BAB 2

1533 Words
Happy reading ❤ Author pov Rifai dan elis masih terlelap dengan rifai yang memeluk elis posesif, seperti layaknya suami istri. "Apa kalian ingin dinikahkan." ucap kak vano melihat elis dan rifai tidur dalam satu kamar, so.. Sebenarnya kita sering tidur berdua seperti ini, mungkin karna kak vano mengetahui elisa menyukai rifai, takut terjadi yang iya-iya antara elis dan rifai.  "Ck! Berisik lo bang ganggu gue tidur aja." kesal rifai, yang diganggu tidur nyenyaknya.  "Hoaamm... Selamat pagi kakak rivano yang tampan dan hot." kata elisa menguap lebar dan bangkit dari tidurnya sambil menendang bokong rifai sampai terjengkang. "Aw.... sial banguninya yang elit dikit ngapa." rifai bertambah kesal.  Elis mengabaikan keluhan rifai dan menghampiri vano. "Makan dulu bunda udah nyiapin sarapan, abis itu mandi baru berangkat interview." ucap vano lembut.  "Siap bos, hoam.. Kak vano baru bangun tidur juga?  Kok masih keliatan ganteng aja kak malah kadar kegantenganya meningkat, nanti jadi suami elis aja ya kak." racau elis memeluk pinggang vano yang terkekeh dengan ucapan elisa.  "WOY BANG, GUE YANG ADE LO BUKAN SI NENE LAMPIR ELIS." kesal rifai yang di perlakukan tidak adil oleh abang dan bundanya sendiri.  "Gue kaya anak pungut." ricaunya.  "Good morning bunda." elis mencium pipi bunda sayang.  "Selamat pagi juga sayang, bunda udah nyiapin sarapan buat kamu dengan menu spesial." ucap bunda menuangkan nasi goreng udang favorite elisa. "Woaahhh.. Bunda emang yang terbaik." kata elis langsung melahap nasi gorengnya. "Bunda... Ambilin juga.... Buat rifai....." ucap rifai tiba-tiba datang dengan suara manjanya. "Ambil sendiri." ketus bunda, membuat rifai merengut. Elisa dan vano tertawa melihat rifai yang merengut.  "Ck! Aku di perlakukan seperti anak tiri." racau rifai membuat kembali jadi bahan tertawaan. "Nih, nih bunda ambilin." bunda mengambilkan nasi goreng untuk rifai. Mata rifai langsung berbinar dan menjulurkan lidah meledek elisa. "Pelan-pelan makannya dek, tuh liat belepotan." vano mengelap nasi yang menempel di bibir elis menggunakan ibu jarinya. Vano melirik rifai, melihat bagaimana ekpresinya melihat elis di perlakukan seperti itu, vano sangat yakin kalau rifai juga menyukai elis, tapi gengsi.  "Manja banget." cibir rifai. "Sayang, nanti biar vano aja yang nganterin kamu." ucap bunda. "Ngga perlu bund, elis naik taksi aja." tolak elis halus.  "Bunda benar, kamu sama kakak aja." tawar vano.  "Ngga perlu kak.... lagian kantor yang mau aku datengin beda arah sama kantor kakak, takut kakak telat."  "Kamu lupa bang vano yang punya perusahaan." ucap rifai. "Emang kakak ngga ada meeting? " tanyanya. "Ada si, tapi bisa di undur agak siangan."  "Udah-udah biar elis rifai yang antar, sekalian rifai mau ke restoran, searah kok sama kantor elis." ucapnya menengahi bunda dan kak vano. Rifai memiliki sebuah restoran dan cafe yang sudah memiliki cabang di beberapa kota. Meskipun petakilan, tapi kalau soal bisnis rifai tak kalah dengan kak vano, kalau kak vano memiliki perusahaan Batu bara, perhotelan dan sebuah club malam elit. Kalau papih Jonathan memiliki perusahaan di bidang teknologi yang sudah merambak kepasar eropa. Gen memang ngga bisa bohong. Batin elis.  Selesai makan, elis di antar rifai menuju kantor tempatnya interview. "Thanks fai." ucap elis melepas sabuk penganya. "Nanti kalau udah selesai telpon aja, nanti aku jemput." tawarnya.  "Ngga usah nanti aku bisa naik angkutan umum, ojek atau taksi." tolakku.  "Kamu mau bunda marah sama aku, trus aku harus di paksa ganti warna rambutku jadi warna hijau, merah atau pink." "Hahha... Gapapa kan Bagus fai, biar kaya boyband korea." "Maunya kamu itu mah yang tergila-gila sama boyband."  "Biarin wleee... Mereka kan ganteng." "Tar kamu jatuh Cinta lagi sama aku." godanya.  "Mana mungkin, ngimpinya jangan tinggi-tinggi tong tar jatoh." kilah elis.  Tanpa kamu ganti rambut pun aku udah jatuh Cinta sama kamu fai. Batinnya berucap. "Dah ah, aku mau masuk tar telat, nanti aku telpon kalo udah selesai, bye." elis masuk kedalam gedung.  Elis masuk dengan tergesa-gesa karna waktunya sudah mepet.  Saking buru-burunya, elis menabrak sesorang.  BRUK "Ah... Bokongku." elis mengelus elus bokongnya yang mencium lantai dengan mulusnya. "Kau baik-baik saja? " tanya seseorang mengulurkan tangan membantu elis berdiri. "Makasih." ucap elis. Elis melihat siapa yang membantunya berdiri, saat melihat wajahnya seperti tidak asing, tapi ia lupa siapa. "Elisa? " tanyanya.  "Tunggu, kau julian kan?." tanya elis balik.  "Haha... Ya, hey apa kabarmu? Dan kemana perginya rambut ala geum jan di mu itu." godanya, yang mengingat gaya rambut pendekku yang menyerupai aktris di serial drama korea boy before flowers.  "Kabarku baik, bagaimana kabarmu? Haha... Kau masih ingat, itu sungguh memalukan." kataku sedikit malu mengingat rambut duluku.  "Hey... Itu tidak memalukan, kau terlihat sangat imut, dan berbeda." godanya lagi.  "Haha... Bisa aja." ucap elis malu di puji seperti itu. "Kemana kacamata culunmu itu." goda elis balik.  "Hahaa... Aku buang entah kemana, biasa.... Perubahan jaman." tawanya. "Oh ya, kamu melamar kerja disini?" tanyanya menyentak elis yang lupa kalau ia sudah telah. "ASTAGA... AKU TELAT JULIAN.. AKU PERGI DULU, BYE" ucap elis heboh pergi meninggalkan julian yang melihat kebodohan elis dengan kekehannya.  ** "Semua persyaratan dan data sudah benar, selamat anda di terima di perusahaan ini sebagai sekertaris, anda bisa bekerja mulai hari senin." ucap seorang pria. Elisa terkejut ia begitu mudah di terima di tempat ini, padahal ia melihat banyak sekali yang melamar.  Jangan bilang bunda sama papih ikut campur, semoga tidak. Batinnya mengingat bunda dan papih rifai yang begitu memanjakannya.  Elis menelfon rifai untuk menjemputnya. "Halo, kamu dimana?" tanya elis ke rifai di telpon.  "Aku masih di restoran. " "Udah selesai urusan kamu? Aku udah selesai." "Oh, yaudah, aku kesana." ucap rifai mematikan telpon. "Hey." seseorang mengagetkan elisa. "JULIAN.. kamu ngagetin tau ngga." "Hehe... Maaf, udah mau pulang? Gimana interviewnya?" tanyanya.  "Berjalan lancar, senin aku sudah mulai masuk jadi sekertaris, agak aneh si, baru di interview langsung di terima, terus pengalaman kerjaku masuh minim banget, bosku bukan om-om botak mesum yang hanya melihat penampilan kan?." tanyaku was was, julian hanya tertawa menanggapi elisa. "Bosnya sangat tampan, elisa. Kalau mesum aku ngga tahu, nanti kamu liat sendiri aja." jawab julian menggoda elisa. "JULIAN..." teriakku. "Haha.. Kamu mau pulang? Mau aku anter?." tawar julian.  "Ah ngga usah makasih, aku di jemput rifai, kamu masih inget dia kan?"  "Ya rifai sahabat kamu kan? Yang dikenal playboy?"  "Ya dia, tuh orangnya udah sampai." tunjuk elis kerifai yang baru datang.  "Eh kutil, bukannya nunggu di depan malah disini, nanti kalo aku kesasar gimana." keluhnya. Elis memutar bola mata malas mendengar ocehan rifai.  "Rifai, kamu masih ingat julian teman sekolah kita waktu SMA, ketua osis angkatan kita."  Rifai melihat julian dari atas kepala sampai kaki.  "Julian wang? Yang culun itu?" ucap rifai yang dihadiahi sebuah cubitan keras di perutnya. "Aw... Sakit el, emang bener kan dia dulu culun." jawabnya lagi, elisa mendelik sangar ke rifai yang tak peduli dengan tatapan elis. "Gapapa kok lis, aku dulu emang culun." ucapnya sopan.  "Hey, apa kabar fai? Lo masih sama kaya dulu." ucapnya lagi sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan rifai, tapi yang ingin di jabat tidak menghiraukannya.  "Kabar gue balik, ayok pulang bunda udah nanyain." rifai masih tidak menjabat tangan julian yang menarik kembali tangannya kepisisi semula. "Aku pulang dulu ya, bye." pamit elis. "Ya hati-hati." julian tersenyum.  "Emang mau nyebrang hati-hati." cibir rifai. Dari pada suasana makin panas elis mendorong rifai keluar. "Kamu ngapain si sama si cupu." "Huuuu... Cemburu nih ceritanya." goda elis mencolek dagu rifai. "Beli PD di mana mbak, pokoknya ngga boleh deket-deket dia." printahnya.  "Dasar sahabat posesif." "Bodo." "Mana mobil kamu?" tanya elis. Tidak melihat mobil rifai.  "Di pinjem zaki buat jemput pacarnya."  "Trus kita pulang naik apa."  "Tuh......" tunjuk rifai ke motor sport milik zaki. "Ayok." rifai mengenakan helm ke elis.  "Pegangan yang kenceng tar terbang lagi." ucap rifai mengeratkan pelukan elis di perutnya.  Dengan sangat terpaksa elis mengeratkan pelukannya.  Bodoh kamu fai, kamu tau ngga, sedikit tindakan kamu bikin aku spot jantung, astaga tahan tahan jangan ampe meledek, masih pengen hidup lama. Batin elis.  Elis dan rifai sampai di rumah erlangga. "Bunda.. Elis pulang." elis masuk ke rumah.  "oh sayang, gimana interviewnya, lancar?" tanya bunda.  "Beres bund, elis langsung diterima jadi sekertaris, hari senin elis udah mulai kerja bund." ucap elis bersemangat. "Serius kamu." tanya rifai yang juga penasaran, dan diangguki oleh elis. "Selamat ya sayang, anak bunda emang hebat." bunda memeluk elis sayang. "Kamu ganti baju dulu gih, nanti bunda siapin makan."  "Siap ibunda Ratu." canda elis sambil hormat. "Rifai ngga di suruh ganti baju juga bund." rajuk rifai. "Kamu kan udah besar." ucap bunda pura-pura acuh. "Trus elis apa bund...." ucap manja rifai. "Elis kan babynya bunda." ucap bunda mencubit pipi elis gemas. "Dasar pilih Kasih." tidak dengan nada dibuat-buat.  "Oh ya bund, kak vano kemana?" tanya elis tidak melihat kak vano di rumah. "Kakakmu pergi nyusul papih ke Maroko." jawab bunda  "Emang genting banget ya bund sampe kak vano dateng kesana juga."  "Ngga kok cuma masak kerja sama kontrak aja, yaudah sana ganti baju nanti ngga makan-makan." "Hehe.. Iya bunda......" Elis naik ke lantai dua kekamarnya sambil bersenandung bahagia mendapat pekerjaan baru. Ia masuk membuka kemeja dan rok masih menyisakan bra berwarna putih dan celana dalam berwarna sama. Masih sambil bersenandung, membuka lemari mencari pakaian yang nyaman untuk di pakai untuk di rumah, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.  Cklek Rifai masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu tanpa tahu sang empunya kamar sedang tidak mengenakan pakaian lengkap.  "RIFAI...." teriak elis. Rifai terkejut melihat elisa hanya memakai bra dan celana dalam saja. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD