tahu. Apa Jelita mencinta Jenggala? Tidak tahu juga. Apa Jelita merasa kesal jika Jenggala berinteraksi dengan wanita lain? Kadang-kadang. Jelita tidak tahu apa itu yang namanya cinta. Dia hanya tahu makan, makan, makan, makan dan menonton idolnya. Apa mencintai itu seperti dia mencintai idolanya Haechan? Tapi masa iya dia harus menyamaratakan Jenggala dengan Haechan. Mana bisa. Jenggala yeah Jenggala. Haechan yeah Haechan. Jelita manyun, tidak tahulah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD