Rahasia Jenggala 4

1516 Words
"Mau naik apa Je?" Jenggala menatap Jelita, yang di tatap memalingkan wajah. Jenggala tersenyum tipis lalu mengacak rambut panjang sepunggung itu. Jelita menoleh dengan mata melotot sebal, dia melepaskan tangan Jenggala dari kepalanya. "Jangan suka pegang-pegang ih." "Tapi gua mau pegang Lo gimana dong?" "Yeah nggak boleh." "Kenapa?" Jelita menatap Jenggala sebal. Serius Jenggala bertanya kenapa? Apa laki-laki ini gila? Jelita itu tidak suka jika bagian tubuhnya di pegang. Jenggala itu bukan siapa-siapa, kenapa dia berani memegang kepalanya. "Pokonya kalau Lo pegang-pegang lagi gua, liat aja abis Lo ama gua." Jelita menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan Jenggala yang terkekeh geli. "Jelita, Jelita, nggak tahu kenapa semakin Lo nge-jauh semakin gua suka sama Lo." Gumam Jenggala, menyusul langkah Jelita. Jelita menatap ke sekeliling nya dimana begitu banyak makanan dan permainan. Lucu sekali rasanya, dia pergi ke pasar malam hanya untuk berkeliling tidak jelas. Yeah, Jelita akui jika tadi Jenggala sempat menawarkan akan menaiki wahana apa tapi dia menolak. Demi apa? Jelita menyesal kenapa dia harus menolak? Toh, jika Jenggala mengajaknya Otomasi biaya karcis laki-laki itu tanggung. Tubuh Jelita menegang saat sebuah tangan merangkul pundaknya. Dia menoleh dan tertegun saat melihat Jenggala tersenyum lebar di depan wajahnya. Wajah Jelita memerah, dengan cepat dia memalingkannya. Tangannya menyikut perut Jenggala untuk melepaskan rangkulannya. "Yakin nih nggak mau naik wahana?" "Apaan sih Lo? Lepasin. Lagian ngapain sih Lo disini? Ngikutin gua yah?" Bukannya mendapat jawaban, Jenggala malah mengecup pipinya membuat mata gadis itu membulat. "Jenggala ish." Jelita mencoba melepaskan rangkulan tangan Jenggala di pundaknya tapi tenaga laki-laki begitu kuat sampai membuat tubuhnya hampir oleng. "Je noh ada pentol." Jelita yang awalnya sibuk ingin melepaskan diri dari rangkulan Jenggala tiba-tiba berhenti. Dia menatap ke suatu stand makanan pentol. Jelita cemberut, dia lupa jika tadi tidak meminta uang pada Ibunya. "Lepasin gua Jenggala, gua mau nyari Mama ih." "Ngapain?" Jelita memutar bola mata saat Jenggala dengan lugunya bertanya. "Mau minta uang lah, gua nggak pegang uang sepeser pun." Setelah mengatakan itu tubuhnya langsung di seret Jenggala membuat Jelita hampir tersandung. Jenggala membawa tubuh Jelita ke hadapan Stand makanan pentol. Dia menoleh dan seketika terbahak melihat wajah Jelita yang merana menatap pentol itu dengan tatapan laparnya. "Lo mau ini Je?" Jelita menoleh. "Lo bayarin?" "Boleh." Jelita melepaskan rangkulan Jenggala lalu memilih beberapa pentol ke inginan nya. Dia bahkan langsung melahapnya, tidak peduli banyak yang memperhatikannya. Jika mereka sering melihat Youtoube mungkin mereka akan mengenali Jelita tapi sepertinya mereka tidak tahu siapa dia. Jelita sudah menghabisi 4 tusuk pentol, dia makan dengan lahap. Jelita akan melupakan orang-orang yang ada di sampingnya saat dia sudah makan enak. Tidak peduli jika orang-orang menatapnya yang pasti makan itu nomor satu. Bahkan beberapa bulan lalu Jelita memborong semua pentol yang di jual di pedagang kaki lima. Ibu dan Kakaknya meminta satu pun tidak Jelita bagi. Katakan Jelita pelit tapi memang kenyataannya begitu. "Lo nggak mau, Ga?" Jelita menawari Jenggala. Jenggala membuka mulutnya, Jelita sedang dalam mood yang baik dia dengan baik memberikan pentol miliknya untuk di gigit laki-laki itu. Jenggala menatap Jelita yang tersenyum sambil menyantap pentol nya. Jantungnya berdetak kuat setiap melihat senyum itu slalu terpatri diwajahnya. Jenggala mengusap sudut bibir Jelita yang tertempel soas membuat gadis itu menghentikan kunyahan nya. Mereka saling bertatapan hingga sebuah deheman membuat Jelita memutuskan pandanganya dan seketika salah tingkah. "Cieeeeee janjian nih." Jelita menoleh lalu melototkan mata saat melihat Jemita dan Jenita di stand sosis. "Apaan sih kak." "Kamu sih Mit, gagal kan mereka mau momen ke uwuan." Jenita memukul bahu Jemita. "Tar ke babalasan Kak." Elak Jemita dengan senyum tersungging di bibirnya. Jelita memutar bola matanya malas, "Jadi berapa Pak?" "1,2,3,4,5,13,18,24. Semuanya Rp.48.000 neng." Bahkan penjual pentol pun menganga tidak percaya jika gadis cantik di depannya bisa memakan semua pentol nya dengan cepat. "Aku ngambil satu lagi yah Pak jadi semuanya Rp.50.000." "Oh iya neng silakan." Jelita mengambil satu lagi pentol lalu memakannya. "Bayar Ga." Jenggala merogok saku Jeansnya. Dia mengeluarkan dompet dan memberikan 1 lembar 50 ribu. Jenggala akan memasukkan lagi dompetnya namun tangganya di tahan. Jenggala menatap Jelita yang langsung merebut dompetnya. Gadis itu membuka dompetnya lalu mulutnya membulat, matanya pun ikut membulat. "I-ini ...." Jenggala langsung merebut dompetnya dan memasukannya ke dalam saku. Jelita memandang Jenggala dengan kesal, "Lo ngambil foto gua tanpa izin?" "Nggak itu." "Terus itu di dompet Lo apa?" "GR banget." "Sini mana coba dompetnya." Jelita mencoba meraih Jenggala tapi laki-laki itu langsung menghindar. "Privasi jigeum." "Matamu Jigeum. Udah sini mana? Gimana bisa Lo dapetin foto itu coba? Mana aib gua banget." "Tapi lucu." Seketika Jelita mematung. "Gua gemes sama Lo." Jenggala mencubit pipi Jelita yang membuat wajah gadis itu semakin memerah. "Cieeeeee utu tututu." Ledekan itu membuat Jelita tersadar. Dengan cepat Jelita pergi menjauh lalu memukul Jenggala dengan kuat. Jelita pergi meninggalkan Jenggala menemui Jemita dan Jenita. Jemita mencolek dagu Jelita membuat gadis itu melotot. Jenita meraih sosis persanan nya, melihat sosis sudah ada di tangan sang Kaka secepat kilat Jelita merebutnya dan pergi meninggalkan Jenita yang siap berteriak. Jemita menganga melihat Jelita yang sudah pergi menjauh dengan beberapa sosis di tangannya. "Padahal Jelita tadi udah makan 25 pentol." Gumam Jenggala. Jenita yang berada di samping Jenggala menoleh. "Serius?" "Yeah." "Ya Tuhan! Sebenarnya perut adik kamu terbuat dari apa sih Mit?" "Kok adik aku sih kak? Jelita kan adik kakak juga." Sanggah Jemita. Jenggala tersenyum, dia menatap punggung Jelita yang menjauh. Tidak apa-apa masih ada hari esok untuk membuatnya kembali. Tidak-tidak semuanya akan baik-baik saja. Tidak apa-apa Jelita pasti akan mengerti. ??? "Percaya nggak sih Lit?" Jelita menatap Gita yang sedang memoles wajahnya. "Percaya apa?" Jawab Jelita malas. "Kalau Adel hamil." Uhuk Jelita meraih minumnya, menyedot jus itu dengan rakus. "Jangan suudzon Lo." Gita yang mendengar itu menatap Jelita, "Makanya kalau punya kuping itu yah di pake. Dari ujung anak kelas 10 sampai ujung lorong anak kelas 12 udah pada heboh bahas Adel." "Hamil sama siapa dia?" "Nggak tahu. Tapi dengar desas desusnya sih dia mah di pake sama siapa aja." Jelita termenung. Dia tahu siapa Adel. Dulu mereka sempat satu kelas tapi yang Jelita tahu Adel bukan tipe perempuan seperti itu. Gita memajukan wajahnya, "Lagian yah, Adel itu bisa bawa mobil ke sekolah dan traktir teman-temannya karena dia simpanan om-om." Jelita menatap Gita yang sekarang sedang memoles kan lipstik di bibirnya. Apa benar jika Adel simpanan Om-Om? Masa sih? Jelita benar-benar tidak percaya dengan gosip murahan yang di sebarkan di sekolah. Walaupun dia sering ikut mengghibah tapi dengan adanya bukti akurat. Untuk masalah perjodohan Jenita abaikan saja karena saat itu dia hanya bercanda. "Bukannya Adel anak orang kaya yah, Git?" Gita memutar bola mata saat mendengar pertanyaan Jelita. "Makanya kalau ada informasi itu masuk telinga kanan terus resapi. Bukan masuk telinga kiri keluar telinga kanan." "Yeah mana gua tahu, itu kan urusan mereka." "Setelah info katanya Adel hamil, terus ada yang ngaku kalau dia tetangga Adel. Tahu nggak siapa tetangga Adel?" Kepala Jelita menggeleng. "Si Cupu Indri." What? Jelita melipat bibirnya. Indri? Gadis itu bahkan tidak bisa di katakan populer. Dia menjadi populer karena sering mendapat Bullyan dari Geng Jessika bahkan Adel pun termasuk di dalamnya. Bagaimana bisa Indri tetangga Adel? Bukan ingin menghina tapi lingkungan Indri tuh bisa di katakan bukan tempat tinggal umumnya. Jelita masih belum percaya jika sosok Adel yang cantik dan kaya itu ternyata berbohong dengan di pandang banyak orang. Jelita kembali menyuap kripik kentang ke dalam mulutnya. Sudah berbungkus-bungkus di habiskan olehnya. Jam pelajaran sedang kosong, jadi Jelita lebih memilih nangkring di kantin dari pada mendengar keributan di kelasnya. Gita itu populer di sekolah, bukan hanya cantik tapi dia memang memiliki otak pintar. Dari banyaknya siswa-siswi yang ingin berteman dengannya, Gita lebih memilih bersamanya. Getaran di ponsel membuat Jelita merogok saku roknya. Dia membuka layar ponselnya dan seketika matanya membulat. "KYAAAAAAA." Jelita menjerit histeris membuat penduduk di kantin terkejut. Gita yang sedang merapihkan rambutnya terkejut, "Setan! Apaan sih lo?" Jelita memberikan layar ponselnya pada Gita, "Haechan mau ke Indonesia, mereka bakal ngadain konser. Ya Tuhan!" Gita membaca setiap kalimat di layar datar itu, dia menatap Jelita lalu mendengus. "3 bulan lagi Lita itu masih lama." "Bodo amat." Jelita menarik lagi ponselnya lalu kembali sibuk dengan ponselnya. Tangannya seketika sibuk mengetik untuk mengabari beberapa teman-teman yang sama-sama KPop. Mungkin Gita satu-satunya sahabat Jelita tapi gadis itu tidak menyukai rangkaian yang menjadi kegiatan Jelita. Gita membenci KPop tapi Jelita sebaliknya. Ini yang sering menjadi pertanyaan Gita, apa sih yang Jelita sukai dari sosok Haechan? Apa-apa slalu Haechan, apa-apa slalu Haechan, lebihnya dia apa? Tuh cowok tahu Jelita nafas aja kayanya tidak tahu. Gita menggembung pipi, jika 3 bulan lagi Boy Band asal Korea itu akan datang ke Indonesia, itu artinya dia harus mencari alasan. Demi apapun! Gita tidak suka jika Jelita menyeretnya untuk menonton konser lalu berteriak dengan gadis lainnya di sebuah gedung ternama di kota tempat mereka tinggal. Jelita bahkan berteriak seperti kesurupan memanggil nama Haechan. Jelita bahkan terkadang berteriak di saat ruangan sedang hening. Bagaimana malunya Gita melihat kelakuan Jelita? Tapi walaupun Jelita begitu tetap saja Gita tidak bisa menjauh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD