Rahasia Jenggala 11

1509 Words
Duduk di balkon menatap bintang yang bersinar dengan terang. Jelita menghela nafas berkali-kali namun perasaannya tidak kunjung membaik. Dengan perasan dongkol, Jelita mengacak rambutnya kasar. Ingin menangis tapi menangis karena apa. Ingin berteriak tapi berteriak karena apa. Ingin marah tapi marah untuk apa. Jelita mengusap wajah, menyenderkan tubuhnya pada sandaran ayunan. Kakinya bergerak untuk mengayunkan ayunan. Gemas dengan kelakuannya yang tidak jelas, Jelita mengertakan giginya. "Ini teh gua kenapa sih?" Ini sudah dini hari tapi Jelita belum sama sekali beranjak tidur. Sekali lagi Jelita mengacak rambutnya dengan kepala menunduk. Kesal, dia mendongak mulutnya sudah terbuka untuk berteriak tapi tangan besar itu membekapnya. "Ini gua, Jenggala." Jelita memukul tangan Jenggala, laki-laki itu melepaskan bekapannya. "Ngapain sih Lo?" Jenggala tersenyum lalu ikut duduk di samping Jelita, "Nggak bisa tidur gua. Lo sendiri ngapain?" "Sama. Gua juga nggak bisa tidur." "Kenapa?" "Nggak tahu." "Ada sesuatu yang Lo pikirin yah?" Jelita tidak langsung menjawab. Apa yang sedang di pikirkan Jelita sampai di tidak bisa tidur? Memangnya jika ada sesuatu yang di pikirankan, apa itu berguna untuk tidak membuat seseorang tertidur? "Emang ada hubungannya yah?" "Pasti." "Contohnya?" "Gelisah nggak tentu." Jelita menoleh ke arah Jenggala. Gelisah? Apa gara-gara kata gelisah, Jelita tidak bisa tertidur? Tapi gelisah karena apa? Apa karena percakapan tentang dia dengan Gita tadi saat pulang? Percakapan yang singkat dan terlalu berat baginya. Beberapa jam sebelum itu ... Setelah keadaan hening, Jelita pamit untuk pergi ke kamar mandi. Dia merasa benar-benar malu dengan reflek yang di lakukan nya. Menatap wajahnya di cermin, dia menepuk pipinya dengan pelan. "Gua ini kenapa sih?" "Gimana?" Jelita sontak terkejut saat melihat Gita berdiri di belakangnya dengan tangan di lipat di depan d**a. "Gimana apanya?" "Perasaan Lo?" "Emang perasaan gua kenapa?" Jelita menatap Gita dengan bingung. Berbeda dengan Gita yang berdecak kesal, "Ayolah, Lit. Masa Lo nggak ngerti sama perasaan Lo sendiri sih." "Yeah emang perasaan gua kenapa?" Baiklah. Jelita memang bukan gadis peka terhadap kondisi orang lain. Gita menarik nafas untuk bersabar. "Okelah kalau emang begitu, toh nanti juga Lo bakal tahu perasaan Lo sendiri. Yang penting jangan sampai Lo jatuh cinta dengan lambat." Setelah mengatakan itu Gita pergi meninggalkan Jelita yang bertanya-tanya. Jatuh cinta? Terlambat? Ini Gita kenapa? Dia baik-baik saja kan? Jelita mengangkat bahunya tidak peduli lalu mencuci tangannya. Namun wajahnya seketika mendongak menatap cermin. Jatuh cinta? Matanya berkedip berkali-kali. Jelita memegang dadanya saat nama seorang laki-laki di sebut dalam hatinya dan jantungnya langsung beraksi heboh. Jelita menggeleng, tidak, ini mungkin hanya perasaannya saja, iya. Setelah percakapan itu, tiba-tiba perasaan Jelita tidak menentu. Yeah seperti inilah dia sekarang, kata cinta, cinta,cinta itu terasa menganggu. Termenung beberapa saat pun percuma karena Jelita tidak mendapatkan jawaban. Kata yang mudah namun sulit untuk di pahami oleh Jelita. Jenggala menatap wajah cantik Jelita yang termenung. Senyum tampan terbit dari bibirnya. Jenggala merasa jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Jika di tanya, kenapa Jenggala bisa jatuh cinta pada Jelita? Jawabannya tidak tahu. Tiba-tiba saja saat pertama kali bertemu gadis itu, Jelita sudah menyita perhatiannya. Jelita yang tidak peduli pada sekitarnya membuat Jenggala mengaguminya. Jelita itu ... bagaimana yah menjabarkan tentangnya? Yang pasti Jelita sosok gadis yang sudah membuatnya jatuh cinta untuk kedua kalinya. Jenggala pastikan, Jelita bukan wanita yang sempat ditemuinya dulu. Sempat Jenggala waktu itu merasa tidak percaya diri saat matanya tidak sengaja melihat wallpaper ponsel Jelita yang menampilkan sosok laki-laki tampan. Jenggala berpikir mungkin itu kekasih Jelita namun sampai 3 bulan lamanya dia memperhatikan Jelita tidak ada satu pun pria itu. Jenggala hanya melihat Jelita slalu pergi bersama satu temannya yang bernama Gita. Jelita pun jika pulang sekolah tidak pernah lagi keluar rumah. Dari sanalah Jenggala bertekad untuk mendekati Jelita, hingga peristiwa yang sudah di rencanakan berjalan mulus. Dari hal terkecil Jenggala menikmati semua prosesnya. Sampai akhir tahap dimana semuanya sudah sedekat ini. Jelita mengerjapkan mata, dia menoleh dan matanya tertegun melihat tatapan Jenggala. Tiba-tiba jantungnya berulah, wajahnya seketika memanas, perkataan Gita tentang jatuh cinta kembali membuatnya terngiang. Jelita menggelengkan kepala, dia menampar pipi Jenggala membuat laki-laki itu tersadar. "Kenapa di tampar?" "Tatapan Lo bikin gua risih." "Mata itu di ciptakan buat natap lawan bicara." "Gua tahu. Tapi ...." Jenggala menaiki salah satu alisnya, "Tapi apa?" "Nggak." Jelita mengibaskan tangannya lalu menatap ke depan. Dia benar-benar salah tingkah. Jenggala menggeser tubuhnya, lalu melingkarkan tangannya di bahu mungil Jelita membuat gadis itu terkejut. Jelita tidak memberontak dia terlalu terkejut dengan aksi Jenggala. "Lo pernah mikir nggak Je kalau Tuhan itu kejam?" Jelita menoleh kaget akan pertanyaan Jenggala. "Kok Lo ngomong gitu?" "Kadang gue berpikir, kenapa Tuhan ngasih takdir hidup gua serumit ini? Kenapa sih Tuhan nggak ngasih semua masalah ini sama orang lain aja? Kenapa harus gua yang terpilih buat jalanin ini? Padahal gua nggak sekuat itu buat di pilih jalanin Takdir ini." Jelita menatap wajah Jenggala. Jenggala itu laki-laki tampan, wajahnya benar-benar maskulin. Jelita tidak tahu bagaimana Jenggala, dia hanya tahu laki-laki ini pecicilan, bad boy dan tampan. Kejelekan itu yang Jenggala tunjukan padanya. Jadi jangan salahkan Jelita jika menganggap Jenggala laki-laki berandalan. "Lo ngerasa capek?" "Siapa sih yang nggak capek ngadepin masalah yang nggak pernah selesai." "Kalau Lo capek berhenti." Jenggala menoleh menatap Jelita yang juga menatapnya. "Berhenti itu nggak berat Jenggala. Berhenti untuk sementara waktu nggak ada salahnya. Pohon aja yang punya akar kuat, kalau udah waktunya pasti dia juga bakal roboh. Masa Lo manusia yang pengen berhenti nggak boleh roboh. Nggak apa-apa, buat sekarang robohkan dulu aja pertahanan Lo tapi Lo harus kembali tumbuh dengan kuat dari akar sebelumnya." "Apa gua mampu?" Jelita tersenyum, tiba-tiba tangannya begitu saja terangkat untuk mengusap pipi Jenggala. "Percaya deh nggak semua orang berhenti itu buat nyerah tapi mereka ngasih jeda. Jeda yang akan lebih kuat buat hadapi rintangan apapun." "Kalau gua nggak kuat?" "Gua yang bakal transfer kekuatan gua buat Lo." "Lo yakin?" Jelita menganggukkan kepalanya ringan dengan senyum terbit di bibirnya. Jelita, semakin Lo kaya gini sama gua. Semakin gua nggak bisa lepasin Lo gitu aja. Apa Lo ikhlas dapetin laki-laki b******k kaya gua? Laki-laki paling hina yang jatuh cinta sama Lo. Lo perempuan baik Jelita. Maaf kalau gua berusaha buat dapetin cinta Lo. Maaf karena Lo harus punya masa depan sama laki-laki biadab kaya gua. Tapi gua janji setelah semuanya selesai, gua bakal mempertanggung jawabkan semuanya. ??? "Lita?" "Apa?" "Rumah Lo kan deket tuh sama Jenggala, udah keluar belum dia dari penjara?" "Kenapa tanya gua? Kenapa nggak Lo tanya Jenggala langsung?" Vanessa memutar bola matanya. Lalu menarik kursi untuk duduk di hadapan Jelita, "Lo tahu kan nggak semua siswa di sini bisa deket sama Jenggala selain 2 temannya dan elo. Kemarin waktu Jenggala masuk akun gosip pun tiba-tiba semuanya ilang gitu aja, kaya kena take down. Semua anak-anak langsung heboh ngomongin dia di grup. Mereka bilang Jenggala itu anak orang kaya lah, punya pengaruh lah dan sebagainya. Padahal yang gua tau Jenggala itu anak yatim." Jelita yang awalnya tidak mau meladeninya merasa tertarik dengan kalimat akhir Vanessa. "Sorry, barusan Lo bilang Jenggala anak yatim?" "Loh, emang Lo nggak tahu?" Jelita menggeleng. "Makanya jangan terlalu cuek sama sekitar jadi nggak tahu kan sedikit pun informasi. Rumornya sih dulu Jenggala itu anak orang kaya, terus karena Ayahnya sakit Ibunya ninggalin Ayahnya. Jenggala ikut Ayahnya terus nggak berapa lama Ayahnya meninggal." "Ibunya?" "Untuk itu gua nggak tahu pasti." Jelita terdiam. Jelita mencoba menyambungkan percayakan mereka semalem dan percakapan Vanessa. Apa ini alasan Jenggala untuk menyerah? Siapapun yang ada di posisi Jenggala, semua orang pun akan mengatakan hal itu. Menyakitkan memang jika seorang anak di tinggalkan orang tuanya. Apa yang menjadi penyebabnya? Hey, kenapa Jelita tiba-tiba penasaran dengan hidup Jenggala? Padahal percakapan semalam hanya untuk menenangkan Jenggala. Tapi ... pipi Jelita tiba-tiba kembali memerah. Untuk kesekian kalinya Jenggala menciumnya dan kembali terulang Jelita membalas ciuman laki-laki itu. Haish! Jelita memukul kepalanya. Fokus Jelita! Vanessa yang melihat kelakuan Jelita mengangkat satu alisnya. Ini anak baik-baik saja kan? Vanessa kan hanya bertanya tentang kabar Jenggala bagaimana, kenapa malah tiba-tiba pipi Jelita memerah dan memukul kepalanya? Jelita ini bisa di katakan bisa berteman dengan siapapun tapi hanya Gita yang menjadi satu-satunya sahabatnya. Jelita bergaul dengan semua orang hanya saja tetap membatasi diri. "Lita, Lo baik-baik aja kan?" Vanessa ngeri sendiri melihat Jelita seperti ini. "Kenapa?" "Gua yang harusnya tanya, elo kenapa? Gua kan lagi cerita tentang Jenggala yang yatim piatu, orang mah sedih ini tiba-tiba pipi Lo merah gitu. Hayo mikirin jorok kan Lo?" "Hah?" "Ngaku anjir, mikir jorok tentang Jenggala kan Lo? Jadi bener dong rumor tentang kalian berdua." "Rumor apa lagi?" Jelita benar-benar tidak mengerti dengan semua orang. Kenapa mereka slalu menerka-nerka tentang hidupnya? Vanessa mendekati diri lalu berbisik, "Kalau kalian nikah sembunyi-sembunyi." "Astaghfirullah. Rumor dari mana itu?" Jelita menatap Vanessa kaget. Vanessa mengangkat bahunya, "Seantero sekolah juga tahu kali kalau kalian itu pasangan uwu." "Mata Lo semua pada kenapa sih anjir." Jelita menyerah tidak paham dengan pikiran teman-teman satu sekolahnya. Pikiran mereka terlalu liar, sampai membuat rumor tentang dia dan Jenggala yang menikah sembunyi-sembunyi. Ya Allah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD