Kembalinya Amaya ke dalam kamar mendapat sambutan berupa senyum lebar penuh arti. Siapa lagi pelakunya jika bukan Nirina? “Lebar banget, Buk, senyumnya. Tadi aja ngeluh sakit perut..” cibir Amaya sambil menyerahkan pesanan teman sekamarnya itu, pembalut yang biasa dipakainya. Bukannya berhenti tersenyum aneh, Nirina justru semakin menjadi. Kali ini gadis itu tiba-tiba mepet tubuh Amaya dan menyenggol lengan Amaya. “Diantar pulang siapa tuh? Perasaan tadi berangkat sendiri jalan kaki.” “Bukan siapa-siapa,” jawab cepat Amaya. Sebisa mungkin Amaya menghindari tatapan penasaran Nirina, karena gadis itu pasti bisa dengan mudah mengendus kebohongan Amaya. “Sejak kapan kamu dekat sama Pak Respati?” DORR! Tembakan pertanyaan itu tepat sasaran. Jadi, Nirina mengintip semuanya dari kaca