Rahasia Jenggala 1

1317 Words
Jelita menguap untuk kesekian kalinya, di pelajaran yang sama. Jelita merasa bosan, dia ingin segara ke kantin untuk mengisi perutnya. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi tapi sialnya bel istirahat belum berbunyi juga. Jelita menatap pergelangan tangannya, hanya tinggal 5 menit tapi Guru di depan terus berkicau. Jelita menoleh ke samping dimana Gita sedang berfokus menatap ke arah Pak Gilang. Apakah Gita tidak bosan? Kenapa dia begitu rajin mendengar setiap Guru yang berceloteh di depannya? Jelita saja muak mendengarnya, jika bisa dia enggan untuk sekolah. Lebih baik dia mengumpulkan uang untuk kebutuhan masa depannya. Mengingat uang, sepertinya akhir pekan dia akan mencari makanan enak untuk konten Youtubenya. Ting ting ting Suara lonceng pertanda jam istirahat berbunyi. Tanpa berkata apapun Jelita bangkit dan langsung melesat pergi meninggalkan kelas tanpa memperdulikan Guru yang masih ada di dalam kelas. Gita yang melihat kelakuan Sahabatnya hanya bisa menutup wajah dengan buku pelajaran. Kenapa Jelita slalu bertingkah seenaknya? Gita menggerutu di dalam hati. Siswa-siswi berhamburan keluar kelas, Jelita mendengus sebal karena langkahnya terhalang oleh teman-temannya yang lain. Ya Tuhan! Jelita sudah tidak sabar untuk memesan Bakso kesukaan nya, membayangkan nya saja sudah membuat air liurnya menetes. Bayangan bakso seketika buyar saat mendengar suara teriakan wanita yang menjerit histeris. Jelita yang penasaran menghentikan langkah, lalu menatap apa yang sedang terjadi. Jelita mendengus saat tahu apa yang membuat para wanita berteriak histeris. Plis! Apa sih bagusnya orang itu? Kenapa dengan bodohnya mereka berteriak? Kenapa mereka rela menghabiskan suara hanya demi orang itu? Jelita tanpa permisi langsung berjalan kembali melewati kerumunan itu. Tidak peduli jika beberapa teman wanitanya berteriak kesal karena ulahnya. Bagi Jelita makan itu nomor satu. Sejujurnya Jelita ingin sekali mengutuk orang yang masuk ke sekolahnya ini. Semenjak dia datang, sekolahnya menjadi ribut tidak terkendali. Jelita benci dengan orang ini! Jika bisa Jelita ingin mengutuknya menjadi buruk rupa. "HEH GADIS MUKBANG?!" Teriakan itu membuat langkah Jelita berhenti. Jelita tidak membalikan badan, jika dia membalikan badan entah apa yang akan di lakukan olehnya. Baiklah Jelita lebih baik sekarang cepet jalan, bakso udah melambai depan mata lo bisik hatinya. Tanpa mau mendengar, Jelita kembali melajukan langkah. "CHUBBY?!" Jelita menggeleng, ayo terus jalan Jelita. "NDUTTT?!" Abaikan dia Jelita. "MBULLLL?!" Sudah habis kesadaran Jelita. Jelita membalikan tubuh lalu berkacak pinggang menatap orang yang tersenyum lebar. Baiklah semua orang sudah tahu siapa laki-laki ini, bahkan mungkin seluruh indonesia. Jelita tidak suka pada laki-laki ini. Jelita tidak suka hidupnya yang berpusat pada makanan teralihkan oleh laki-laki menyebalkan itu. Jelita ingin mengamuk lalu jika bisa dia ingin mengasingkan laki-laki itu. "Sekali lagi lo nyebut gua begitu, siap-siap aja paket santet gua kirim." "Gua terima dengan senang hati Mbul." Jelita mendengus. Rasa ingin menjejali mulut laki-laki itu meningkat. Semua kehidupan Jelita yang indah rusak semenjak rumah di sebelahnya terisi. Semenjak saat itu hidup Jelita yang tenang menjadi runyam. Jelita tidak tahu salah dia apa, karena selama hidup tidak pernah dia mengusik orang lain. "Demi Tuhan Jenggala, sehari aja lo nggak bikin rusuh sama gua, bisa nggak sih?" Jelita berteriak di ujung lorong karena laki-laki itu ada di ujung koridor lainnya. Semua murid di sekolah ini sudah tahu jika Jenggala dan Jelita satu komplek. Mereka hanya tahu mereka satu komplek dan jika mereka tahu bahwa Jenggala dan Jelita bertetangga bagaimana? Yang lebih menyebalkan lagi balkon Jelita dan Jenggala berdekatan, sehingga laki-laki itu bisa seenak jidatnya keluar masuk balkonnya. "Nggak bisa! Gimana dong?" Hah! Terserah! Jelita lelah, perutnya sedari tadi terus berbunyi. Di banding dia meladeni Jenggala lebih baik pergi ke kantin saja. Jelita tanpa membalas dia membalikan badan lalu kembali melangkah ke arah tujuannya. Bisa di katakan Jelita itu mahasiswi badgirls di sekolah, dia melakukan apapun sesuka hatinya bahkan Guru-guru pun sudah lelah untuk menghukumnya. Siapa sih yang tidak mengenal seorang Jelita? Gadis, pemilik akun Mukbang di youtube dengan follows hampir 5 juta. Hobi Jelita itu makan, sehari tanpa menemukan makanan dia bisa menjadi manusia paling menyebalkan. Apa yang Jelita tidak suka? Bulan Ramdhan. Bukan maksud apa-apa, hanya saja Jelita tidak bisa menahan lapar. Mulutnya harus terus mengunyah tanpa henti walaupun satu jam sekali. Jika ada di dalam kelas Jelita pun sering memakan permen untuk mengganjal perut. Jelita anak ke tiga dari tiga bersaudara. Hanya Ayahnya yang paling tampan di rumah dan kalian sudah tentu tahu maksudnya apa kan. Aurora Jenita, Kakak pertama Jelita berpropesi sebagai pembisnis. Di usianya yang akan menginjak 30 tahun namanya sudah tersohor. Cindelaras Jemita, Kakak kedua Jelita berpropesi sebagai Model, wajah yang cantik dan tubuh yang langsing membuatnya menjadi seorang Model Victoria secret. Jemita bahkan sudah di kontrak beberapa tahun di sebuah perusahaan. Dan dia Snowy Jelita, hanya seorang pembuat onar di kehidupan keluarga sempurnanya. Jelita bahkan sering sekali di amuk Ibunya karena lupa waktu akan kesibukannya sendiri. Oh iya, Jelita lupa dia adalah seorang Kpop sejati. Di balik hobinya yang suka makan, dia itu tidak bisa jauh-jauh dari idolanya. Jelita tidak peduli akan kehidupan nyatanya, dia lebih senang hidup bersama dengan teman-teman yang ada di belahan dunia lain. Entah kenapa dia slalu berpikir, kenapa teman-temannya yang belum pernah bertatap muka lebih mengerti dia di banding orang yang mengenalnya langsung? Jelita banyak teman tapi hanya satu orang yang benar-benar mengerti nya, Gina. Jelita sampai di kantin, dia menatap ke segala arah untuk mencari tempat duduk. Senyum tersungging di bibirnya saat menemukan bangku kosong. Dengan ringan Jelita melangkah lalu duduk di sana. "Mbak Imah, Jeje minta yang biasa yah?" Suara teriakan Jelita sudah menjadi hal biasa bagi semua orang. Di balik namanya yang anggun, di balik itulah tersimpan ke bar-baran seorang Snowy Jelita. "Siap Neng." Jawab Mbak Imah dengan ikut berteriak. Jelita meraih ponsel yang ada di saku roknya, dia ingin mencari tahu apa idolanya tahun ini akan mengeluarkan album terbaru. "Coba aja Chan, lo jodoh gua." Gumam Jelita sambil menatap sebuah foto yang muncul di berandanya. "Ngarep anjir." Celetukan itu membuat Jelita mengangkat kepala.Jelita mendengus lalu kembali fokus dengan ponselnya. "Obsesi banget sih lo sama si Haechan sampe semuanya tentang dia." Abaikan Jelita. "Lagian obsesi lo itu belum tentu Haechan jodoh lo." Bodo amat! "Belum tentu juga si Haechan tahu kalau lo idup." Terserah! "Kalau si Haechan dating, lo mau gini terus?" Sudah cukup! Jelita menyimpan ponselnya di meja dengan kesal, lalu dia menatap orang yang ada di hadapannya. "Bisa angkat kaki dari sini?" Jenggala mengangkat kaki sesuai perintah Jelita. Jelita yang melihat tingkah pecicilan laki-laki itu, ingin rasa menjambak rambut gondrongnya. "Maksud gua pergi dari sini!" Jenggala menurunkan kakinya, dia melipat tangan di atas meja menatap balik Jelita dengan tenang. "Kalau gua nggak mau?" Jelita menyipitkan mata, "Mau lo apa Jenggala?" Jelita sudah jengah dengan tingkah menyebalkan Jenggala. Hampir beberapa bulan mereka kenal dan laki-laki itu slalu mengusiknya. Jenggala tidak pernah kapok padahal Jelita pernah menampar laki-laki itu karena kesal, walaupun akhirnya dia yang merasa bersalah karena sudah bermain tangan. Jenggala yang mendengar itu menarik sudut bibirnya, "Kita menikah." Mata Jelita membulat, apa-apaan laki-laki ini? Apa dia sudah gila? Mereka bahkan tidak mengenal dekat, kenapa tiba-tiba mengatakan hal murahan seperti itu? "Sinting!" Jawab Jelita ketus. "Eh, nggak perlu nikah sekarang sih tapi kalau pacaran bisa kali yah." Jenggala mengatakan itu terasa begitu ringan tanpa beban, berbanding berbalik dengan Jelita yang menatap Jenggala kesal. "Stop Jenggala! Lo kalau ng—" Belum selesai Jelita berbicara Jenggala sudah memotongnya. "Gua tunggu jawaban dari lo." Setelah itu Jenggala pergi meninggalkan meja Jelita. Jelita menatap punggung Jenggala yang perlahan menjauh. Kepala Jelita menggeleng tidak mengerti. Apa laki-laki itu baik-baik saja? Apakah waktu menghampirinya, kepalanya tidak di pukul mangkok? Kenapa Jenggala tiba-tiba mengatakan hal semacam itu? Jelita bergidik ngeri, membayangkannya saja dia merasa geli bagaimana menjalankannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD